Setelah Shaka mengganti pakaiannya, dia menghampiri Keano yang duduk anteng di sofa. Air mata anak itu masih mengalir.
Shaka duduk disamping Keano, dia tarik badan itu untuk di peluknya.
Keano langsung melingkarkan lengannya dipinggang Shaka. Kepalanya ia tenggelamkan didada kekasihnya.
“Berhenti nangisnya, sekarang tidur ya?” ucap Shaka berusaha lembut.
Keano mengangguk samar, namun Shaka tau. Shaka langsung menarik lengan Keano yang berada di pinggangnya, dan ia gendong anak itu ala koala.
Shaka membawa tubuh Keano ke kasur. Perlahan ia turunkan anak itu, ia ikut naik ke kasur dan langsung mengode Keano untuk berbaring.
Tanpa ragu, Keano berbaring sambil memeluk pinggang Shaka. Keano masih sesenggukan.
Shaka menghela napas pelan.
“Dengerin gue.” ucap Shaka membuat Keano mendongak kearahnya.
Mata anak itu memerah, hidungnya pun turut merah dan terdapat ingus yang mengalir disana.
“Gue gak ngelarang lo makan cemilan, atau pesen makanan-makanan kayak gitu. Cuma tolong, tau batasan. Makan pun ada batasannya, sehari dua atau tiga gak masalah. Tapi ini apa? Lo beli cemilan sebanyak itu gue gak tau. Apalagi hampir semuanya habis. Itu namanya pemborosan, gue gak suka.” uja Shaka panjang lebar.
“Kalau lo sakit. Lo yang rugi bukan gue. Tapi orang-orang disekitar lo yang susah. Coba kalau gue gak peduli? Lo sakit, ngerengek ini ngerengek itu, nangis-nangis gitu, gue cuekin aja. Mau jadi apa lo?”
“Gue gak akan larang kalau itu gak ngerugiin diri lo sendiri. Ngerti?”
Isakan kembali terdengar dari belah bibir Keano, “Maaf.” gumamnya lirih.
“Gue gak butuh maaf, gue cuma mau pembuktian. Emangnya gak malu, ABS lo ketutupan lemak?” mulut Shaka emang gak ada lawan.
Tapi tenang kawand, itu kenyataan kok. Akhir-akhir ini memang Keano lebih sering makan dan nyemil yang membuat tubuh anak itu sedikit berisi. Bahkan pipinya semakin tembam.
Ucapan Shaka membuat Keano mengangkat hoodie dan kaos yang ia kenakan guna melihat perutnya.
Ternyata benar perut kotak-kotak miliknya sudah hampir hilang.
Ia harus olahraga rajin-rajin untuk membentuk perutnya kembali.
“Gak usah dibentuk lagi, gini aja gemes.” ucap Shaka seakan tau apa yang dipikirkan Keano.
“Gak bisa gitu dong.” Keano mencebikkan bibirnya kesal.
“Gue kan ketua geng, nanti kalo diketawain temen-temen gimana?” lanjutnya.
“Ketua geng kok nangis.” goda Shaka.
“Kaisarrrrr~” rengek Keano manja.
“Ketua geng kok manja.” Shaka semakin mengejek anak itu.
Keano tak menanggapi, dengan kesal ia mengeratkan pelukannya, menenggelamkan kepalanya ke dada Shaka, lalu merem.
Shaka tersenyum tipis melihat Keano.
“Sweet dreams, baby.” bisik Shaka.
Keano yang pada dasarnya belum tidur salting sendiri. Wajahnya memerah hingga telinga. Shaka dapat melihatnya.
Hal itu membuat Shaka tertawa kecil dan langsung dihadiahi cubitan maut di pinggangnya.
“Ssshh sakit, sayang.” tidak ada tanggapan dari Keano.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Enemy To Best(boy)Friend
De Todo"Gak capek apa, musuhan mulu kita?" tanya seorang remaja bernama Kaishakar Jeananta Leonard pada laki-laki disebelahnya. "Enggaklah, kan musuhannya kalo diluar doang." jawab kulkas berjalan bernama Keano Nadestha Washington. --- WARNING-!! CERITA...