Malam sudah tiba, kini seluruh manusia yang ada di mansion milik keluarga Shaka sudah berkumpul. Begitupun Delta alias tantenya Shaka bersama teman-temannya.
“Kok lu bisa ada disini, siapa yang ngundang?” tanya Delfa pada saudara kembarnya.
Yang ditanya malah sibuk ngemil dengan gaya duduk kayak anak muda. Pokoknya nggak ada anggun-anggunnya.
“Tanya tuh sama lakik lu, dia yang ngundang gua.”
“Bahasa lu anjir, Del. Kayak masih muda aja.” celetuk Evelyn, temannya Delta, sinis.
“Butuh kaca kagak, sih, lu?” sewot Delta.
Evelyn yang kesal pun menempeleng kepala Delta dengan enggak elitnya.
Sedangkan teman-teman Shaka hanya diam, agak shock mereka tuh dengan orang-orang disini. Gaya bicaranya itu loh, kayak enggak inget umur.
Yah beginilah dunia Shaka. Dikelilingi oleh orang-orang yang menurutnya sinting.
Ngomongin soal Shaka, dia sendiri udah bangun sebenarnya. Dan sekarang lagi berusaha buat bangunin Keano.
“Kean, bangun dulu, yuk.”
Shaka mengelus rambut Keano. Dia juga kecupin pipi tembem pacarnya itu.
Sesekali digigit, gemes sendiri dia tuh. Padahal dulu badan Keano bagus walaupun pendek. Tapi lihat sekarang, gegara demam berhari-hari jadinya kayak buntelan daging yang gemesh bangett.
Karena merasa terganggu sama kecupan Shaka yang brutal. Keano membuka matanya pelan.
Dia diem sebentar, abis itu mau bangun tapi-
“Sshh aw, sakittt~” nah kann.
Shaka yang denger itu langsung nenangin bayinya. Dia elus pelan pipi Keano, kecup-kecup bibirnya.
“Sakit banget ya sayang?” tanya Shaka bodoh.
“Iyalah!” jawab Keano ngegas.
“Aku bantuin bangun sini.”
Keano cuma ngangguk, dia enggak tahan sama sakit di bagian belakangnya. Sialan emang si Shaka, bilangnya bakal ngurangin sakit. Mana ada?! Ini abis gituan malah sakit bangett!
Akhirnya, Shaka gendong Keano ke kamar mandi, buat mandi tentunya. Dia isi bathtub pake air anget, biar Keano nyaman.
Shaka langsung nurunin Keano di bathtub pelan-pelan. Abis itu di ikutan masuk dan duduk di belakang Keano. Ditariknya Keano biar duduk di pangkuannya.
Lengan kekar Shaka juga sudah melingkar apik dipinggang Keano.
Keano sendiri langsung nyender ke badannya Shaka. Dia masih ngantuk sebenarnya.
“Kai.”
“Hm?” deheman lembut dari Shaka buat muka Keano memerah. Salting dia.
“Kenapa?” tanya Shaka karena nggak dapet respon dari Keano.
'Bisa nggak sih lu diem dulu? Jantung gua disko nih.' gerutu Keano dalam hati.
Gimana enggak meleleh kalau Shaka nanya gitu tepat disamping kuping Keano. Mana pake nada yang serak-serak basah gitu lagi.
Keano kan jadi keinget kegiatan mereka tadi siang.
Oh iya ngomongin soal yang tadi siang, Keano jadi inget apa yang mau dia tanyain sama Shaka.
“Eum... Kalau aku hamil gimana?” tanya Keano, dia ngerasa mukanya makin panas.
Bukan tanpa alasan Keano nanya gitu, soalnya tadi mereka engga pakai pengaman sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Enemy To Best(boy)Friend
De Todo"Gak capek apa, musuhan mulu kita?" tanya seorang remaja bernama Kaishakar Jeananta Leonard pada laki-laki disebelahnya. "Enggaklah, kan musuhannya kalo diluar doang." jawab kulkas berjalan bernama Keano Nadestha Washington. --- WARNING-!! CERITA...