Hot love 40

54.2K 1K 51
                                    

Hay guys semoga suka dengan cerita ini!
-
-
Maaf banyak typo bertebaran dimana-mana, maaf jika penulisan kurang rapih.
-
-
-


"Van, kabarin Bara kalo Violet lagi kritis disini. Cepet!" Ucap Ara dengan wajah yang sangat cemas hati nya tak tenang memikirkan sahabatnya yang masih tak sadarkan diri dalam ruangan itu.

Gevan mengangguk patuh lalu pria itu langsung mengambil ponsel nya dan berniat menghubungi Bara. Alden pun hanya diam mematung dia takut gadis nya marah padanya dan pergi meninggalkan nya karena ini.

"Ken, tolong gue ya jagain Violet bentar! Gue mau ke toilet" ucapannya diangguki Kenzie. Kemudian Ara berlari kecil meninggalkan Alden juga Kenzie didepan ruang kamar Violet.

••••••••••••••••••••••

Ara menangis terisak di depan kaca dia tak bisa lagi menahan air matanya dari tadi, sungguh dirinya masih tak percaya sekejam itu kah Alden?

"Maaf Vi, ini semua salah aku gak seharusnya waktu itu aku bilang penyebab aku koma itu Alden. Kalo aku diam waktu itu mungkin semua nya gak akan kaya gini" gumamnya menunduk meneteskan air matanya.

"Jahat banget kamu, Al! Apa pria itu sama sekali gak berfikir bahwa Violet sedang mengandung janin yang tak berdosa itu" sambungnya sambil menyeka air matanya, dan mencuci mukanya.

Matanya sedikit sembab karena menangis, dirinya berusaha menetralkan nafasnya dan wajah bekas tangisannya itu. Membuang nafas nya panjang.

Gadis itu keluar dari kamar mandi kembali ke tempat awalnya. Dia melihat Bara yang sudah berada di depan pintu ruang rawat Violet

"Gimana bisa kaya gini!!" Bentak Bara tangannya sudah mengepal kencang matanya memerah nyalang.

"Barr, tenang dulu ini rumah sakit lo bisa ganggu pasien lainnya!" Tutur Satria berusaha menenangkan Bara.

Bara menjambak rambut nya frustasi, dia tidak bisa melihat Violet seperti ini. Hatinya sakit melihat gadis itu tak berdaya di atas brankar. "Ra, kenapa Violet bisa sama lo? Dan kenapa seluruh tubuhnya banyak luka, Ra!" Tanya Bara.

Ara diam tak menjawab dirinya bingung harus menjawab apa, ini ulah Alden kekasihnya dia takut pertemanan Alden dan Bara hancur.

"Ra! Jawab gua. Kenapa Violet bisa kaya gini? Lo temuin dia dimana?" Tanya Bara sekali lagi sambil menatap Ara dengan wajah sedih nya.

Kenzie, Gevan, Satria juga Alden terdiam semua melihat Bara dan juga Ara yang masih terdiam. Mereka menunggu jawaban dari gadis ini.

"Gue juga gak tau Bar, gue ketemu sama Violet keadaan nya udah begitu Barr. Dia udah gak sadar pas gue ketemu sama dia" gadis ini berusaha terlihat meyakinkan ucapannya pada Bara, mata gadis itu tidak kuasa menatap tatapan Bara.

Dirinya sudah berbohong soal ini, dia tidak ingin Alden dalam masalah juga tidak ingin pertemanan Alden dan Bara hancur. Jika Bara tahu yang sebenarnya dirinya tak akan terima semua ini, Bara sangat menyayangi Violet.

Alden masih diam tidak bergeming, kenapa Ara lebih membela dirinya dibandingkan sahabatnya?

"Kerabat pasien boleh masuk menjenguk" ucap dokter yang baru saja keluar dari ruang rawat. Bara berlari masuk ke dalam diikuti dengan Kenzie, Gevan dan Satria.

Tertinggal Alden juga Ara di luar sana, dokter pun juga sudah meninggalkan mereka berdua. Alden terus melirik Ara dengan rasa yang takut-takut, berbeda dengan gadis itu tidak sekalipun dirinya melihat lelaki ini.

"Sa-sayang, Kamu marah?" Ucap Alden dengan takut

Ara tak menjawab nya melainkan melangkah kan kaki nya keluar rumah sakit, Alden yang melihat itu pun hanya menunduk dan berjalan menyusul gadis itu.

••••••••••••••••••••

Ara menghirup udara segar malam ini, dingin cuaca diluar membuat dirinya merasa sejuk mata indah nya melihat ke langit melihat bintang-bintang yang ber kelip disana.

Alden menghampiri nya dari belakang memposisikan dirinya duduk di samping Ara, tak menoleh sedikit pun gadis itu pada nya. Perasaan nya sangat takut sekarang. ini lah yang paling lelaki itu takut kan.

"Baby, aku mohon maafkan aku. Aku tahu aku salah tolong maafkan aku sayang, aku tidak bisa melihat mu seperti ini" ucap nya dengan nada yang cukup di bilang sedih.

Gadis ini tidak merespon nya tetapi yakin ia mendengar penuturan pria nya, matanya masih menatap langit malam dengan bulan sabit bersinar di atas nya.
Alden mengambil satu tangan Ara mencium punggung tangan gadis itu dengan lembut.

Ara kini menengok arah nya, tatapan keduanya saling bertabrakan. "Aku mohon sayang, maafkan aku plis jangan seperti ini aku, aku gak bisa baby. Sungguh aku benar-benar minta maaf" tutur nya menatap senduh gadis dihadapannya.

"Apa yang udah kamu lakukan Al? Kamu nyakitin sahabat aku dengan begitu sadis? Banyak luka di sekujur tubuh nya, gimana kalo terjadi apa-apa sama janin Violet? Aku gak tau Al harus gimana lagi, satu sisi dia sahabat aku dan sisi lainnya kamu kekasih aku. Jadi aku harus gimana Al? Gimana kalo sampe Bara tau tentang ini!" Ucapnya panjang dan menitik kan air matanya.

"Apa karena kemarin dia marahin kamu, terus ini balesan kamu ke dia? Itu udah keterlaluan Alden! Jawab aku Alden Jordan Henderson! Jangan diam, jawab aku! Kenapa selalu menjadi kan orang lain sebagai korban nya?! Kenapa gak aku yang kamu siksa? Seperti kamu memperlakukan sahabat aku Alden! Ini salah aku bukan? Aku yang kemarin bilang ke Violet jadi karena itu Violet marah ke kamu, terus apa balasan kamu hanya karena itu kamu, kamu membalas nya begitu kejam Alden!" Bentak nya lagi, kini ia menangis dihadapan pria ini. Dia lemah tak bisa menahan nya lagi.

Alden terdiam mematung tak bersuara sedikit pun, dirinya salah sudah begitu keterlaluan.

Ara menepis tangan Alden dan menarik kembali tangan nya dari genggaman pria ini, dia memilih menatap arah lain dibandingkan harus berhadapan dengan lelakinya.

"Pergi Al, aku mau sendiri. Kamu gak pantes disini, apa kamu gak punya rasa malu dengan Bara juga Violet? Dari pada menambah masalah sebaiknya kamu pergi" ucap Ara yang berusaha menghentikan tangisannya. Alden menatapnya dengan senduh tetapi gadis itu sama sekali tak melihat nya lagi.

Dia tau gadisnya kecewa padanya, seharusnya dia tak seperti ini. Mungkin tidak ada kata maaf lagi pikir Alden, dia memilih menuruti kemauan gadisnya dan pergi meninggalkan Ara sendiri.

Ara yang tahu hal itu menutupi wajahnya dengan kedua tangannya menumpahkan tangisannya disana seorang diri. "Aku harus gimana sekarang?" Lirih pelan.

"Jangan menangis, usap air mata nya" sahut seseorang yang sudah duduk disampingnya sambil memberikan sapu tangan putih bergambar mawar.

Ara menengok ke arah nya, dirinya terkejut melihat siapa orang itu. Pria ini tersenyum padanya dan tangannya masih menyodorkan sapu tangan yang ia pegang.

"Lap air matanya, jangan menangisi pria seperti itu. Gak pantes!" Ucap pria yang dihadapan nya.

/
/
/
/
/

Gimana cerita kali ini seru gak? Atau ada kekurangan nya? Mohon tinggalin komentar kalian ya.

Aku bakal semangat update jika kalian yang support aku!!💓

Makasih udah baca cerita ini, ikutin terus ya sampe part selanjutnya hehehe

Jangan lupa follow Instagram@aldenjordan_henderson

Jangan lupa vote dan komen guys!! See you all💋

Hot love (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang