Levi rasa dia telah melakukan hal yang salah dalam dua puluh tahun hidupnya. Menerima tawaran menggantikan Kenny dalam perjalanan bisnis dua bulan ke Inggris adalah hal yang salah.
Bulan ini Leiby genap berusia tiga bulan. Yang artinya, Leiby sudah bisa mengenali siapa Ibu dan Ayahnya. Itu adalah pemahaman dasar dari seorang bayi.
Namun, ada yang salah dari Anak Sematawayangnya itu. Leiby akan menangis acap kali Levi hendak menggendongnya, bahkan bayi kecil itu takut untuk menatap wajahnya.
Sementara Hange tidak bisa berbuat banyak. Memang dirinya sudah berhenti bekerja dan meluangkan seluruh waktunya mengurus Leiby, hanya saja bukan berarti ia bisa menyelesaikan masalah yang menimpa sang Suami.
"Maafkan aku, kamu jangan berwajah masam begitu."
"Putriku tidak mengenali Ayahnya."
"Kamu pergi selama dua bulan, dia sudah mulai belajar mengenal orang terdekatnya. Jika sudah terbiasa, Leiby pasti akan tahu bahwa kamu Ayahnya."
Hangw menepuk pundak Levi, mengulas senyum agar Suaminya itu mengerti. Hendak memberi pelukan penenang, namun, suara tangis Leiby dari kamar membuat Hange mengurungkan niatnya. Dan berlalu pergi meninggalkan Levi.
"Dia sudah tidur?" tanya Levi, kepalanya menyembul dari ambang pintu. Menatap Hange yang duduk di tepi ranjang sembari menyusui Leiby.
Pemuda itu berjalan mendekat, menatap paras Putrinya dengan tatapan sendu. Bohong jika Levi tidak merindukan bayi kecil berpipi gembul di pelukan Hange. Sudah sejak lima hari yang lalu dirinya ingin memeluk Leiby, mencium pipi kenyalnya, atau sekedar bermain dengan perut gembul Putrinya.
Namun, apalah daya. Mendekati Leiby saja ia tak bisa, apalagi memeluk Anaknya sendiri. Leiby akan menangis saat wajah Levi terpampang di hadapannya, membuat sudut hati terdalam Pemuda itu terluka. Rasanya lebih sakit dari pada saat Hange mencampakkannya tahun lalu.
Pada akhirnya, Levi kembali memeluk Hange malam itu. Matanya sembab karena menangis. Hangebdan Leiby memang perpaduan yang sempurna, kedua kesayangannya itu sepertinya memiliki hobi membuat Si Sulung Ackerman menangis.
-----
Esoknya, Levi terbangun karena mendengar suara tawa Hange dan Leiby yang saling bersahut-sahutan. Aroma shampo dan bedak bayi menyambutnya, ia berkedip beberapa kali sebelum wajah tersenyum Hange menyapa Levi pagi itu.
"Pagi, Sayang."
"Pagi, kalian sedang apa?"
"Leiby baru saja selesai mandi. Mau menggendongnya sementara aku membantu Koki menyiapkan sarapan?"
Levi mendengkus, ia bangkit mendudukkan dirinya di atas ranjang. Ia tahu Istrinya tak bermaksud, namun sungguh Levi tersinggung.
"Aku merindukannya tapi mendengar dia menangis sepagi ini juga ti ---"
"Ayolah! Leiby sangat menyukai pelukan Papa!"
Wajah Levi menegang, rasa kantuknya benar-benar lenyap saat Hange mengangkat tubuh kecil Leiby dan memaksa Levi untuk menggendongnya.
Awalnya bayi kecil itu tampak memberontak, namun Hange hanya mengulas senyum ke arah Levi.
"Tidak apa, coba tepuk halus punggungnya pelan. Dia pasti akan senang,"
"Ha-hange, dia bisa menangis."
"Tidak, Sayang. Ayo, Leiby, pelukan Papa adalah yang terbaik, 'kan?"
Seperti sihir, Levi menuruti apa yang dikatakan Hange. Menepuk halus punggung Leiby, dengan sedikit memberi usapan di sana. Perlahan lengan mungil itu memeluknya erat, membuat wajah kaku Levi berangsur-angsur melembut.
"Benar, 'kan? Ah, Leiby juga pasti sangat merindukan Papa!"
Levi menatap Hange. Ah, dia tidak tahu hidupnya akan seperti apa tanpa wanita ini di sisinya.
Makassar, 28 Juni 2022
[Hi! Jangan lupa menekan bintang dan beri komentar kalian, ya^^. Mau numpang promote juga, aku baru aja mempublikasikan cerita baru lagi. Kali ini shortfiction, yang artinya chapter di cerita itu dikit. Kalian bisa cek profil aku dan mampir, ya^^ terima kasih~]
-Nuii.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Shortcake [√]
FanfictionPertemuan di bawah hujan saat Musim Panas, membuat Hanji Zoe jatuh cinta untuk pertama kali dalam hidupnya. Kehidupan seorang Guru dan wanita dewasa yang membosankan tiba-tiba saja berubah dalam sekejap karena letupan kecil yang dinamakan cinta. "K...