♠️ Kekasih Gelap ♠️
=== bonus part ===Pertemuan yang membuat keduanya merasa miris. Diantara kecanggungan yang kini menghiasi seolah menjadikan jarak yang menghalangi. Mungkin dulu mereka dengan mudahnya selalu melepas rindu jika bertemu, justru saat ini Andin tidak berani melakukan hal itu. Dirinya merasa malu dan seperti gadis murahan jika mengingat sikapnya terhadap Al. Mereka berjalan beriringan menyusuri tempat dimana Al tinggal saat ini, sanggar teaternya.
"Ini sanggar yang papamu berikan padaku, dia ayah yang baik. Aku kagum karena dibalik keangkuhannya ia seorang suami juga ayah yang bertanggung jawab. Masa lalu menjadi pelajaran yang berarti untuknya."
"Papa selalu menguatkan, begitu juga mama. Aku senang akhirnya mereka juga kembali bersama. Butuh hati yang lapang untuk bisa menerima juga mengakuinya sebuah kesalahan."
"Benar, aku juga belajar dari Elsa, dia wanita yang sangat luar biasa."
"Kau beruntung mendapatkan Elsa, Al."
Al justru tersenyum dan menggeleng. Andin merasa heran.
"Kenapa tersenyum?"
"Saya bersyukur Elsa bersama orang yang benar-benar mencintainya sekarang."
"Jadi .... "
"Iya, Elsa sudah meniti lembaran hidupnya yang baru bersama lelaki yang selalu ada di sampingnya."
"Beruntungnya."
Al memberitahu setiap detail sanggar, hari hari ia di sana juga bagaimana ia bisa bangkit kembali meskipun dari awal dan tidak lagi seperti dulu. Beberapa murid tak sengaja melihat mereka. Farah yang bersama Andin merasa senang bisa ke sanggar dan melihat yang sedang berlatih teater.
"Mereka pandai akting, kak. seperti di televisi." Farah berlari melihat yang sedang berlatih. Gadis kecil itu terpukau dengan pertunjukan yang diberikan.
"Mereka berbakat."
"Benar, seperti dirimu."
Andin tersipu mendengar ucapan Al. Seseorang melihat mereka dengan penuh tanya. Jessica, wanita itu melihat kedekatan Al dan Andin juga gadis kecil yang bersama mereka.
"Kak Al dengan siapa? kok dia terlihat canggung gitu dan seperti senang karena terus tersenyum. Tidak seperti biasanya, padahal kak Al selalu dingin padaku. Menyebalkan," batin Jessica.
"Lihat tuh, kak Al bareng cewek cantik banget, siapa ya?"
"Sama anak kecil juga."
"Tapi mereka kelihatan serasi ya."
"Hus, jangan gosip terus nanti ada yang cemburu, tuh!"
Ocehan para murid sanggar terdengar panas di telinga Jessica.
"Siapa yang cemburu?" timpal salah satu murid.
"Siapa lagi, dong. Masa nggak tahu, sih."
"Hey, bisa diam nggak, Jessica itu nggak mungkin cemburu. Baru kalau lihat gue sama cewek lain dia cemburu."
"Apaan sih, kalian asal ngomong aja."
Jessica akhirnya mengomel. Lelaki muda menghampirinya dan mendekati.
"Kamu mau apa?" tanya Jessica heran ketika tiba-tiba lelaki itu membungkukkan diri dan menyatakan perasaannya pada Jessica dengan gaya teatrikalnya.
"Oh, Jessica. Sudikah dirimu menerima cinta pemuda Malang ini. Pemuda yang sudah lama mengagumi kecantikanmu. Sudikah dirimu menjadi kekasihku?"
Sontak semua cengar-cengir dan juga kaget dengan pernyataan seorang lelaki yang bernama Rendy tersebut.
"Terima dong, Jessi. Kasihan tuh dari kemarin Rendy nembak terus."papar sebagian murid. Jessica justru mengerucutkan bibirnya dan mengepalkan tangan seperti ingin memukuli Rendy.
Dari kejauhan, Al dan Andin melihat kejadian itu seraya tersenyum penuh arti. Mereka saling tertunduk setelah tahu reaksi dari masing-masing. Farah justru bertepuk tangan melihat kejadian itu.
"Wah, kakak cantik dan kakak ganteng pintar aktingnya."
Semua pun tertawa dengan seruan Farah.
Setelah Al dan Andin saling bertemu, seolah ada getaran yang tidak bisa dipungkiri meski keduanya selalu menampik dan tidak ingin lagi membuat kesalahan fatal. Keduanya dalam kegamangan karena merasa tidak pantas untuk saling membersamai.
Al terbaring dengan terus mengingat kisahnya bersama Andin dulu. Begitu juga Andin tak pernah melupakan kenangan manis bersama Al meski dengan keegoisan cintanya yang sudah dibutakan kala itu
♠️♠️♠️
Malam datang dimana Andin tidak pernah tidur cepat. Sudah beberapa hari ia di Bali, bertemu hampir setiap hari dengan Aldebaran. Farah adiknya begitu menyukai sosok lelaki yang pernah menjadi kekasihnya itu. Saat ini dirinya terdiam berdiri di sudut jendela melihat cahaya rembulan yang bersinar terang.
"Kau bertemu dengannya, Nak?"
Andin tidak menjawab hanya memasang senyuman.
"Papa sudah tahu pasti kalian akan bertemu di sini. Jangan menghukum diri terus menerus, Papa yakin kesempatan itu selalu ada, selalu Tuhan berikan, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Apa akan mengambilnya, membuangnya atau membiarkannya dan membuat kita menyesal akhirnya. Kau tinggal pilih, Nak."
"Papa .... "
"Papa justru bersyukur diberikan kesempatan berkumpul dengan kau juga ibumu, sekarang kita sudah kembali bahagia. Tuhan maha tahu juga mengerti tentang hambanya."
"Apa aku pantas, Pa?"
"Papa hanya bisa memberikan nasihat, pantas atau tidak itu Tuhan yang menentukan. Terkadang apa yang baik menurut kita belum tentu baik di mata Tuhan, dan apa yang buruk menurut kita belum tentu buruk di mata Tuhan."
"Seperti saya, Ndin. Saya tahu hubungan kita di awali oleh suatu keburukan, namun ternyata Tuhan memberikan kesempatan agar kita memperbaikinya."
Andin terkejut ketika mendengar suara Aldebaran yang menimpali dan muncul di hadapannya.
"Al?"
"Papa bertemu Al tadi dan memintanya menemuimu. Papa harap kalian mengambil keputusan yang tepat. Papa izinkan kalian, papa ingin memberikan Al kesempatan, semoga kau juga bisa."
Surya pergi meninggalkan keduanya.
♠️♠️♠️
Al menghampiri Andin. Keduanya memandangi bulan purnama dengan penuh harap.
"Apa boleh, Ndin?Apa boleh saya meminta kamu kembali mengawali semuanya, kali ini dengan awal yang baru. Awal yang membawa kebaikan."
"Apa bisa?"
"Tentu saja, saya tidak ingin munafik. Saya masih mencintai dan berharap kita menjadi pasangan yang sesungguhnya, seperti yang kamu inginkan dulu."
"Kau berjanji, Al. Aku ingin kau menepati janji itu."
"Janji? janji apa?"
"Kau lupa, ya."
"Ingatkan saya, Ndin."
Andin justru menatap Al lekat dan tanpa diduga, ia menghamburkan diri pada Aldebaran. Andin memeluk erat lelaki itu. Al menahan salivanya, ia tidak menyangka Andin akan bersikap seperti itu.
"Kau berjanji untuk menikah denganku setelah anak kita lahir, apa bisa kita menikah sekarang?"
Tentu saja Al terkekeh mendengarnya. Tidak disangka Andin menanyakan kembali hal itu saat ini, Al begitu tersentuh. Andin melepaskan pelukannya dan menengadah menatap Al lembut. Tanpa menunggu Al mengecup keningnya lama dengan penuh kelembutan hingga membuat Andin menutup mata untuk menikmatinya.
"Saya, Reiyn Aldebaran ingin menikahi Laura Andini, dan menata kehidupan rumah tangga yang sebenarnya juga berbagi suka duka bersama, apa kamu bersedia Laura Andini?"
"Aku bersedia, Laura Andini bersedia."
Keduanya saling melempar senyum. Ada binar bahagia yang menyelimuti. Dari balik pintu kamar, Surya juga Sofia ikut bahagia melihat pasangan aladin.
Selesai ....
---💝💝💝---
#cerhal_aliyanthiBonus part nya sampai sini aja, ya haluwersku. Maaf cuma seuprit, hihihi ...
In Syaa Allah cerhal terbaru segera menyusul dan semoga tidak kalah zeru 🥰🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
KEKASIH GELAP
RomanceLaura Andini, hidupnya tidak seindah anak-anak yang lain. Harus hidup dalam keluarga yang broken home. Kerinduannya pada sosok sang ayah tidak pernah tersentuh. Menjadi sosok wanita mandiri adalah pilihannya. Tidak bergantung pada ibunya yang justr...