Angkasa tahu kalau Ken enggan bicara empat mata dengannya, namun sepertinya pandangan mata Rein yang agak mengancam agar Ken bersikap sopan saat Angkasa bertanya membuat Ken melunak.
"Ya, ada apa?" ucap dokter itu. Matanya menatap tajam Angkasa.
"Aku mau merekrutmu ke Hope Medical Center pusat." Angkasa terburu-buru bertanya.
Alis Ken terangkat. Sebelum Angkasa mengatakan apapun lagi, pria itu langsung berkata. "Maaf, aku tak tertarik." lalu dia berbalik menghadap istrinya. "Ayo, Sayang.... Kasihan kalau Grace nunggu lama."
Nekat saja Angkasa tetap bertanya. "As a chief of surgeon."
Ken terdiam. Setelah beberapa detik dia kembali menghadap Angkasa. "Excuse me?"
Dalam hati, Angkasa memaki. Bintang sialan!! Seperti biasa, dia benar!
Di hari terakhir Bintang di Jakarta, Angkasa masih saja mengeluhkan bagaimana cara dia merekrut Ken jika dokter itu masih membencinya.
Santai saja Bintang mengusulkan. "Ya tinggal buat tawaran yang tak mungkin dia tolak."
"How? Gaji yang besar?"
Bintang menggeleng. "Nahhh... Dia sepertinya bukan tipe orang yang bergerak karena uang."
"Lalu harus bagaimana???" seru Angkasa frustrasi.
Tertawa akan kebodohan Kakaknya, Bintang berkata. "Ummm, dia terkenal agak sombong... Jadi ya gampang saja. Sentil egonya, give him power... Dari sana dia akan mendengarkan apapun yang mau kamu katakan walaupun dia membencimu."
Saat Angkasa mendapat perhatian Ken sepenuhnya, dia kembali menegaskan. "Ya, kamu tidak salah dengar. Aku mau merekrutmu sebagai kepala dokter bedah di Hope Medical Center.
Jadi... Bisa kita bicara?"
--------
Akhirnya Ken setuju untuk bicara empat mata dengan Angkasa walau Angkasa harus mengikuti pasangan suami-istri itu menjemput anaknya dulu di daycare dan mengantarkan mereka pulang ke tower apartemennya.
Apartemen Ken dan kantor Rein ada di area yang sama jadi mereka hanya perlu berjalan kaki saja.
Hati Angkasa serasa mencelos saat menyaksikan Ken sikapnya yang tadinya dingin seketika itu juga berubah saat bertemu dengan putrinya.
Dokter itu tampak lebih manusiawi karena menanggalkan sikap ketusnya dan terlihat sangat bahagia.
Dia memeluk Grace, mencium pipinya gemas. Mendudukannya ke stroller, membawa tas bayi, lalu mendorong strollernya sambil bercakap-cakap menanyakan hari-hari putrinya walau Grace jelas belum bisa menjawab sementara Rein tersenyum amat manis di sampingnya.
Angkasa memerhatikan keluarga kecil itu dan dia merasa iri.
Bukan hanya karena Rein, namun iri akan kebersamaan mereka yang terasa hangat.
Bayangan dia mendorong stroller dengan pasangan yanga dia cintai tiba-tiba terlintas.
Kapankah?
Angkasa menggelengkan kepala, mengusir khayalan yang tampaknya terlalu jauh untuk dia capai. Terutama saat dia mengingat ultimatum Papanya yang meminta dia untuk segera menikah. Berikut tawaran perjodohan yang sedang disiapkan.
Setelah mengantarkan Rein dan Grace ke depan lift, Ken mengajak Angkasa ke kafe terdekat. Mendengarkan penawarannya.
Angkasa memberitahu Ken kalau dia berniat membuat RS pendidikan kelas A dan untuk itu dia membutuhkan bantuan Ken mengingat pria itu pernah membahas soal metode pengajaran terbaru di salah satu seminar kesehatan yang diikuti Bintang. Menurutnya, ide Ken itu luar biasa dan bisa diwujudkan di Rumah Sakitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa Maya
RomanceNothing takes the taste out of peanut butter quite like unrequited love. -Chalie Brown-