Menjelang makan siang, Maya dikejutkan dengan paket yang ditujukan untuknya. Tanpa dia lihat kartu yang tertera, dia tahu pasti siapa pengirimnya.
"Ini bukannya anggrek emas kinabalu? Wow!! Mekar sempurna gini! Loe beli ini, May?" tanya Laura.
Maya menggeleng cepat. Walaupun dia penyuka anggrek, jelas dia tak berminat menghabiskan sebagian besar penghasilannya hanya demi membeli bunga impiannya ini.
Laura membungkuk, berbisik pelan. "Dari pacar? Hebat, ih!"
Lagi-lagi Maya menggelang walau dia bergerak secepat kilat mengambil kartu yang terpasang di sana. Dia ingin membacanya tanpa dilihat orang lain.
"Cantik ya...." gumam Rein yang sekarang ikut berkerumun di meja kerja Maya, mengagumi bunga tersebut.
"Sorry, aku mau ke toilet." Maya mengelak, nyaris berlari menuju kamar mandi dengan kartu ucapan di tangannya.
Begitu sampai di bilik toilet, dia terburu-buru membuka amplop dan mengeluarkan kartunya.
Senyumnya langsung terkembang saat membaca tulisan tangan rapi yang ada di dalamnya.
Maaf kalau akhir-akhir ini aku sibuk. Tapi nanti malam sepertinya aku agak senggang. Bisa kita bertemu di tempatmu?
-Angkasa Yuda Pramudya-
Maya menarik napas lega, memeluk kartu ucapan tersebut di dadanya dan merasa sangat bahagia.
Padahal Angkasa cukup menelepon atau berkirim pesan saja jika mau bertemu, tidak perlu mengirimkan hadiah yang membuat heboh satu kantor.
Berbunga-bunga, Maya meraih ponselnya, mengetikkan pesan ke Angkasa.
Maya
Terima kasih untuk bunganya. It's beautiful, Sa. Sure... Aku tunggu kamu di rumah ya."Maya tak perlu menunggu lama, pesannya langsung dibalas.
Angkasa
I'll see you tonight.------------
Maya bergerak mondar-mandir di apartemen studionya. Dia gelisah menanti kedatangan Angkasa. Berulang kali dia mengecek penampilannya. Padahal dia hanya mengenakan kaus over size dan celana pendek yang memang biasa dia kenakan untuk tidur, namun dia tak bisa menahan diri untuk tidak mengecek apakah ada noda di bajunya nyaris tiap 5 menit sekali padahal dia tidak makan apa-apa dari tadi.
Maya beralih lagi ke meja rias, mengenakan lipstik merah menyala. Lalu tak lama kemudian menghapusnya lagi karena merasa tolol. Angkasa mau datang ke tempatnya hanya untuk mengobrol, bukan mau mengajaknya gala dinner!
Merasa kesal dengan pilihan warna lipstiknya yang salah, Maya beralih memerhatikan kulitnya. Dia mengendus-endus tangannya, meyakinkan diri kalau bau lotionnya masih tercium. Maya mengambil parfum, hendak menyemprotkannya, namun setelah terdiam beberapa detik, Maya meletakkannya lagi ke meja. Dia tak mau terlihat seakan terlalu mengundang!
Dia menutup wajah dengan telapak tangannya, merasa frustrasi sendiri kenapa dia harus bertindak berlebihan hanya karena Angkasa mau datang.
Suara ketukan pelan di pintu membuatnya nyaris terlonjak. Maya berjalan cepat ke pintu. Dia menarik napas panjang untuk menenangkan diri, tak lupa tangannya bergerak gugup merapikan rambutnya. Setelah dirasa cukup, Maya membuka pintu, tersenyum sangat lebar saat melihat Angkasa berdiri di hadapannya.
"Hai...." sapa Angkasa sambil tersenyum.
"Hai...." Maya balas menyapa, menahan keinginannya untuk langsung berada di pelukan Angkasa, namun ternyata dia tak perlu menunggu lama. Angkasa sudah meraih tubuhnya dan memeluknya erat. "It feels so good to met you, Maya...." bisik Angkasa lembut di telinganya.
"Kamu kelihatan capek banget," tegur Maya saat melepaskan pelukannya dan mempersilakan Angkasa untuk masuk. "Mau makan?" tawarnya.
"Gak usah repot-repot. Aku sudah makan sebelum ke sini. Kamu sudah makan, kan? Gak nunggu aku."
Maya mengangguk. Dia memang sudah makan dari tadi, bahkan sudah menggosok giginya dengan seksama dilengkapi dengan memakai dental floss dan juga berkumur. Namun, detail kecil itu sepertinya tak perlu Angkasa ketahui.
"Kamu kelihatan capek banget," ulang Maya lagi.
"Well, Ken meminta macam-macam dan aku jadi sangat repot karena dia," keluh Angkasa.
Maya tertawa. "Tak mau ditolak saja?"
"I wish... Tapi permintaannya memang sudah masuk ke dalam perjanjian kami. I mean, he's the best that we can get, tapi tak mengurangi kenyataan kalau dia orang yang sangat menyebalkan!" keluh Angkasa.
"I'm so tired... Boleh aku istirahat sebentar?" tanya Angkasa sopan.
"Kenapa kamu tidak langsung pulang ke tempatmu saja, Sa?" tegur Maya sambil mengusap pelan pipi Angkasa.
Mata Angkasa menatap wajah Maya, tangannya membelai lembut rambut Maya. "Aku mau bertemu kamu. Nyaris tiga minggu kita gak ketemu... Aku gak mau kalau nanti kamu sampai lupa sama aku," ucap Angkasa ringan yang sukses membuat pipi Maya merona merah.
Angkasa rebah ke kasur setelah melepas sepatu dan mencuci kakinya. Tangannya terulur memeluk Maya, membiarkan tangannya yang lain dijadikan bantal oleh Maya. Tak butuh waktu lama sampai dia tertidur sementara Maya menyusupkan wajahnya ke dada Angkasa, menghidu aroma tubuhnya dalam-dalam demi menuntaskan kerinduannya.
Maya sebetulnya tak tahu seperti apa hubungan mereka saat ini. Yang dia tahu hanya Angkasa bersikap layaknya kekasih walau tidak ada kata cinta yang terucap di antara mereka.
Angkasa sendiri sepertinya memberi batasan yang jelas akan tubuhnya yang membuat Maya merasa jatuh cinta lagi dan lagi terhadap pria itu. Biasanya Angkasa hanya memeluknya, mengecup kening atau mencium bibirnya... tidak lebih dari itu.
Maya tak sadar berapa lama dia hanya diam memandangi wajah Angkasa yang tertidur pulas sampai akhirnya pria itu terbangun, mengerjapkan mata beberapa kali sampai matanya terfokus menatap Maya.
"Maaf... aku bikin kamu gak nyaman ya?" ucapnya tiba-tiba.
Kening Maya berkerut tak mengerti. "Kenapa?"
"Kamu gak ikut tidur...." jelas Angkasa sambil mengusap pelan pipi Maya.
"Besok weekend. Aku gak harus bangun pagi, Sa...." jelas Maya yang juga menambahkan dalam hati. 'Karena aku juga belum puas memandang wajah kamu lekat-lekat.'
Angkasa meraih tangan Maya, mengecup ujung jemarinya. "Harusnya kita mengobrol macam-macam... Maaf... Aku malah ninggalin kamu tidur."
Maya menggeleng, kembali menyurukkan kepalanya ke dada Angkasa, memeluknya erat, berbisik pelan. "Dengan kamu ada di sini, itu sudah cukup buatku, Sa."
"Is it?" tanya Angkasa membuat Maya menengadah menatap wajahnya.
"Yes, that's true...."
Angkasa terdiam menatapnya, dan tiba-tiba saja dia menunduk, mencium Maya dengan segenap perasaan.
Saat udara terasa menipis yang mengharuskan mereka untuk saling melepaskan diri, Angkasa mencium keningnya lama, membelai pelan wajahnya.
"Maya...." panggil pria itu dengan nada lembut. "Jika hadirnya aku di dekatmu terasa cukup untukmu. Bagaimana kalau kita wujudkan hal itu setiap hari?"
"Maksud kamu?" tanya Maya tak mengerti.
"Will you marry me?"
-------------
Luv,
NengUtie yang tadinya mau ngasih drama, tapi kasihan sama Maya. Tunda besok ajalah dramanya... 😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa Maya
RomanceNothing takes the taste out of peanut butter quite like unrequited love. -Chalie Brown-