The end

4.9K 461 63
                                    

Tak berapa lama setelah Angkasa sadar, dia dipindahkan ke kamar rawatnya dengan Maya yang setia mendampingi di sampingnya, bahkan tidak bersedia digantikan baik oleh Cassie yang akhirnya diperbolehkan oleh Rasya untuk datang lagi atau pun oleh Bintang.

Saat memasuki kamar rawatnya, mata Angkasa membulat terkejut. "Wow!!" gumamnya melihat banyaknya orang yang ada di sana walau setelah Angkasa tiba, masing-masing dari tamu yang datang cepat-cepat undur diri. AJ mengantar Jun, Grace, dan Al pulang. Disusul oleh Azha yang membawa adiknya, Gemma.

Shane pulang paling terakhir bersama Rasya, Cassie, dan Bintang yang memilih menginap di rumah kakaknya setelah Cakra berhasil meyakinkan sahabatnya kalau dia akan baik-baik saja walau dia juga memberi isyarat kalau dia menginginkan Shane datang lagi keesokan harinya dan Shane langsung berjanji kalau dia akan datang kembali.

Setelah semua pengunjung pulang, Cakra menghampiri ranjang papanya.

"You must be worried... I'm sorry, Cakra...." ucap Angkasa saat Cakra berdiri di sebelahnya.

"Promise me you're gonna stay alive," balas Cakra lirih.

Tangan Angkasa terulur, mengusap kepala anaknya. "I'm gonna stay by your side mungkin lebih lama dari yang kamu inginkan, Cakra... Percayalah, kamu tidak akan bisa menyingkirkan Papa semudah yang kamu mau."

Cakra tersenyum lebar. "Too bad... Padahal kupikir akhirnya aku bisa ikut music tour Europe tanpa larangan Papa lagi."

Angkasa ikut tersenyum, kembali mengacak rambut anaknya. "Sorry, can't do that, Son!"

"But I'm glad that you're okay, Pa... Jangan pernah membuat kami ketakutan lagi!!"

Mata abu-abu mereka bertemu. "Okay, I promise," janji Angkasa.

Setelahnya Cakra memutuskan untuk tidur di kamar pengunjung. Tadinya dia ingin mengajak mamanya untuk tidur, namun dia tahu mamanya masih tak sudi beranjak dari sisi papanya. Dia biarkan saja mamanya tetap di sana. Toh, Cakra yakin, tak lama lagi papanya pasti menyuruh mamanya untuk beristirahat juga.

"Get rest, Maya... I'm fine," bujuk Angkasa setelah Cakra menutup pintu kamarnya.

Maya menggeleng. "I'm so tired, tapi aku merasa tidak bisa tidur."

"I'm sorry I ruin everything...."

Maya kembali menggeleng. "Kamu sakit... Tidak ada orang yang mau sakit. So, it's not your fault, Asa...."

"Bukan cuma soal aku terkena serangan jantung...."

Maya segera memotong ucapan Angkasa. "Kamu masih mau membahas masalah kita bahkan saat kamu baru saja sadar? Gezz... Harusnya aku yang mengingatkan kamu untuk istirahat. Apa perlu aku memanggil Ken dan meminta dia menambah obat biusmu?"

Angkasa tertawa tertahan, tangannya terulur mengusap pelan pipi Maya. "Aku baru tersadar dari nearly death experience, kupikir sebaiknya aku tak menunda lagi apa saja yang harus aku lakukan so angels like you can't fly down hell with me.

So, I'm sorry for all of the pain that I gave you. Sorry for being aloof and making you feel that I don't care for you. Even though I’ve promised to make you happy, I’ve managed to do the exact opposite and broke your heart. I'm sorry for...." belum sempat Angkasa meneruskan ucapannya, telunjuk Maya sudah berada di bibirnya untuk menghentikannya.

"Ever since I met you It hasn't been the same. No one else has been worth thinking about. You are my first and forever love, Asa... Dan tentang kita... It's not your fault you can't be what I need. You doin' great... Sebetulnya, aku yang salah karena menuntut terlalu banyak dan kurang menghargai seluruh upayamu. Me and all my insecurity...thats...." Maya menggelengkan kepala. "That's the one who ruin us...."

Angkasa MayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang