Part 12

2.3K 278 3
                                    

"Anne"

Gadis itu menoleh mencari sumber suara yang memanggilnya, ia mendapati Reina sang manajer membawa sebuah teks naskah dan memberikannya kepada Anne. Gadis itu terkejut mendapati judul drama yang akan ia mainkan, 'The Marriage' merupakan drama adaptasi dari sebuah novel yang berjudul 'Lady Beatrice, Marry me' dimana peran Lady Beatrice sendiri akan dimainkan oleh Anne.

"Aku kira sutradara akan memilih Jeanette sebagai Lady Beatrice karena ia memenuhi kriteria yang ada pada karakter itu"

Reina menggeleng dan berusaha meyakinkan Anne bahwa ia juga layak untuk dipilih bermain drama itu, selain cantik dan anggun, Anne adalah artis papan atas yang telah memerankan banyak drama dan diakui kehebatan aktingnya. "Terimakasih Reina, kau benar-benar manajer terbaik yang pernah kutemui"

Anne tersenyum dan kembali menatap naskah yang ada dihadapannya dengan berbinar. Ia membuka lembaran demi lembaran yang tak ada habisnya.

Di sisi lain tampak Reina yang terlihat sedikit ragu-ragu untuk membuka mulutnya karena takut mengubah mood Anne. "Anne, apa kau tahu kalau yang memerankan Raven adalah Henry?". Anne tertegun ketika mendengar nama itu disebutkan di hadapannya. Ia menoleh dan mengangguk pelan "Ya, aku sudah mendengarnya namun aku akan tetap teguh untuk mengambil project ini, Reina"

Reina mengepalkan tangannya dan meninggikan suaranya "Anne, Apa kau lupa apa yang telah ia lakukan padamu? Ia berpaling darimu dan malah memilih wanita itu!". Anne menghentikan tangannya yang membolak-balikkan kertas naskah itu kemudian ia meletakkannya dan menghadapi perkataan Reina. Dengan tenang, Ia mengambil napas sembari membuka mulutnya "Reina, aku tidak akan pernah melupakan itu. Sampai mati pun aku tidak akan lupa"

Henry adalah mantan suami Anne yang berselingkuh dengan sesama artis. Hubungannya dengan Henry memang hanya sebatas hubungan yang tidak memiliki romansa apapun, bahkan keduanya pun tidur di kamar yang berbeda. Hal itu sangatlah wajar mengingat hubungan mereka dibuat oleh media massa yang membayar mereka dengan besar hanya untuk membuat Anne dan Henry menjadi sepasang suami-istri.

Namun diam-diam, jauh dalam lubuk hatinya Anne sangatlah menyayangi atau bahkan bisa dikatakan mencintai Henry layaknya suaminya sendiri. Bagaimana tidak, Henry pria tampan yang jarang mengekspresikan dirinya itu seringkali membantunya bahkan pernah ada kejadian pria itu sangat panik ketika mengetahui bahwa Anne pingsan saat syuting bersamanya karena demam tinggi.

Lagi-lagi gadis berusia 27 tahun itu terbuai dengan ekspetasi media massa. Semua hal yang ditampakkan Henry, seperti raut wajah malunya ketika melontarkan pujian pada Anne maupun tawanya yang pecah ketika memutari wahana bermain bersamanya,

Semua itu palsu

Bagi Anne, Henry adalah seorang pengkhianat dalam hubungan mereka. Tetapi ia tak bisa memungkiri juga bahwa dirinya terlalu terbawa perasaan yang sangat tidak profesional.

Air mata Anne mengalir dengan deras mendengar nama pria yang telah bercerai dengannya 1 tahun yang lalu. Emosinya meluap-luap tak tertahankan membuatnya ingin sekali mengucapkan sumpah serapah dan mengutuki pria itu.

"Aku sangat membencinya namun aku lebih membenci diriku yang tak dapat melupakannya"

"Mengapa? Mengapa ia terlihat sebahagia itu? Seakan-akan aku tidak pernah hadir dalam hidupnya!"

Lain halnya dengan hati, justru Anne mencurahkan semua isi hatinya ketimbang mengutuki pria itu. Semua emosi gadis itu tercampur aduk pada hari ini. Sementara Reina ikut menangis mendengar perkataan Anne yang terasa menyayat hatinya.

Apakah ini mimpi? Kenapa terasa sangat nyata seakan aku berada dalam kejadian di hari itu?

Anne yang terluka itu adalah aku, kemudian apa hubunganku dengan tokoh Roseanne dalam novel ini? Apakah kita adalah sosok yang sama?

"Rose?"

"Bangunlah hei"

"Aneh, apa ia sakit?"

Roseanne mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali hingga ia dapat melihat dengan jelas siapa orang yang sangat berisik hingga membangunkannya dari tidur yang cukup panjang itu. Setelah mampu melihat dengan jelas dan mendapati orang-orang di kamarnya saat ini, Ia sangat terkejut dengan kedatangan Duke yang baru saja memasuki kamar putrinya, Roseanne.

Roseanne pun segera mengusap matanya yang penuh dengan air mata dan melihat Carlton meletakkan sebuah gelas berisi air putih di meja dekat ranjang Roseanne. Sementara Edward berdeham dan menatap Roseanne dengan kekhawatiran yang terlihat jelas terpampang pada wajahnya.

Roseanne menyadari kehadiran Edward dan berkata,

"Tuan Duke, mengapa anda disini?"

Edward kemudian menghela napas dan menimpali ucapan Roseanne dengan melintarkan beberapa patah kata,

"Roseanne, maafkan ayah"

Roseanne tidak menatap ke arah Edward sama sekali dan hanya memandang selimut yang melapisi tubuhnya. Roseanne pun sebenarnya sangat ingin menggubris ayahnya akan tetapi ia sedikit merasa canggung dan segan untuk dekat dengannya.

Edward yang menyadari bahwa putrinya enggan berbicara dengannya pun memutuskan untuk pergi dari situ dan meninggalkan putrinya bersama dengan para pelayan juga Carlton.

Setelah kepergian Edward alias Duke, Carlton memberikan isyarat kepada para pelayan Roseanne termasuk Sarah untuk pergi dan membiarkannya berbicara empat mata dengan gadis itu. Selang beberapa saat suasana ruangan tersebut hening dan hanya tersisa mereka berdua.

Carlton mengeluarkan sesuatu dari kantung celananya yakni sebuah gelang perak dengan hiasan permata mungil berwarna violet. Ia menyodorkan benda itu kepada Roseanne yang diikuti oleh pertanyaan dalam benak gadis tersebut.

"Apa ini?"

Carlton menyisir rambutnya dan menjawab pertanyaan gadis itu dengan santai. "Tentu saja hadiah" ,timpal Carlton. Roseanne mengamati gelang itu dengan seksama dan membuka mulutnya "Kau tidak meletakkan sihir hitam disini bukan?" Roseanne bergidik ngeri sambil membayangkan sosok Carlton yang ada di novel begitu terosebsi dengan Lady Beatrice, siapa tahu ia juga akan menaruh sesuatu untuk nya.

"Aku bukan orang gila, Rose. Itu murni ucapan terimakasih dariku" Carlton kembali berdiri di samping ranjang tempat Roseanne terbaring. Ia mengambil gelang itu dari tangan gadis tersebut kemudian memakaikannya di lengan kiri. "Bagus" puji Carlton yang terlihat sangat puas dengan hadiahnya, Ia kembali menatap gadis itu dan merendahkan posisinya agar dapat sejajar dengan Roseanne yang sedang terbaring. "Terimakasih, Rose"

Carlton tersenyum hangat dan menampakkan sorot mata tenang dan teduh. Ketulusan yang ditampakkan Carlton justru malah membuat Roseanne semakin aneh karena alur novel 'Lady Beatrice, Marry me' seakan berbalik 180 derajat. Apa ini nyata? Carlton menyayanginya bukan membencinya? Tetapi karena alasan apa?

Raut wajah kebingungan Roseanne yang terlihat jelas membuat Carlton harus menjelaskan alasan mengapa ia berterimakasih kepada gadis itu. "Bukan apa-apa aku hanya ingin berterimakasih padamu yang telah membawaku kepada orang aneh itu, siapa namanya Vi-Vincent?"

Roseanne pun tertawa dengan lemah karena tubuhnya terasa lemas. Ia membenarkan nama Victor yang terpeleset menjadi Vincent "Victor bukan Vincent" Carlton pun mengangguk dan menghembuskan napas lega. Ia kembali menimpali perkataan Roseanne dengan perkataan yang hangat seakan mereka benar-benar seorang adik dan kakak.

"Sekali lagi terimakasih adikku, Roseanne"

Akhirnya, saya membuat 2 chapter sekaligus meskipun sedikit telat updatenya. Gimana nih menurut kalian chapter 12? Saya menambahkan kilas balik kehidupan Anne sebagai seorang aktris yang ternyata tidak seindah yang dibayangkan, haruskan saya ceritakan sedikit kilas balik di beberapa chapter mendatang tentang kelanjutan Anne yang berlatih dalam drama 'The Marriage' adaptasi novel terkenal? Kasih pendapat kalian di kolom komentar ya! Jangan lupa vote dan tambahkan ke perpustakaan kalau kalian suka dengan cerita ini terimakasih banyak 💗

The Villainess Wants To Meet A Good EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang