🍁 Dua 🍁

8.5K 770 23
                                    

Selamat siang, selamat hari minggu bagi yang merayakan.

Apa kabar kalian? Semoga selalu sehat ya.

Bagian dua hadir nih!!!

Btw, kisah Friska ini sebagian adalah gabungan dari satu cerita emak yang unpublish karena nggak tahu lanjutannya alias ide emak malah buntuh di tengah jalan, nah setelah emak pikir-pikir kayaknya boleh juga kalau emak lanjutin ini dalam kisah Friska karena agak nyambung gitu.

Jadi, semoga terhibur ya dan jangan lupa untuk menandai typo.

Selamat membaca sayang-sayangnya emak 🤗


Friska keluar dari mobil. Hari sudah sangat sore.

"Makasih ya Rik udah diantarin," sahut Friska canggung.

Ya, pulang kerja hari ini Friska diantar oleh Erik sepupu Devi, yang juga adalah rekan kerjanya.

"Iya Fris, sama-sama. Aku balik ya, salam sama suami kamu.

"Oke Rik, hati-hati," balas Friska

Setelah mobil Erik berlalu dari hadapannya, Friska berbalik untuk memasuki rumahnya, rumah yang dia tinggali bersama Herlan dalam tiga tahun terakhir ini.

Friska mendapati dua pasang sepatu di depan pintu rumah mereka. Yang satu sepatu laki-laki yang Friska ketahui milik sang suami dan sepatu yang lain adalah Stilleto berwarna hitam yang sudah pasti milik seorang perempuan dan pastinya stilleto hitam itu bukan miliknya.

Friska ragu masuk ke dalam rumah namu dengan satu tarikan nafas akhirnya Friska memutar handel pintu.

Rasanya Friska ingin segera berlari ke kamarnya dan menutup pintu rapat-rapat. Sementara dua orang yang sedang berpaut bibir itu terkejut dan saling melepaskan diri.

Oke, dia tahu ini bukan kali pertama, bukan pula perempuan pertama. Namun tidak pernah sampai dia memergoki dengan mereka yang dalam posisi berciuman mesra seperti tadi.

"Eh ma...af Gan... gu," sahut Friska dengan suara super gagap.

Apa yang baru saja dilihatnya tadi adalah tontonan super ekstrim. Harusnya dia marah atau paling tidak menampar kedua manusia itu. Namun dia malah gugup entah karena apa.

"Friska?"

Herlan mengelap sudut bibirnya dan menatap Friska dengan tajam. Ini memang bukan kali pertama dia membawa Hana ke rumah mereka, namun ini kali pertama Friska memergoki mereka berciuman.

Friska menggaruk tengkuknya canggung, astaga kenapa dia yang merasa malu? Sementara Hana, perempuan itu juga terlihat salah tingkah. Jelaslah, istri kekasihnya baru saja memergoki dia dan Herlan bermain bibir. Jelaslah Hana malu dan canggung.

"Eh? Oh lanjutkan saja!"

Sialan! Friska ingin menampar bibirnya sendiri saat menyadari ucapan yang keluar dari sana. Sebelum suasana menjadi semakin canggung, Friska memutuskan segera pergi dari sana.

Setelah masuk ke dalam kamarnya, Friska memegangi dadanya, air matanya turun. Astaga sakit sekali rasanya melihat orang yang kamu cintai bercumbu mesra bersama orang lain.

Dan demi Neptunus, untungnya kata mbak Wiya, si babbysitter yang merawat Liana kalau mereka akan menginap di rumah Mama dan Papa mertuanya, Oma dan Opa Liana. Kalau tidak, Liana pasti akan melihat bagaimana papanya bercumbu dengan perempuan lain.

Herlan sialan.

Ingin sekali Friska memaki seperti itu. Namun entah kenapa dia tidak bisa melakukannya.

Friska (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang