🍁 Enam 🍁

6.9K 674 39
                                    

Selamat malam anak-anak 💕🥰

Apa kabarnya? Semoga selalu sehat ya.

Terima kasih atas doa kalian🤗🙏
Sekarang emak sudah sembuh dan bisa aktif menulis lagi 🥰🤗

Maaf updatenya agak telat, ada beberapa hal yang terjadi sehingga emak baru bisa update.

Ya udah, selamat membaca, jangan lupa tandai kalau ada typo ya 🤗🤗

"Selamat pagi Mas," sapa Friska sembari mengulas senyum ketika melihat Herlan yang melangkah ke arah meja makan.

Herlan nampak terkejut, namun setelahnya dia kembali memasang wajah dingin dan kemudian memalingkan kepalanya. Menatap Friska membuatnya membayangkan kejadian semalam.

Oh sial.

Oke Herlan sudah sangat dewasa untuk hal-hal seperti yang mereka lakukan semalam, apalagi dia dan Friska yang memang sudah sering melakukannya. Tidak munafik Herlan juga pernah beberapa kali menonton film dewasa.

Namun jujur saja, setiap melakukan dengan Friska rasanya seperti pada pengalaman pertama mereka beberapa tahun lalu saat berhubungan badan. Astaga Herlan membayangkannya lagi.

"Mas."

Herlan tersentak dengan panggilan itu.

"Liana di mana?" tanya laki-laki itu dengan nada datar.

"Lagi jalan-jalan pagi sama Wiya," jawab Friska.

"Soal semalam aku nggak bakalan minta maaf. Itu kan kewajiban kamu," ujar Herlan tiba-tiba.

"iya Mas," jawab Friska pelan.

"Oh iya Jangan pergi bekerja lagi, siang ini akan ada tukang pasang cctv yang datang ke rumah."

Ucapan Herlan membuat Friska melotot, sampai sebegitunya?

"Kamar mandi di pasang cctv juga?" tanya Friska was-was.

"Ya enggaklah, masa iya aku lihatin kamu lagi mandi! Jangan ngacoh lah!" sergah Herlan.

"Aku cuma mau memastikan kamu tidak pergi bekerja lagi."

"Ya siapa tahu Mas mau ngintip!"

"Gila kamu!"

Friska terkekeh melihat wajah kesal sang suami. Kalau begini rasanya mereka seperti keluarga bahagia. Tidak ada yang tahu bahwa mereka hanya sedang main rumah-rumahan. Tidak ada yang tahu bagaimana kerasnya Friska berjuang mendapatkan cinta suaminya.

Hidup ini memang semenyedihkan itu.

***

Friska menghela napas ketika matanya menangkap sudut kamarnya. Beberapa jam yang lalu, beberapa pria yang bertugas memasang cctv itu pulang setelah memastikan semua kamera menyala dan berfungsi dengan benar. Setelah itu Friska pergi membersihkan rumah, kesempatan baik karena Wiya sedang menidurkan Liana.

“Lelah juga ya,” tuturnya.

Meskipun kadang Herlan mengabaikan bahkan menyakiti perasaannya perempuan tidak dapat menghentikan diri untuk melakukan kewajibannya sebagai seorang istiri bagi suami tersayangnya. Oh, lupakan kata suami tersayang karena nyatanya hanya Friska saja yang menyayangi lelaki itu, sementara Herlan malah mencintai dan mengharapkan wanita lain. Eh tapi ngomong-ngomong kemarin kan Herlan mengatakan bahwa mereka, dia dan Hana telah berakhir.

Tiba-tiba Friska menjadi penasaran apalagi dia ingat dengan jelas bahwa Herlan mengatakan juga mengenai perselingkuhan yang dilakukan Hana. Sesungguhnya Friska tidak habis pikir berakhirnya hubungan sang suami sebab dia dalam tiga tahun ini tentu tahu bagaimana mereka saling mencintai dan mempertahankan.

Friska (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang