🍁 Empat 🍁

6.6K 712 50
                                    

Selamat sore anak-anakku.

Gimana kabarnya?

Manado mendung nih, daerah kalian gimana?

Friska hadir Sore ini 😁

Sudah siap ngehujat? Harus siap 😆😆

Nggak lama-lama langsung ke ceritanya ya.

Selamat membaca sayang-sayang 😁🤗

"Mas, lain kali kalau mau bawa Hana menginap di sini, kabarin dulu. Aku bukannya nggak suka, hanya saja kita ngga akan tahu siapa pihak keluarga yang datang ke rumah."

Friska berbicara dengan Herlan ketika dia selesai menidurkan Liana kembali.

"Suka-suka aku lah, rumah ini kan milik aku! Kamu itu cuma numpang Fris!"

Suara menyolot Herlan terdengar di kesunyian malam. Friska hanya berharap Liana tidak terbangun mendengar suara papanya.

"Aku tahu Mas, Aku cuma mohon ini menjadi perhatian kamu, ini bukan cuma untuk kebaikan aku tapi kebaikan kamu juga, kebaikan kita bersama. Namun kalau Mas memang menginginkan main-main rumahan ini disudahi juga nggak apa-apa."

Herlan menoleh dan terkejut ketika mendengar ucapan terakhir Friska. Tidak mengira perempuan itu akan berani mengucapkannya.

Berani sekali perempuan busuk itu mengatur-ngatur dirinya.

Setelah kepergian Friska, dengan kesal Herlan memasuki kamar tamu yang berada di lantai atas tepat di samping ruang kerjanya. Malam ini dia memilih tidur di sana.

Ya, meskipun Herlan dan Hana sudah menjalin hubungan yang cukup lama namun semacam tidur bersama tak pernah Herlan lakukan. Dia memang bisa saja melakukan kegiatan itu jauh sebelum ini namun bagi Herlan kehormatan seorang perempuan adalah hal yang berharga dan harus dihargai.

Herlan mencintai Hana dan dia menghargai perempuan itu. Beda halnya dengan Friska, perempuan itu adalah istri sahnya dan dia bebas melakukan apapun meskipun tanpa cinta.

Selama tiga tahun hidup dalam ikatan pernikahan entah sudah berapa kali Herlan menyentuh Friska selayaknya kewajiban pasangan suami-istri. Lelaki itu selalu datang pada Friska setiap dia butuh baginya memang sudah itu tugas seorang istri melayani nafsu binatang suami.

Herlan membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan menatap langit-langit.

Kehidupan rumitnya dimulai sejak Friska datan meminta pertanggungjawaban atas kehamilannya. 

Herlan tidak peduli dengan Friska, menurutnya perempuan itu tidak perlu perhatian lebih karena Herlan bahkan tidak ingin memberikan apa yang diinginkan oleh Friska dari dirinya.

"Aku tahu Mas, Aku cuma mohon ini menjadi perhatian kamu, ini bukan cuma untuk kebaikan aku tapi kebaikan kamu juga, kebaikan kita bersama. Namun kalau Mas memang menginginkan main-main rumahan ini disudahi juga nggak apa-apa."

Tiba-tiba Herlan teringat dengan ucapan Friska tadi. Perempuan itu sepertinya sudah lelah dengan hubungan pernikahan mereka. Namun terlalu dini bagi Herlan melepaskan Friska sekarang, orang tuanya sudah pasti tidak akan setuju.

***

"Wahh istri kamu bawain kita makan siang?" tanya Hana dengan sumringah.

Satu lagi fakta, Hana sangat menyukai masakan Friska.

"Hmm, ayo makan siang dulu dulu," jawab Herlan sembari mengajak sang kekasih makan.

"Tanggapan Friska kemarin saat kamu bawa aku ke rumah gimana?"

Friska (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang