Angin perlahan menerpa wajah tampan miliknya, Ian kini sedang berbaring nyaman di meja yang berada di rooftop itu. Tidak ada yang ia pikirkan, ia hanya ingin sendiri saat ini.
"Hahh, gue bolos buat sekarang" ucapnya pelan.
Brakk
Ian menghembuskan nafas panjang, siapa itu yang berani-beraninya mengganggu ketenangan miliknya.
Pintu rooftop itu terbuka dengan kasar, muncullah seorang pemuda dengan muka kesalnya dan kaki yang ia hentak-hentakkan.Ian mengangkat alis sebelah keheranan dengan tingkah laku pemuda yang merusak ketenangannya ini. Pemuda yang baru saja datang itu tak sadar sama sekali jika ada orang lain di situ.
"Si anjing itu ngapain sihh, gue gak ada salah apa-apa main nampar aja asu" gerutunya kesal.
"Shh berengsek" ringisnya karena pipinya yang terasa panas.
"Anjing, gue salah apa sama lo" Ian tentu saja terkejut mendengar itu, dengan perlahan Ian maju dan langsung memeluk pemuda itu dari belakang. Pemuda yang ia peluk tentu saja kaget, siapa lagi kalau bukan Gifar.
"Lo apa-apaan, lepas" Gifar memberontak dan berusaha melepaskan tangan Ian yang memeluk erat pinggangnya.
Ian menurut tapi tak lama ia membalik tubuh Gifar untuk menghadap ke arahnya dan memeluk Gifar kembali. Gifar tentu kembali terkejut dan kembali memberontak dalam pelukan Ian."Udah...kalau lo pengen nangis, nangis aja" Ian semakin mengeratkan pelukannya, Gifar pun perlahan tak memberontak lagi. Benar saja perlahan air mata Gifar turun kembali, entahlah untuk sekarang ia biarkan saja air matanya itu turun.
Ian yang merasakan jika bajunya basah tersenyum tipis, perlahan Ian mengelus lembut punggung Gifar yang lebarnya tak seberapa itu. Ian terkejut, bagaimana tak terkejut Gifar membalas pelukannya.
"Ian...gue salah ya" ucap Gifar lirih suaranya teredam karena ia memeluk Ian erat, Ian kembali terkejut karena ini pertama kalinya Gifar memanggil namanya dan berbicara kalem dengannya.
"Lo gak salah" Ian tersenyum, karena ia suka Gifar seperti ini. Ian kembali mengelus punggung Gifar, ternyata pemuda yang ia suka ini serapuh itu.
"Lo bohong., tandanya mereka gak suka gue hidup" tiba-tiba Gifar melepas pelukannya dan menatap Ian dengan air mata yang terus keluar. Hati Ian sakit melihat itu, dengan perlahan Ian menarik Gifar untuk mendekat ke arahnya.
Ian menangkup wajah tampan sekaligus cantik Gifar, menghapus jejak air mata yang masih saja keluar itu.
"Kenapa lo mikirin mereka? Itu hidup lo jangan urus mereka, kalau mereka gak suka lo hidup suruh aja mereka mati" ucap Ian seraya tersenyum manis ke arah Gifar yang masih menatap dirinya dengan mata merah karena menangis.
"Tapi mereka bilang, Gifar itu sampah" ingin rasanya Ian melahap pemuda manis di depannya ini.
"No, Gifar bukan sampah. Gifar itu berlian yang cantik tandanya Ian suka Gifar" Gifar mengerjap matanya, menatap Ian polos. Ian menatap Gifar dengan senyum lembut sekaligus menahan gemas.
Tak berapa lama Gifar tersadar dengan apa yang Ian katakan, beberapa detik terakhir Gifar mencerna apa yang Ian katakan. Perlahan semburat merah terlihat di wajah putih miliknya.
Bughh
"Apa-apaan lo bajingan!!" Gifar berlari turun dari rooftop meninggalkan Ian yang masih berusaha bangun karena perutnya yang mendapat tinjuan dari Gifar, jujur saja pukulan Gifar tak main-main.
"Lucu juga" ucap Ian kembali mengingat Gifar yang menangis tadi. Dasar bulol lu baru aja di tonjok ajgಥ‿ಥ
KAMU SEDANG MEMBACA
CHASING YOU
DiversosMenceritakan tentang seme yang bucin ke si uke padahal pacaran saja tidak dan uke tsundere yang selalu risih dengan keberadaan si seme. WARNING: -cerita HOMO -slow update