11

601 49 19
                                    

Semua mata tertuju padanya saat ini, tapi baginya itu sudah biasa. Selesai memarkirkan motor barunya, Gifar berjalan dengan santai menuju kelasnya. Tanpa menghiraukan beberapa orang yang menatap dan menggodanya, bukan hanya perempuan bahkan laki-laki ikut serta menggodanya.

"Jaga mata dong dia itu pacar gue" Gifar terus saja berjalan tanpa menghiraukan ucapan seseorang yang berada di belakangnya, entah sejak kapan orang itu mengikutinya. Tentu saja kalian tahu siapa itu.

"Helehh pacaran aja belum, jangan ngarep lo!!" Ian menatap penuh permusuhan kepada seorang gadis yang menatapnya dengan tatapan menantang.

"Awas ya lo. Gue jual ke Aldo mampus!!" Ian menatap ke arah samping dimana tadi ia mengikuti langkah Gifar, ketika menyadari Gifar sudah meninggalkan Ian pun bergegas untuk mengejar pujaan hatinya.

Gifar kini meletakkan tas miliknya di atas meja dan dengan segera duduk seraya melipat kedua tangannya di atas meja. Gifar menghela nafas dan menelungkupkan kepala di atas kedua tangannya, sungguh ia masih mengantuk.

"Gi" Gifar kembali menghela nafas dan dengan terpaksa menegakkan kembali tubuhnya agar bisa menatap siapa yang memanggilnya. Dengan tatapan malas Gifar menatap Ian yang sedang berada di depannya.

"Apa?" tanya Gifar ogah-ogahan tetapi tetap bertanya.

"Gak ada kok" ucap Ian dengan senyuman cerahnya, Gifar menatap Ian aneh. Semakin hari pemuda yang ada di depannya itu semakin aneh, padahal ketika mereka pertama kali bertemu aura yang Ian pancarkan berbeda. Terlihat seperti orang jahat dan mesum.

"Lo gak capek?" Ian mengangkat alis sebelah atas ucapan tiba-tiba Gifar.

"Hah? gue gak ngapa-ngapain. Kenapa gue capek?" ucap Ian dengan menatap Gifar dengan wajah kebingungannya.

"Lo enggak capek ngejar gue kek gini?" Ian menatap manik indah kesukaannya, yang selalu bisa membuatnya terjatuh beberapa kali jika menatapnya. Jatuh semakin dalam, membuatnya semakin dalam mencintai Gifar. Ian menatap Gifar datar dan mengintimidasi.

"Kalo itu soal lo gue gak bakal capek, walaupun buat ngemilikin lo sesusah itu gue gak bakal nyerah. Selagi itu Gifar gue bakal tetap berjuang sampai batas gue" Gifar menatap Ian yang kini menatapnya dengan senyuman lebar.

"Kenapa?" Ian terkekeh dengan pertanyaan itu.

"Ya karna gue cinta sama lo" ucap Ian seraya mengacak-acak rambut Gifar.

"Jangan–" Ian mengangkat alis sebelah ketika Gifar tak melanjutkan kembali kata-katanya, Ian dengan perlahan mengangkat kepala Gifar yang sempat menunduk.

"Lanjutin, jangan buat gue penasaran" Gifar menjauhkan tangan Ian dari wajahnya.

"Jangan nyerah. buat gue jatuh cinta sama lo" Ian yang mendengar itu tersenyum lebar. Ian meraih tangan kanan Gifar dan menciumnya dengan tiba-tiba membuat Gifar membeku.

"Tenang aja gue gak bakal nyerah kok, apalagi itu lo yang minta gue" Gifar tersenyum tipis mendengar Ian yang berkata manis seperti itu.

Di tempat yang sama tapi jarak yang berbeda terdapat Andra, Lian, Dandi serta teman sekelas Gifar yang sedang berdiri di depan pintu untuk memperhatikan kegiatan dua orang itu dengan seksama walaupun mereka tak mendengar apapun. Mereka merasa Kedua orang itu memiliki dunianya sendiri, bahkan mereka tak melirik sedikit pun.

 Mereka merasa Kedua orang itu memiliki dunianya sendiri, bahkan mereka tak melirik sedikit pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semenjak percakapan mereka tadi, kini Gifar tak masalah berdekatan dengan Ian. Tentunya itu membuat seantero sekolah keheranan dan mencurigai dirinya. Mereka berpikir jika Gifar sudah menerima Ian sebagai pacarnya.

Bahkan sedari tadi Andra menatap Gifar curiga tapi Gifar tak menghiraukan tatapan Andra sama sekali, ia hanya fokus ke kentang goreng yang berada di depannya. Bahkan Ian pun ia abaikan, kasihan sekali dia.

"Gi" panggilan dari Andra itu membuat Gifar yang tadinya sedikit menunduk menjadi tegap. Gifar menatap Andra dengan alis terangkat sebelah.

"Itu" ucap Andra seraya menunjuk Ian dengan dagunya, yang di tunjuk hanya diam seraya menatap Gifar yang terlihat imut dimatanya. Gifar yang tahu apa yang dimaksud Andra pun kini menatap Ian yang sedang menatapnya juga.

"Gak ada apa-apa" balas Gifar acuh. Andra yang tak merasa puas pun kembali bertanya.

"Udah pacaran?" Ian yang mendengar pertanyaan dari Andra pun mengangguk walaupun yang di tanya bukan dirinya.

"Gue tanya Gifar bukan lo" Ian menatap Andra datar lalu setelahnya kembali menatap Gifar dengan tatapan memuja.

"Gi" Gifar berdecak dan menatap Andra kesal.

"Nanya mulu lo, gue enggak pacaran sama dia. Cuman gue udah nerima keberadaan dia aja" Ian yang mendengar itu memanyunkan bibirnya.

Teman-teman Gifar bahkan seisi kantin yang mendengar percakapan mereka pun tertawa dan mengejek Ian mati-matian.

"Yahahahah prenjon"

"Padahal udah pede"

"Mampus ketiban kenyataan"

"Gifar mendingan sama gue aja"

"Gue lebih cakep Gi, sama gue aja"

"Mendingan pdkt sama gue Gi"

Ian menatap tak suka semua orang yang menertawakan dirinya dan orang yang ingin merebut Gifar darinya. Gifar yang melihat Ian kesal hanya diam.

"Ini" Ian menatap Gifar seraya berkedip beberapa kali karena dengan tiba-tiba Gifar menyodorkan kentang goreng yang baru saja di gigit setengah ke arahnya. Dengan refleks Ian membuka mulutnya dan membiarkan Gifar menyuapnya. Ian menatap Gifar dengan senyuman pemikat hati cwk.

Andra yang melihat itu tersenyum tipis, bukan hanya dia bahkan semuanya ikut tersenyum. Kecuali satu orang yang menatap Gifar dengan tatapan penuh kebencian.

Gifar kini kembali menginjakkan kakinya di rumah yang ingin sekali ia bakar ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gifar kini kembali menginjakkan kakinya di rumah yang ingin sekali ia bakar ini. Setelah menghembuskan nafas panjangnya, dengan perlahan kaki jenjangnya berjalan masuk. Walau dengan berat hati Gifar tetap mengikuti perintah sang Ayah yang menyuruhnya untuk masuk ke dalam rumah.

Dapat Gifar lihat Nathan yang sedang menangis entah kenapa, Gifar rasa Nathan sedang menjalankan sebuah drama.

Plakk

Baru saja bongkahan kembarnya menyentuh sofa, pipi gembulnya langsung mendapatkan sebuah tamparan keras dari sang ayah. Gifar menatap orang yang paling tua itu dengan tatapan bingung seraya memegang pipinya yang sakit.

"Kau anak kurang ajar" Gifar menyerit bingung.

"Setelah melawan orang tua. kau ingin menjadi jalang hah!?" Gifar kembali bingung, tak mengerti tentang apa yang ayahnya ucapkan.

"Maksud ayah apa?" tanya Gifar polos, itu membuat Nathan geram.

"LO UDAH NGEREBUT IAN DARI GUE!! DASAR PELAKOR! SIALAN!? hikss" Nathan menghambur ke pelukan sang ayah sedangkan Gifar yang mendengar itu diam untuk mencerna apa yang baru saja Nathan ucapkan.

"T-tapi kata Ian d-dia cinta sama gue?" ucap Gifar gagap, Nathan mendelik tajam.

"DIA ITU CUMAN CINTA SAMA GUE SELAMA INI DIA PURA-PURA!! GAK USAH SOK KEPEDEAN DEHH!!"

Deg

Apakah benar?

Itulah yang Gifar pikirkan saat ini.

***

Yoo
Jangan lupa vote sama komennya yaa

CHASING YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang