12

571 57 1
                                    

"Huhh" entah sudah yang keberapa kali pemuda tampan itu menghela nafas berat, bahkan teman-temannya yang lain hanya diam tak menanggapi.

"Padahal kemarin dia udah bersikap manis ke gue. Kok sekarang menjauh lagi!! Mana tadi gue di pukul" keluhnya lagi, tentu saja tak ada yang menjawab semua perkataan serta pertanyaan dari pemuda tersebut. Ian kembali menghela nafas, ia seperti ini karena sikap Gifar yang kembali berubah menjadi cuek dan tak tersentuh seperti biasanya.

"Mungkin lagi pms" ucap Aldo acuh seraya memakan es doger kesukaannya.

"Dia cowok. tolol" Aldo menatap malas sang kembaran yang tak mendukung candaannya. Wandi menatap malas Ian yang sedari tadi hanya lemas terlihat tak punya semangat sama sekali.

"Haii Ian" merasa terpanggil Ian menatap pemuda yang datang menghampirinya itu dengan tatapan datar. Tanpa di persilahkan, Nathan memilih duduk di samping Ian yang masih menatapnya dengan tatapan datar.

Sedangkan Aldo dan Aldi mulai melirik satu sama lain, terlihat si duo kembar ini bertelepati. Wandi yang melihat Nathan duduk di sebelah Ian pun memutar matanya malas, Namun seketika ia tersenyum tipis.

"Itu Gifar" ucapan Wandi membuat Ian seketika mencari pemuda yang sangat ia cintai itu.

"Mendingan lo sampirin dia deh" ucap Wandi seraya menatap Gifar yang berada jauh di depan mereka saat ini. Ian yang mendengar ucapan Wandi pun dengan seketika beranjak dari tempatnya dan segera pergi menghampiri Gifar yang terlihat jalan santai dengan Dandi di sampingnya.

Setelah Ian pergi Wandi serta duo kembar berdiri seraya menatap datar Nathan yang ada di depannya.

"Lo kan yang buat Gifar kek gitu?" ucap Wandi datar.

"Bukan urusan lo" Nathan beranjak dari duduknya dan meninggalkan ketiganya, ketiganya berdecih ketika Nathan sudah hilang dari pandangan.

Sementara itu~

"Gifar" Gifar yang merasa terpanggil pun hanya abai karena ia tahu siapa orang yang memanggilnya. Ian menghela nafas seraya tetap mengikuti langkah kaki Gifar. Dandi yang melihat keduanya seperti hanya mampu untuk diam, lebih ke bodoamat sih soalnya dia berpikir dua-duanya adalah orang goblok yang saling mencintai.

"Apa salah gue!" ucap Ian dengan sedikit bentakan seraya menggapai tangan Gifar agar pemuda itu berhenti berjalan. Gifar berbalik dan menatap Ian datar.

"Lo gak ada salah" ucap Gifar seraya melepaskan tangannya dari Ian tapi genggaman itu semakin erat.

"Terus kenapa lo ngejauh dari gue... P-padahal lo kemarin bilang bakal ngasih gue kesempatan" Gifar tak bereaksi apapun atas apa yang Ian ucapkan sedangkan Dandi yang mendengar Ian mengucapkan itu hanya diam dan Dandi bisa merasakan betapa sakit hati kakak kelasnya itu.

"Udah. Mendingan lo lupain gue dan cari aja yang lain. Ayo Dan" ucap Gifar seraya menghempaskan tangan Ian dengan sekuat tenaga dan segera menarik Dandi dari sana meninggalkan Ian yang terdiam.

 Ayo Dan" ucap Gifar seraya menghempaskan tangan Ian dengan sekuat tenaga dan segera menarik Dandi dari sana meninggalkan Ian yang terdiam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gifar kembali menghela nafas panjang seraya memeluk tubuhnya sendiri, sungguh ini hari yang sial. Hujan yang lumayan deras membuatnya kedinginan. Gifar kini tengah berada di gazebo kayu yang sepi seorang diri. Niatnya ia akan pergi ke rumah Andra tapi di tengah jalan tiba-tiba hujan.

Gifar hanya diam, sesekali menatap guyuran hujan yang lumayan deras itu. Entah kenapa ia merasa devaju tentang sesuatu hal yang terjadi saat ini. Dengan tiba-tiba Gifar menggelengkan kepalanya, dan itupun membuat kepalanya pening.

"Kenapa sih" ucapnya lirih seraya memegang kepalanya yang terasa sakit.

Gifar kembali menatap jalanan yang terlihat sepi akibat hujan. Tiba-tiba matanya tak sengaja tertuju kepada pengendara motor yang mengarah kepadanya. Dan benar saja orang yang mengendarai motor itu menepi ke arah gazebo yang ia tempati.

Gifar melirik sekilas seorang yang baru saja berdiri di sampingnya dan kembali memfokuskan diri kepada guyuran hujan yang ada di depannya. Ia penasaran dengan rasa dejavu tadi, entah itu sebuah kebetulan atau apa.

"Gifar" dengan reflek Gifar menatap seseorang yang baru saja memanggilnya.

Gifar menatap pemuda yang berdiri di sampingnya itu dengan alis terangkat, Gifar merasa tak asing dengan postur tubuh pemuda tersebut.

"Maaf kalau gue ada salah" seketika Gifar menatap pemuda itu datar. Sedangkan pemuda yang di tatap Gifar itu sedang melepas helm full face yang sedari tadi ia kenakan.

"Gue bosan dengar lo bilang gitu" ucap Gifar setelah Ian melepas helmnya.

"Tapi gue gak bosan buat bilang gitu" Gifar memutar matanya malas dan mengalihkan pandangannya ke depan. Itu lebih baik daripada menatap wajah menyebalkan pemuda di sampingnya itu. Dan tiba-tiba Gifar emosi atas apa yang Ian lakukan.

"KALAU GUE SALAH TU BILANG!!" ucap Ian seraya menarik bahu Gifar dengan sedikit kasar. Sedangkan Gifar yang di perlakukan seperti itu pun emosi.

Bughh

"YA TERUS KALAU LO TAU LO BAKAL NGAPAIN HAH!!" ucap Gifar seraya memukul rahang Ian keras.

"GUE MUAK SAMA LO" ucap Gifar seraya mendorong tubuh Ian agar menjauh darinya, sedangkan Ian tak memberikan respon sama sekali.

"GUE GAK SUKA SAMA LO" Ian yang mendengar itu pun tersenyum masam.

"Hahaha padahal gue udah berharap lo bakal balas perasaan gue" ucap Ian seraya menatap Gifar dengan senyuman andalan.

"Gue gak bakal bisa buat jatuh cinta sama lo" ucap Gifar seraya menatap Ian tajam.

"Sesulit itu ya buat lo jatuh cinta sama gue? Padahal gue semudah itu buat jatuh cinta sama lo" ucap Ian dengan tatapan sendu.

"Lo yakin bahwa lo itu cinta sama gue?" Ian yang mendengar itu pun mengangkat alis sebelah.

"Lo butuh bukti apalagi Gifar?" ucap Ian frustasi.

"Gak ada" Ian yang mendengar itu dengan segera menarik Gifar mendengar ke arahnya dan memeluk pinggang ramping Gifar dengan erat. Dengan secepat kilat Ian mencium bibir Gifar dengan paksa.

Cup

"APA-APAAN LO BAJINGAN" Gifar memukul rahang Ian ketika Ian menjauhkan bibirnya.

"Maaf" ucap Ian ketika sadar dengan apa yang telah ia lakukan kepada Gifar.

"GUE BENCI SAMA LO" ucap Gifar dengan raut wajah yang terlihat tak suka dengan apa yang telah Ian lakukan, bahkan Gifar terlihat akan menangis.

"Maaf" Ian memeluk Gifar semakin erat.

"LO BAJINGAN SIA-lann" Ian menatap Gifar yang sudah menangis di pelukannya, ia rasa Gifar sudah kelewat kesal.

"Gue gak suka lo sama dia" ucap Gifar seraya memukul dada Ian sedikit keras tapi itu tak penting sama sekali bagi Ian, Itu tak ada apa-apanya dengan kata-kata yang Gifar lontarkan.

"Gue gak suka, kalau gue suka sama lo" Ian hanya diam seraya menatap Gifar yang terus melontarkan seluruh isi hatinya.

"Lo jahat sama gue" Ian menatap Gifar bingung.

"Lo nyakitin gue sebelum gue bilang kalau gue juga suka sama lo" dan kata terakhir Gifar membuat Ian semakin kebingungan.

***

males bet cuyy update
tapi jangan males buat vote dan komen cerita author ya😙
cukup author saja yg malas

CHASING YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang