Jay melamun sejak dua jam lalu di sudut kafe tempat Mahes bekerja. Pikirannya melalang buana memikirkan kejadian yang dilihatnya sebelum datang kemari. Mendadak pikirannya jadi kacau karena mbak crush-nya menolak ajakannya untuk pulang bersama dan malah jalan-jalan bersama Kala. Masih tidak menyangka orang yang disukainya ditikung oleh sahabat baiknya sendiri. Tadi dengan mata kepalanya sendiri ia melihat Winter sedang makan berdua bersama sahabatnya. Mereka tampak bahagia, makan dan tertawa.
"Jay? Jangan ngelamun mulu! Tumben banget susu pisang sama kentang gotengnya lo anggurin lama."
Karena jam kerjanya akan segera berakhir dan suasana kafe sedang tidak ramai, Mahes memutuskan beristirahat sejenak. Dia menghampiri sahabatnya lalu duduk di hadapannya sembari meletakkan nampan berisi spagetti dan es kopi susu. Kebetulan tadi belum sempat makan jadi mau makan dulu sambil menemani sang sahabat yang masih asik melamun. Makanan dan minuman kesukaan pemuda itu pun tidak disentuh sejak tadi dan tidak merespon ucapannya juga barusan. Entah apa yang sedang mengganggu pikiran Jay.
"Lo kenapa sih, Jay? Coba cerita sama gua! Dari tadi cuma diem aja. Ntar kesambet tahu rasa lo."
"Kayanya gua cerita juga lo ngga percaya, Hes. Lo pasti lebih belain si bajingan itu. Dari dulu selalu gitu," Akhirnya Jay mengalihkan atensinya kepada Mahes kemudian mulai menyentuh gelas susu yang didiamkannya sejak tadi.
"Ngomong apa sih? Siapa yang bajingan? Cerita dulu yang jelas baru ambil kesimpulan. Jangan bikin gua bingung!"
"Kala jalan sama Winter. Dia tahu gua suka Winter kan? Kenapa malah jalan bareng? Mana kelihatan romantis dan bahagia banget. Gua jarang lihat Kala ketawa selebar itu sama orang lain."
"Eh? Jangan bercanda, Jay! Masa Asa pergi sama Winter berdua? Mungkin ada temen lainnya juga dan ada urusan kali."
"Mereka ngga sedeket itu buat pergi berdua dan urusan apa? Hah, udah gua duga lo ngga akan percaya dan belain dia. Gua pulang aja, Hes. Bye!"
Tanpa menunggu balasan kawannya, Jay langsung pergi dari sana. Minumannya hanya diminum setengah dan makanannya masih utuh tidak tersentuh. Sementara Mahesa menghela napas pasrah karena paham kalau sahabatnya yang galau akan jadi super sensitif dan tidak mau mendengarkan perkataan orang lain. Jadi, ia hanya diam dan lanjut memakan spagetti yang tersisa sedikit. Kemudian memakan kentang goreng yang masih utuh sembari sesekali menyeruput es kopi susunya.
"Padahal dia ke sini kan buat jemput gua. Sekarang gua balik naik apa? Males naik bus. Kalau naik taksi sayang uangnya. Mau naik ojol tapi hape gua ngga ada aplikasinya. Jadi... mending telpon Asa aja deh. Sekalian ngomongin soal Winter."
Dengan segera Mahesa meminta Kala untuk menjemputnya dan untung saja anaknya bisa menjemput. Setelah menghabiskan makanan dan minuman, ia segera membereskan meja. Kemudian melanjutkan pekerjaan yang tersisa sebelum jam kerjanya usai. Tinggal lima belas menit lagi jam kerjanya selesai dan Kala tiba tepat ketika jamnya pulang. Mahesa mengganti bajunya lalu segera menghampiri sahabatnya yang menunggu di luar. dahinya sedikit berkerut melihat sang sahabat berdiri di dekat sebuah mobil.
"Ayo, Hes! Langsung pulang atau lo mau mampir kemana dulu?"
"Eh? Lo bawa mobil, Sa? Tumben banget. Itu mobilnya Bang Jiun 'kan?"
"Iya. Tapi ngga ada Kang Jiun di dalam. Bang Ben yang bawa. Pinjem Kang Jiun soalnya mobil Bang Ben masuk bengkel. Udah ayo masuk dulu!" ajak Kala sembari menarik tangan sahabatnya agar segera masuk.
Keduanya duduk di bangku belakang karena bangku depan sudah terisi. Di kursi kemudi ada Ben dan di sebelahnya ada... "Winter?"
"Oh, halo! Mahesa ya? Masih inget namaku ternyata. Kirain lupa karena kita jarang banget ketemu. Kita baru ketemu sekali dua kali 'kan?"
Mahesa menganggukan kepala, "Kok bisa ada Winter di sini?"
"Winter sepupu gua, Mahesa. Tadi kita bertiga plus temennya Winter habis jalan seharian. Kebetulan pas gua lagi ngga banyak kerjaan jadi gas aja main seharian mumpung mereka cuma kuliah pagi doang tadi. Sebelum ke sini tadi nganterin si Sasha dulu. Habis ini nganter Winter dulu ya baru elo," jelas Ben lalu segera melajukan mobilnya meninggalkan area kafe.
"Ah, iya. Ngga masalah, Bang Ben."
Jadi, benar kalau Jay salah paham dengan apa yang dilihat tadi siang. Winter tidak hanya berdua dengan Kala tetapi bersama Ben dan si Sasha itu. Nanti ia akan menjelaskannya pada sahabatnya yang salah paham itu setelah emosi Jay reda. Dia tidak ingin persahabatannya goyah hanya karena seorang perempuan. Kemudian Mahesa menutup mata dan mencoba untuk tidur sejenak karena merasa kelelahan. Kala membiarkan dan malah menyandarkan kepala sahabatnya ke bahunya agar lebih nyaman.
"Bang, nanti mampir beli nasi uduk atau nasi goreng ya? Buat mamanya Mahes."
"OK!" jawab Ben singkat lalu kembali fokus menyetir hingga tiba di depan rumah Winter kemudian gadis itu berpamitan sebelum turun dari mobil dan segera masuk ke dalam rumah, "Makasih, Bang Nanda! Gua balik ya, Kal! See ya!"
Ben dan Kala membalas sekenanya lantas bergegas pergi dari kawasan perumahan tempat tinggal Winter. Mereka mencari penjual nasi uduk dulu di tempat langganan Kala, jika tutup baru beli nasi goreng langganan Mahesa. Keduanya tidak banyak bicara selama perjalanan karena sibuk dengan pikiran masing-masing. Ah, sebenarnya hanya Kala yang sibuk dengan pikirannya sendiri. Sementara Ben diam karena fokus menyetir saja.
"Bang, gua nginep di rumah Mahes boleh? Udah lama gua ngga nginep."
"Boleh. Gua ikut nginep juga boleh ngga? Jadi, besok gua bisa anter kalian ke kampus sekalian."
"Boleh aja. Tapi abang jangan kaget lihat kondisi mama Mahes ya?"
Sejenak Ben terdiam kemudian mengangguk dan berdeham pelan, "Iya. Santai aja. Gua ngga akan kaget atau banyak tanya soal itu."
.
.
To Be Continue
Sorry for typo. Jangan lupa vomment! Sankyu!^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Survive? [01 Line of Treasure]
FanfictionHanya sebuah kisah dari tiga pemuda yang berjuang melewati pahit manisnya hidup bersama-sama. Diselipi dengan kisah cinta masing-masing pemuda. Penasaran? Langsung baca aja. Jangan lupa tinggalkan jejak! Happy Reading!^^ 01 Line Treasure Friendship...