Tiga Belas

23 2 0
                                    

Ada yang aneh dengan malam ini. Entah mengapa perasaan Kala tidak tenang, tetapi ia berusaha untuk mengabaikannya. Kendati kedua maniknya tidak melepaskan pandangan dari Mahesa sejak dua jam yang lalu. Secara tiba-tiba kapten tim basket itu meminta mengerjakan tugas milik anak kedokteran. Meski sangat berbeda jauh, nyatanya pemuda itu mampu mengerjakannya. Sesekali bertanya pada si pemilik tugas apakah sudah benar atau belum jawaban yang ditulis. Kurang lebih tiga jam tugas yang dikerjakan selesai juga.

"Sa, ayo melukis bareng! Udah lama kita ngga ngelukis bareng. Kita melukis di halaman belakang ya? Eca pengen ngelukis langit malam yang banyak bintangnya. Mau 'kan? Ayo!" ajak Mahesa semangat lalu segera menyiapkan peralatan yang dibutuhkan.

Setelah tugas selesai, bukannya langsung tidur, Mahesa malah mengajak sahabatnya untuk melukis. Sudah lama mereka tidak melakoni hobi melukis bersama sejak masuk bangku kuliah. Kala pun tidak menolak juga tidak menjawab apapun ketika diajak melukis bersama di halaman belakang. Dia hanya mengikuti langkah sahabat baiknya yang tampak antusias berjalan ke halaman belakang dengan membawa peralatan lukis. Dengan cekatan ia menyiapkan kanvas dan peralatan lainnya lalu duduk di bangku.

Kali ini mereka hendak melukis langit malam di sebuah kanvas yang tidak terlalu besar. Seperti biasa, Mahesa yang membuat sketsa awalnya kemudian Kala yang akan menegaskan sketsa buatan sahabatnya. Selesai dengan sketsa, Kala mulai menyiapkan cat yang dibutuhkan di palet. Lantas keduanya mulai mewarnai gambaran yang telah mereka buat tadi. Mahesa tersenyum lebar ketika selesai memberi warna pada salah satu bintang yang paling besar.

"Bintang yang paling besar dan bersinar terang ini Eca. Asa sama Aden kalau kangen Eca lihat aja bintang yang paling besar dan terang ya? Jangan lupa!"

"Kenapa? Kalau kangen bisa langsung datang kemari atau video call, Ca," balas Kala sembari menghentikan pergerakan tangannya yang tengah memberi warna langit.

"Sa, ngga selamanya Eca ada di sini. Kan bisa aja nanti Eca kalau udah lulus bakal kerja di tempat yang jauh dan susah sinyal. Namanya juga jadi Arkeolog, pasti kerjanya berburu mencari situs-situs bersejarah yang belum ditemukan. Biasanya ada yang di lokasi yang sulit terjangkau sinyal. Makanya lihat bintang aja, oke?"

Karena enggan berdebat lebih jauh, Kala hanya menganggukkan kepala menanggapi ucapan sahabatnya. Tangannya kembali bergerak untuk mewarnai gambaran mereka. Setelah hampir dua jam, pekerjaan mereka berdua selesai juga. Mahesa dan Kala menatap hasil lukisannya dengan tatapan puas kemudian keduanya saling melempar senyuman. Lantas keduanya beranjak dari kursi dan membereskan peralatan yang digunakan untuk melukis dan mengembalikannya ke kamar. Lukisan yang sudah jadi pun disimpan di kamar.

"Eh, Sa, midnight drive yuk! Terakhir kita midnight drive pas awal jadi mahasiswa, lho. Kangen banget midnight drive bareng."

"Ha? Tiba-tiba banget?" tanya Kala agak terkejut lalu melirik jam dinding yang tergantung di atas meja belajar Mahesa, "Ini udah jam dua pagi, Ca. Yakin?"

"Yakin banget! Mau ya? Plislah, Asa! Pakai motor aja ya? Lebih seru naik motor kayanya deh."

"Motor? Kenapa ngga mobil aja? Lo ngga kuat dingin, Ca. Jam segini pasti udaranya dingin banget. Nanti lo masuk angin gimana?"

"Bisa pakai jaket yang tebel. Ngga akan sakit juga. Ayo cepetan berangkat!"

Mahesa benar-benar antusias dan tidak sabaran sekali. Pemuda itu langsung melapisi kaos hitam lengan panjang yang dikenakan dengan hoodie yang tebal. Kemudian mengambil kunci motor miliknya yang tergeletak di meja belajar. Melihat itu, Kala segera mengambil jaket boomber warna hijau tua miliknya. Setelah itu mereka berdua keluar dari rumah dengan langkah pelan agar tidak membangunkan ibu Mahesa.

Survive? [01 Line of Treasure]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang