Dua Belas

22 2 0
                                    

Selepas mengunjungi makam Kayla, Jay izin pulang terlebih dulu ke rumah karena mendadak ada acara keluarga. Sebenarnya dia ingin ikut menginap di rumah Mahesa sampai besok, tetapi ayahnya sudah mengancam kalau tidak datang semua koleksi komiknya akan dibakar. Jadi, dengan berat hati ia pulang ke rumah sekarang juga dengan taksi online yang sudah dipesankan kakak tertuanya. Entah apa yang akan terjadi nanti, semoga bukan hal buruk.

Tiba di rumah, Jay langsung masuk ke kamar dan membersihkan diri lalu mengganti baju dengan baju yang sudah disiapkan oleh ibunya. Pakaian semi formal yang harus dikenakan tanpa tahu untuk apa. Dia hanya menurut lantas turun ke bawah menghampiri keluarganya di ruang tengah. Ayah, ibu, dan adik perempuannya sudah duduk manis di sofa. Tak lama kemudian kedua kakak kembarnya turun. Mereka pun keluar rumah dan pergi ke suatu tempat.

Sekitar tiga puluh menit kemudian, kendaraan milik ayah Jay tiba di depan sebuah restoran mewah. Tanpa banyak bertanya, pemuda jangkung itu turun dari mobil bersama kedua saudaranya. Tangannya merangkul bahu kakak keduanya yang lebih tinggi darinya lalu berbisik. Menanyakan perihal kedatangan mereka ke tempat ini. Sungguh dirinya bingung karena tidak ada pemberitahuan apapun sebelum ini mengenai acara keluarga yang dimaksud.

"Bang Stip, ini kita mau ngapain sih? Terus kenapa juga dari tadi muka Kak Nil sepet banget?"

Steve melirik adiknya sekilas, "Panggil nama gua yang bener atau gua smackdown?"

"Iya, iya. Jadi, Bang Steve Argasatya Biantara, ada apa gerangan?"

"Yang bener bukan yang lengkap, bego!" ketus Steve sambil menoyor kepala adiknya lalu melambatkan langkah supaya kembarannya jalan di depan sama kedua orang tua serta adik bungsunya dan Jay pun ikut melambatkan langkah, "Kakak lo mau dijodohin sama anak sahabat papa, Yas. Mereka udah janji dulu mau jodohin anak mereka kalau punya anak beda gender. Nah, berhubung Agas yang paling tua, dia lah yang dijodohin."

"ANJIR! Dikira masih zaman Siti Nurhaliza apa?"

Jay memberi respon yang cukup heboh sehingga membuat beberapa pasang mata menatap ke arah mereka. Kalau begini, Steve merasa ingin menghilang dulu dan tidak mengakui keberadaan adiknya yang lebay luar biasa. Pemuda bersurai biru tua tersenyum sambil meminta maaf ke orang-orang yang merasa terganggu. Kemudian menarik tangan adiknya agar berjalan lebih cepat karena mereka sudah ketinggalan jauh. Keluarga lainnya sudah masuk ke dalam lift menuju ke lantai sepuluh, tempat acara keluarga akan berlangsung.

"Siti Nurbaya, tolol! Astaga, punya adek kenapa ngga ada otaknya sih? Heran gua tuh. Di kehidupan sebelumnya gua ada dosa apa ya sampai punya adek modelan elo, Yas? Tobat gua," Steve menghela napas lelah kemudian kembali berbicara setelah mereka berdua berada di dalam lift, "Jangan malu-maluin kaya gitu, anjing! Ini resto mahal. Jaga image dikit kek! Capek banget punya adek macem lo, Yas. Mau tuker adek aja rasanya."

"Tuker sama siapa? Kaya ada yang mau jadi adik Bang Arga sama Kak Agas aja. Kala pasti males lah. Mas Kaivan tuh kakak idaman banget. Mending gua punya kakak kaya gitu. Pasti hidup gua lebih sejahtera."

"Berisik! Kalau lo ngga mau jadi adek gua, pindah KK sana! Nanti gua bilangin papa buat coret lo dari KK terus tambahin Mahesa aja ke KK keluarga Biantara. Mahesa jauh lebih baik dari elo, Yas. Sumpah."

"Jahat banget mulutnya sih, Bang. Ga laik banget lah. Gua aduin mama tahu rasa lo. Pasti uang jajan lo bakal dipotong, Bang."

"Bodo amat! Udah diem. Jangan malu-maluin ntar kalau ketemu calon kakak ipar, Yas. Awas aja kalau sampai bikin malu! Gua buang ke pasar loak."

Mereka berdebat sampai keluar dari lift kemudian berubah jadi sok cool ketika melihat keberadaan keluarganya berada. Bukan hanya ada ayah, ibu, kakak, dan adiknya, tetapi sudah ada keluarga dari sahabat ayahnya. Ada seorang pria dewasa, wanita dewasa, dan seorang gadis yang kelihatannya sepantaran dengan Jay. Ketika sudah dekat, Jay bisa melihat siapa sosok gadis muda yang merupakan anak dari sahabat sang ayah. Dia terkejut bukan main ketika melihat siapa gadis tersebut dan otomatis berteriak.

"LOH KAK TIKA? KAKAK NGAPAIN DI SINI, KAK?" tanyanya heboh sambil menatap lekat gadis yang tak lain adalah kakak tingkat Kala dan penggemar nomor satunya Mahesa.

"Eh? Jayden? Wah, dunia sempit sekali. Ngga disangka bakal ketemu sama kamu, ya."

"Kalian udah saling kenal, Yasa? Kenal Cantika di mana dan kapan?" tanya Tuan Biantara sembari menatap anaknya dengan tatapan menyelidik.

"Di kampus, Pa. Kak Cantika itu kakak tingkatnya Kala. Terus kenalnya ya sejak Kala bawa Kak Cantika makan di kantin bareng Yasa sama Mahes."

Kedua pria dewasa yang ada di sana hanya mengangguk mendengar jawaban Jay. Kemudian kedua anak keluarga Biantara yang baru datang langsung duduk di tempatnya masing-masing. Setelah itu, mereka membicarakan seputar masa lalu kedua sahabat lama itu dan perjodohan antara Cantika dan Daniel. Hal ini cukup membuat Jay terkejut, tetapi tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Cantika menyukai Mahesa tapi Mahesa tidak jadi tidak ada alasan juga untuk menghalangi perjodohan ini. Siapa tahu dengan ini gadis itu bisa move on.

Lebih baik besok dibicarakan saja dengan gadis tersebut, pikir Jay. Untuk saat ini fokus ke acara reuni sekaligus perjodohan supaya tidak merusak suasana. Sesekali Jay menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya dan terkadang juga melontarkan candaan agar suasananya lebih hidup. Terlebih dirinya tahu kalau ada dua orang yang tidak nyaman dengan pembicaraan perihal perjodohan. Meski kedua pria dewasa tersebut tidak memaksa, tetap saja mereka berharap kedua anak mereka bisa bersatu. Perlahan saja katanya.

Kak Tika FK

Jangan kasih tahu Tiva dulu, Jay.

Besok kita bicarakan berdua.

07.30 PM

Iya, Kak. Gua paham. Santai.

Lo have fun aja malam ini ya?

Ngga usah dipikirin banget lah.

07.31 PM

Sebuah notifikasi pesan yang masuk ke ponsel Jay langsung dibuka dan dibalas pesannya karena tahu siapa yang mengirim. Dia juga paham situasinya sekarang. Setelah membalas pesan, ia langsung menyimpan ponselnya kembali. Kemudian lanjut berbincang dengan yang lainnya. Tak lama, makan malam datang sehingga masing-masing fokus pada santapan. Karena tidak baik makan sambil berbicara jadi mengobrolnya dilanjut setelah makanan habis. Kedua keluarga menghabiskan waktu bersama hingga pukul sepuluh malam.

"Kami pulang dulu ya. Terima kasih atas jamuan malam ini, Andrean. Sampai jumpa lain waktu!"

"Terima kasih juga karena telah meluangkan waktu untuk berbincang denganku, Jonathan. Sampai jumpa! Hati-hati di jalan!"

"Of course. Hati-hati juga! Selamat malam! Permisi!"

Usai saling berpamitan, kedua keluarga berpisah di depan pintu masuk restoran. Kemudian berjalan ke tempat mereka memarkirkan mobil tadi. Setelahnya mereka pulang ke rumah masing-masing dengan perasan bahagia. Hanya Daniel dan Cantika yang merasa tidak terlalu bahagia karena perjodohan keduanya. Mungkin mereka perlu waktu juga untuk bicara berdua agar dapat memutuskan akan menerima perjodohan ini atau tidak. Sementara Jay hanya bisa berharap yang terbaik untuk orang-orang yang disayangi.

.

.

To Be Continue

Sorry for typo. Jangan lupa vomment. Sankyu^^

Survive? [01 Line of Treasure]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang