━━━ chapter 0036

1.3K 191 9
                                    

Now playing :
Peace and Love on the Planet Earth - Steven Univers

·~•«◇  ◇»•~·

▍Raphael bisa dibilang agak berubah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▍Raphael bisa dibilang agak berubah.

Yah, tidak bisa dibilang berubah yang drastis sekali sih karena buktinya pemuda ini masih punya mulut yang tidak sopan dan kadang berperilaku biadab. Namun setelah banyak kejadian yang kulewati di Mansion Reid, sikap Raphael yang sudah agak baik perlahan-lahan berubah menjadi lebih baik lagi.

Rasanya aneh tentu saja. Aku sudah terbiasa dengan sikap Raphael yang kasar. Jadi ketika digendong dan didekap erat seperti ini olehnya aku benar-benar merasa tidak nyaman.

"Young Master, bisakah kau menurunkanku?"

"Sudah berapa kali kusuruh untuk memanggilku Kakak?"

Melihat alisnya yang menukik, aku langsung menyesal. Kalau tau begini aku lebih baik diam saja dari awal. Menurunkan diriku ke lantai bukanlah perkara yang sulit. Untuk apa tuan muda ini ingin adu mulut dulu?

"Tidak bisakah kau langsung menurunkanku saja tanpa adu mulut?"

"Tidak." Raphael menjawab tegas. "Kalau kau lupa, kau baru saja mengalami dislokasi tulang, Aurora Kau ingin pergelangan kakimu tambah parah? Aku tidak ingin tanggung jawab jika nanti kau tidak bisa berjalan selama berbulan-bulan."

Tch. Aku mencebik dan membuang muka. Kalau tidak ingin ya tinggal bilang saja tidak. Untuk apa mengancam-ngancam diriku segala. Lagipula Theo dan Grita itu kan healer hebat, ditambah lagi Kakek cukup protektif. Mana mungkin mereka bertiga membiarkanku kesakitan dalam jangka waktu yang lama.

Ah tapi aku benar-benar ingin turun! Coba saja Raphael tidak menggendongku! Mana mungkin aku menggerak-gerakkan kakiku untuk membunuh rasa bosan saat ini. Tapi itu saja tidak cukup! Dengan lorong Istana yang terlihat begitu panjang dan gelap serta Raphael yang secara mengejutkan sangat diam, aku butuh aktivitas lain! Oh, bagaimana dengan menginspeksi jepitan yang diberikan Sebastian?

Tapi ketika itulah aku baru sadar kalau yang ada di tanganku saat ini hanya sepatu hak berkilau. Dua buah jepitan kupu-kupu cantik milik Sebastian tidak ada.

"Young Master bisakah kita kembali ke taman tadi?"

Aku bersuara ketika sudah menyerah karena tidak menemukan jepitan itu dimana-mana.

"Kenapa? Kau ingin bertemu lagi dengan Pangeran Mahkota dan Gio?" Raphael bertanya dengan sebelah alis terangkat. Ujung bibirnya itu melengkung usil.

"Pikiranmu itu." Aku berdecak. "Aku hanya ingin mengambil jepitanku yang sepertinya tertinggal di sana."

The Villainess' ConundrumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang