━━━ chapter 0034

2K 287 15
                                    

Now playing :
Serenade for Strings op. 48 : II Valse — Tchaikovsky

·~•«◇  ◇»•~·

▍Ketika Sebastian tampak menegang di tempatnya, di detik itu juga aku tau kalau riwayatku sudah tamat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▍Ketika Sebastian tampak menegang di tempatnya, di detik itu juga aku tau kalau riwayatku sudah tamat.

Demi alam semesta dan seluruh isinya!

Aku benci kalau racunku pecah, tapi disaat-saat seperti ini aku malah berharap kalau racunku pecah saja sekalian. Pada titik ini, tidak masalah kalau  satu Antares mengetahui racun Aurora karena yang lebih penting adalah menghindari Pangeran Mahkota!

Tapi aku tau bahwa menghindari Eden tidak akan mungkin semudah yang kubayangkan. Karena dengan kurang ajarnya Sebastian malah menarik tanganku dan berbalik, membungkuk pada sang Pangeran.

"Semoga berkah Zephyr selalu menyertai Anda, Your Highness."

Kerongkonganku rasanya seperti diisi pasir ketika memimik cara bicara Sebastian dan menyapa Eden. Apalagi ketika mendongak, pemuda itu terus menatapku dengan senyuman yang akhirnya memaksaku untuk menunduk lagi.

Astaga, kenapa aku tidak bisa pingsan saja sekarang?

"Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu, Lord Dalton." Eden tersenyum.

"Tidak mungkin saya berani bertindak lancang dan melewatkan acara penting ini, Your Highness." Sebastian menjawab sopan, tak lupa memberikan senyumnya yang lebar, namun anehnya tampak tidak tulus.

"And of course, what a pleasant surprise meeting you here, Princess."

Aku terhenyak ketika Eden mengarahkan pandangannya ke arahku. Pangeran itu tersenyum lebar, dengan sebuah binar aneh yang terus lewat di matanya. Yang lebih aneh lagi, entah perasaanku saja atau bukan tapi Sebastian saat ini tampak menggeser tubuhnya dan menutupi eksistensiku. Karena yang aku lihat sekarang ini malah pundak lebarnya, bukan figur tegap milik Eden.

"Hanya saja kali ini, kau terlihat sedikit pucat dibanding terakhir kali kita bertemu. Apa kau baik-baik saja, Princess?"

Haruskah Pangeran Mahkota satu ini menuangkan minyak ke dalam api? Apakah matanya yang beriris abu-abu itu tidak bisa melihat bahwa wajah Sebastian semakin menggelap dan pria itu tengah menutupi diriku?! Lihat, genggaman tangannya di tanganku saja mengerat dan rasanya sakit! 

"Terima kasih atas kekhawatiran Anda, Your Highness." Aku bersuara. "Saya baik-baik saja."

"Baguslah kalau begitu."

The Villainess' ConundrumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang