━━━ Flawless

1.2K 142 19
                                    

⚠Trigger Warning⚠
Child abuse, blood, massacre, miscarriage, gore, violence, torture, explicit mentioning about intended abortion, explicit mentioning and graphic description containing gore torture.

Dimohon kebijakan para pembaca dalam membaca chapter ini.

·~•«◇  ◇»•~·

·~•«◇  ◇»•~·

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

How amusing.

In the world full of misery,
how can one human be so lovely?

·~•«◇  ◇»•~·

▍Sempurna.

Sampai sekarang aku masih tidak mengerti kenapa Ibu menyuruhku untuk menjadi Pangeran Mahkota yang sempurna. Maksudku, aku memang Pangeran Mahkota yang punya banyak kewajiban. Tapi, manusia macam apa yang bisa jadi sempurna? Tidak ada bukan?

Ibu jelas mengetahui hal itu. Sebagai seorang Ratu dari Antares, ia paham betul bahwa tidak ada seorangpun yang bisa jadi sempurna kecuali Dewa. Meski begitu Ibu nampak tidak peduli dan memakai caranya sendiri untuk menjadikanku "sempurna."

Kelasku mulai ditambah, jadwal latihanku mulai diperbanyak, dan bahkan aku masih harus bermunculan di seluruh pesta bangsawan. Rasanya benar-benar melelahkan. Ditambah lagi setiap hari akan ada luka baru di tubuhku yang dibubuhkan Ibu. Entah di punggung, telapak tangan, atau betis kalau aku ketahuan malas-malasan. Aku sampai lupa kapan terakhir kali aku punya tidur yang nyaman dan nyenyak.

Meski begitu, sepertinya semua beban yang kutanggung bukanlah apa-apa. Ibu menanggung beban yang lebih berat dari diriku. Sebagai seorang Ratu Antares, Ibu punya banyak pekerjaan yang harus ia pikul di pundaknya sendiri sampai ia jarang tersenyum. Ditambah lagi setiap bulan harem Ayah selalu bertambah dan ribut membuatnya sering sakit kepala.

Pemandangan wajah Ibu yang tersenyum lebar itu langka dan aku hanya bisa mendapatkannya keika aku bersikap "sempurna." Jadi yah, seharusnya tidak masalah jika aku mendapatkan luka-luka ini. Tapi pada akhirnya tetap saja aku tidak mengerti kenapa Ibu begitu bersusah payah menjadikanku sempurna.

Sampai akhirnya suatu hari seorang anak kecil dengan mata emas yang berkilauan dengan rambut biru pekat datang ke Istana dan memanggilku Kakak. Sejak saat itu pula aku langsung menyadari alasan kenapa Ibu berusaha keras untuk menjadikanku pionnya yang sempurna. Karena berbeda dengan anak itu, mataku berwarna abu-abu dengan rambut coklat terang. Ciri yang menunjukkan bahwa dari awal, memang bukan aku yang seharusnya duduk di atas tahta. 

Sejarah keluarga kami itu rumit. Fakta bahwa aku keturunan dari Pangeran Hayan, ditambah kehadiran Gio sebagai keturunan Pangeran Serkan yang merupakan putra dari Kakak Ayah, sebenarnya cukup untuk membuatku dilengserkan. Begitu kata Ibu setelah pertemuan perdanaku dengan Gio. Ia terlihat sangat cemas hari ini. Dan untuk pertama kalinya juga, hari ini aku melihat Ibu sangat "berantakan" saat berbicara padaku.

The Villainess' ConundrumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang