Calla Lily
: if you find someone beautiful (inside and out), give calla lily to represent you attraction_______
Warna hijau daun dan rerumputan serta warna warni bunga yang bermekaran menghiasi setiap sudut kota, menggantikan warna putihnya salju yang baru beberapa waktu lalu memudar. Pertanda akan datangnya musim semi yang penuh warna. Juga sebagai pertanda bahwa semester baru dimulai.
Hari ini adalah hari pertama perkuliahan kembali dilaksanakan. Sunghoon dengan tas yang tergantung di sebelah bahunya berjalan santai menyusuri koridor kampus. Dia mengabaikan setiap pasang mata yang tidak hanya sekali melirik ke arahnya. Sapaan demi sapaan pun dia abaikan. Hanya satu dua dari orang yang dikenalnya akan dia jawab seadanya. Sunghoon terlalu biasa dengan semua atensi yang dia dapat. Sunghoon senang dengan semua itu, tapi ada kalanya dia ingin abai dan ingin ruangnya sendiri.
Sunghoon sampai di satu ruang kelas yang berada di ujung koridor. Sebuah kelas besar dengan ruangan yang berbentuk tribun. Kelas ini adalah kelas wajib yang harus diambil setiap mahasiswa fakultas seni liberal, termasuk dirinya yang seorang mahasiswa jurusan sastra korea. Sunghoon harus bersyukur dia bisa mendapat jatah kursi di kelas itu setelah gagal di semester lalu. Kalau tidak bisa dia harus rela mengambilnya di semester depan. Malas jika masih harus mengambil kelas besar seperti ini di tengah sibuknya mengurus tugas akhir. Dan bersyukurlah dia tidak sendiri, ada dua temannya dari sastra inggris yang juga mengambil kelas ini.
Sunghoon berjalan menuju deretan bangku yang sedikit berada di atas. Disana sudah ada beberapa mahasiswa yang duduk. Tempat paling belakang memang jadi favorit semua mahasiswa seperti dirinya. Dia memilih duduk di sebelah seorang mahasiswa laki-laki berwajah agak kebaratan yang tengah beradu argumen dengan seorang lain di sebelahnya.
"Sudah kukatakan padamu restoran steak di ujung jalan itu lebih enak daripada restoran yang kau bilang waktu itu"
Ucap seorang yang berwajah kebaratan.
"Seleramu saja yang rendah. Sudah jelas kalau restoran rekomendasiku lebih baik"
Satu yang lain berargumen.
"Bagaimana kau bisa katakan seleraku rendah ? Kau saja yang belum mencoba. Coba datang kesana kau pasti tau bahwa restoran di ujung jalan adalah yang terbaik"
Sunghoon yang mendengarkan perdebatan keduanya menghembuskan nafas pelan. Sepagi ini dan Sunghoon sudah harus mendengar perdebatan tidak penting antara keduanya.
"Bisakah kalian berhenti berdebat ?! Ini masih pagi dan kalian sudah berisik"
Ujar Sunghoon jengah.
Kedua orang yang dimaksud pun menoleh.
"Jay yang mulai duluan. Dia bilang restoran yang dia tunjukkan padaku lebih enak. Nyatanya restoran di ujung jalan itu yang lebih baik"
Si wajah kebaratan membela diri.
"Kau saja yang punya selera rendah Jake"
Balas si satu lagi.
"Cukup ! Hentikan perdebatan tidak penting kalian ! Sebentar lagi kelas dimulai jadi diamlah kalian berdua"
Mendengar ucapan Sunghoon, sontak saja dua orang bernama Jay dan Jake itu diam dan masih sedikit berdebat dalam nada pelan. Namun keduanya berhenti saat mendengar dehaman dari Sunghoon.
Tiba-tiba saja kelas menjadi hening. Sontak seluruh perhatian di kelas itu berpindah ke satu arah. Seorang mahasiswa laki-laki nampak berjalan dengan tenang memasuki kelas dan menuju salah satu deretan bangku yang berada agak depan. Meski dengan seluruh atensi yang tertuju padanya, mahasiswa itu nampak tetap tenang dan bahkan sekalipun tidak terusik. Ekspresi datarnya masih terpampang di wajah manisnya.
Sunghoon yang ikut memperhatikan hanya diam dan sedikit terganggu dengan semua atensi dan bisikan bisikan yang terdengar tidak mengenakkan di telinganya.
"Hei, bukankah dia anak itu ?"
Sunghoon tersadar kala mendengar satu bisikan dari sampingnya. Saat dia menoleh, sudah ada Jake dan Jay yang saling mendekatkan kepala mereka. Dua sahabatnya itu baru belum sampai dua menit yang lalu saling beradu argumen. Tapi lihat, sekarang mereka siap untuk bergosip. Mereka berdua memang sering tidak akur tapi kalau urusan gosip mereka cocok satu sama lain.
"Kurasa begitu. Rumornya sudah menyebar ke seluruh universitas kan ?"
"Iya. Bagaimana dia bisa sesantai itu dengan semua rumor yang ada ?"
"Ent-"
"Hentikan pembicaraan kalian"
Jake dan Jay seketika diam dan menatap canggung Sunghoon yang nampak memasang raut wajah dingin.
Pandangan Sunghoon masih terpaku pada sosok di bawah sana. Dia menatap punggung sosok itu.
"Siapa dia ? Sampai semua orang membicarakan dia ?"
Tanya Sunghoon tanpa mengalihkan pandangannya.
"Kau tidak tahu ? Bukankah kalian di jurusan yang sama ?"
Tanya Jake tidak percaya.
Sunghoon hanya menggeleng.
"Wah, kau keterlaluan"
"Memang dia siapa ?"
"Kemari biar kuberi tahu"
Sunghoon pun mendekat pada Jake.
"Dia itu Kim Sunoo. Dia mahasiswa tahun ketiga jurusan sastra korea"
Ujar Jake antusias
"Lalu ?"
Tanya Sunghoon polos.
"Ada rumor yang beredar kalau dia adalah gay. Dan ada yang bilang kalau dia mengejar-ngejar seorang senior dari fakultas seni, padahal senior itu sudah punya kekasih. Ada yang bilang kalau dia pernah menyatakan perasaannya namun ditolak dan itu terjadi di depan banyak orang"
Sunghoon melirik skeptis ke arah Jake.
"Benar Hoon. Semua orang di universitas sudah tahu. Tapi lihat dia sama sekali tidak punya malu. Dia masih bisa menampakkan wajahnya. Kalau aku pasti sudah menghilang dari bumi"
Jay pun menimpali.
"Lalu kalian percaya itu ?"
Tanya Sunghoon.
"Apa ?"
Jake dan Jay bersamaan.
"Kalian percaya dengan rumor itu ? Sungguh menyedihkan. Rumor itu disebut rumor karena dia belum terbukti kebenarannya. Dan kalian mempercayai seauatu yang bahkan belum terbukti ? Kalaupun itu benar, apa salahnya ? Dia masih sama seperti kita kan ? Dia juga manusia yang punya perasaan. Kalian membicarakan dia seperti ini apa kalian pernah memikirkan perasaan dia ?"
Jake dan Jay menelan ludahnya dengan susah payah. Ceramah panjang lebar Sunghoon telak menusuk hati terdalam mereka.
"Eyy, jangan terlalu serius. Kami kan hanya menjawab pertanyaanmu. Bukan berarti kami percaya dengan rumor itu"
Ujar Jay.
Sunghoon memutar bola mata jengah.
Atensinya kembali dia arahkan pada satu sosok di bawah sana. Dia tidak habis pikir dengan semua yang barusan dia dengar. Dia terlalu baik untuk mendapat semua pandangan buruk itu. Bahkan menurut Sunghoon dia tidak layak dapat perlakuan semacam itu. Meski jika rumor itu benar, toh itu hidup dia. Tidak ada yang boleh menghakimi pilihan hidupnya.
"Kim Sunoo. Jadi itu namanya. Menarik"
Gumam Sunghoon.
_______
San 🐨
YOU ARE READING
The Language of Flower
Random"Setiap bunga itu punya artinya masing-masing" Sunghoon X Sunoo BXB