Anemone

404 70 0
                                    

Anemone
: Symbolize fragility (in modern times), can symbolize anticipation for something in the future

_______

Sunoo berjalan gontai menaiki satu persatu anak tangga yang mengarah ke tempat tinggalnya. Tempat ini hanyalah sebuah apartemen kecil tua berlantai lima sehingga jangan harap akan ada lift untuk naik ke lantai atas.

Sunoo sampai di lantai tiga tempat tinggalnya. Dia lantas menekan beberapa digit nomor pada pintu hingga terdengar bunyi kunci pintu terbuka. Dia lantas masuk, melepas sepatunya, berjalan gontai dan menjatuhkan diri ke tempat tidurnya.

Tempat tinggalnya hanya sebuah kamar kecil yang cukup untuk dirinya tinggali sendiri. Sebuah ruangan yang berisi tempat tidur kecil, sebuah lemari, meja dan kursi di ujung ruangan, dapur yang tepat berada di dekat pintu dan kamar mandi di seberangnya. Tempat sempurna untuk dirinya.

Sunoo bertahan untuk beberapa menit sampai akhirnya bangkit untuk membersihkan diri sebelum mengistirahatkan tubuhnya yang lelah.

_______

Kim Sunoo

Laki-laki manis berusia di awal 20-an, dengan sejuta pesona yang terkadang tidak banyak orang sadari. Kulitnya yang pucat, dengan wajah kecil nan manis. Mata rubah dengan bola mata berwarna coklat terang yang indah membuatnya lebih terlihat cantik namun terkadang bisa terlihat dingin. Dia laki-laki yang cukup sederhana karena begitulah dia dibesarkan oleh orang tuanya.

Sunoo adalah anak yang periang, ramah dan juga mudah bergaul. Dia senang berada bersama banyak orang dan berteman dengan siapapun. Dia layaknya matahari yang memberi kehangatan bagi setiap orang. Tetapi itu sebelum semua luka dan sakit hati yang dia terima beberapa waktu ke belakang. Sunoo sang matahari kehilangan cahayanya kala mengenal apa yang namanya cinta. Cinta yang menjanjikannya sejuta harapan sampai dia dengan mudahnya menyerahkan semua dalam hidupnya bahkan harga dirinya. Cinta telah membawanya melambung jauh tinggi ke langit hingga suatu hari dalam sekejab dia dijatuhkan jauh ke dasar jurang.

Dan begitulah Sunoo berubah. Dia jadi lebih pendiam dan tertutup. Sunoo tidak lagi menyukai keramaian. Dia lebih suka berdiam diri di kamarnya tanpa melakukan apapun. Sunoo lebih memilih meratapi hidupnya yang menyedihkan. Bekerja bersama bunga-bunga yang indah membuatnya sedikit melupakan luka dan rasa sakitnya. Meskipun terkadang saat malam menjelang dia akan terjaga semalaman dengan segala hal di dalam otaknya yang begitu menganggu. Hingga dia hanya bisa menangis dan akhirnya terlelap karena lelah.

Seperti malam ini, tubuhnya begitu lelah setelah seminggu ini di sibukkan dengan kuliah, bekerja dan juga tugas-tugas yang menumpuk. Namun, dia justru terjaga bahkan ketika jam di nakas menunjukkan pukul dua dini hari. Sunoo masih duduk terdiam di bawah jendela kamarnya menyaksikan langit malam yang gelap berhiaskan rembulan yang nampak bersembunyi di balik awan tipis. Sunoo lelah tapi dia bisa apa jika isi kepalanya yang terlalu berisik itu tidak mau diajak bekerja sama. Dia hanya pasrah menanti hingga kepalanya juga sama lelahnya dengan dirinya dan akhirnya akan terlelap dalam tidur yang singkat, karena esok hari dia masih harus menghadapi kerasnya hidup.

_______

Sunoo duduk sendiri pada sebuah ayunan kayu yang berada di atap gedung apartemennya seusai menjemur selimutnya. Memang atap gedung tempat tinggalnya dimanfaatkan untuk bersantai sekaligus untuk menjemur pakaian.

Sunoo duduk sembari memperhatikan bunga anemone yang mulai bermekaran di taman kecil yang ada di atap ini. Anemone dengan warna merah muda keunguan itu nampak cantik bersanding dengan berbagai tanaman lain yang ditanam disana. Sunoo sangat menyukai karena memang dirinyalah yang menanam bunga itu disana.

"Kim Sunoo !"

Suara teriakan yang tak asing itu membuyarkan lamunan Sunoo. Dia menoleh ke arah pintu yang terbuka, menampilkan seorang pria mungil nan menggemaskan tengah memandangnya dengan kesal.

"Hei, aku mencarimu ke kamar tapi kau tidak ada. Kupikir pergi kemana ternyata disini"

Jungwon, pria mungil itu berjalan menghampiri Sunoo. Dia sebenarnya tidak sekecil itu tapi dimata orang yang melihatnya dia adalah makhluk kecil yang menggemaskan termasuk di mata Sunoo.

Jungwon lantas duduk di sebelah Sunoo lalu menyerahkan cup es krim yang dia bawa bersamanya.

"Ini, es krim mint choco kesukaanmu"

Sunoo menerima pemberian Jungwon. Dia menyukai Jungwon yang seperti ini.

"Terima kasih"

Sunoo dan Jungwon pun duduk diam sembari menikmati es krimnya masing-masing.

Sunoo kembali pada lamunannya. Dia nampak sibuk dengan pikirannya hingga tiba-tiba dia kembali bersuara.

"Jungwon"

"Hm"

"Apa mungkin aku bisa bahagia ?"

"Apa ?"

Pertanyaan Sunoo sontak mengalihkan atensi Jungwon.

"Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu ?"

"Tidak apa-apa. Hanya kepikiran saja"

Jungwon nampak diam sejenak.

"Setiap orang berhak untuk bahagia. Termasuk dirimu"

Ujar Jungwon.

"Benarkah ?"

"Hm. Bagaimanapun caranya, aku yakin kau pasti akan temukan kebahagiaanmu. Tinggalkan masa lalumu. Tidak baik berlarut-larut"

Sunoo diam. Dia nampak memikirkan perkataan Jungwon. Benarkah dia bisa bahagia ?

_______

Sunoo menyusuri trotoar sepanjang pusat pertokoan yang sudah sangat dia hafal. Ya, hampir setahun dirinya selalu melalui jalanan itu menuju tempatnya bekerja. Hari ini tidak ada kelas jadi Sunoo bisa datang ke toko lebih pagi. Sunoo terus mengarahkan langkahnya hingga sampai di tempat tujuannya. Ini masih cukup pagi jadi pasti toko masih sepi.

Sunoo membuka pintu kaca toko bunga tempatnya bekerja itu. Netranya seketika terpaku pada pemandangan di dalam sana. Eunha tengah sibuk memilah-milah tumpukan bunga yang baru datang bersama seorang pria. Dan pria itu adalah orang yang tidak asing bagi Sunoo. Karena beberapa waktu terakhir pria muda itu sedang mengusik hidupnya.

Sunghoon. Pria tampan itu tengah sibuk membantu Eunha dengan pekerjaannya. Mereka nampak asyik bercengkrama hingga tidak menyadari keberadaannya. Cukup lama Sunoo hanya diam berdiri di ambang pintu sembari memperhatikan keduanya.

"Oh, Sunoo. Kau sudah datang"

Ucapan Sunghoon membuyarkan lamunan Sunoo.

"Oh Sunoo, kenapa kau diam saja disana ? Kemari dan bantu kami"

Eunha pun ikut menimpali.

Sunoo masih terdiam, namun itu hanya sesaat. Dia pun segera menghampiri keduanya. Sunoo mulai membantu pekerjaan Eunha yang sebenarnya juga pekerjaannya juga.

Sunoo sesekali melirik Sunghoon yang berdiri di seberangnya. Dia terus memperhatikan pria yang akhir-akhir ini tanpa dia sadari telah membawa warna baru dalam hidupnya. Meskipun, Sunoo cukup terganggu dengan kehadirannya, tapi tidak bisa dipungkiri jika Sunghoon telah mengisi satu titik kosong dalam hidupnya.

"Apakah ini saatnya ?"

_______

San 🐨

The Language of FlowerWhere stories live. Discover now