explain

2.1K 333 16
                                    

sebut saja gua gila karena nekad bolos kelas terakhir.

setelah gua ngambil tas, diam-diam gua keluar dari sekolah dan mutusin buat naik bus sore.

otak gua terus mikirin asahi.

gabrut. galau brutal.

gua diam merenung. banyak banget yang gua pikirin sekarang.

memang gua kesel sama asahi karena gak cerita hal sepenting ini ke gua.

tapi lebih dari itu, gua lebih mikirin gimana hubungan kita ke depannya.

sanggup gak buat ldr?

gak bisa ngebayangin bakal sekangen apa nanti gua ke dia?

gimana kalau ada cewek jepang cute yang godain asahi?

apa semuanya akan baik-baik aja?

sampai akhirnya bus pun berhenti di tempat tujuan gua, pantai.

gua sengaja milih tempat ini. sebab, kalau gua milih buat pulang ke rumah atau nongkrong ke cafe, pasti asahi bakal nyusul.

gua gak mau.

gua lagi butuh waktu sendiri untuk tenang dan mikirin ini semua sendirian.

karena ini menyangkut hubungan gua sama asahi, cowok yang palimg berarti di hidup gua.

jadi gua harus bisa menentukan keputusan yang tepat saat ini.

seketika terlintas di benak gua. ternyata selama asahi telah banyak kasih gua kode.

"pengen puas-puasin lihat muka lo, gak boleh?"
"temen lo ada yang pernah ldr gak? katanya rasanya gimana?"
"jangan bergantung sama gua terus. lo harus bisa belajar mtk sendiri"

sampai terakhir yang waktu itu,

"...dan sejauh apapun jarak kita, hubungan ini pasti kuat kan?"

ah gila. bodoh banget gua gak menyadari hal itu sama sekali.

"goblok lo raeji! dasar gak pekaan!" teriak gua pada diri sendiri

sambil memeluk kedua lutut, gua pun menenggelamkan wajah di antaranya.

tangisan gua beradu dengan suara deruan ombak.

tak terasa, langit pun mulai berubah warna. matahari yang tenggelam memberikan sentuhan warna jingga yang indah.

gua beranjak untuk segera pulang sebelum melewatkan bus terakhir.

namun raga gua seketika mematung begitu ada seseorang berlari mendekati gua dari jauh.

"oh raeji!"

mata gua sontak membulat terkejut, "asahi?!"

orang gila. kok dia bisa kemari?
sejauh ini???

dengan nafas yang terengah-engah, sesosok asahi sudah berdiri di hadapan gua.

"ah.. gua cariin lo kemana-mana.. syukurlah ketemu disini..." ucap asahi lega yang masih mengatur nafasnya.

rambutnya berantakan, begitupula seragam dan dasinya. keringatnya bercucuran. pokoknya kacau banget.

sampai mata gua mendapati sikunya berdarah, "asahi. tangan lo kenapa?"

"loh? kok?" sepertinya asahi baru sadar ada luka disana. "gapapa. tadi pas lari nyari lo, gua keserempet motor"

gua bergeming diam, memandang asahi dengan tatapan penuh arti.

seorang hamada asahi... sampai segininya.. demi gua?

"raeji. tolong kasih gua waktu buat jelasin--"

"gua obatin dulu luka lo, baru lo boleh jelasin semua" potong gua.

"t-tapi--"

"hamada asahi. plis kali ini dengerin gua" ucap gua penuh penekanan.

asahi pun menurut.

setelah membelinya di warung, gua pun mengoleskan obat merah itu tepat di siku asahi.

"ishh.. perih.." ringisnya

"maaf. tahan dikit" ujar gua pelan.

kedua mata cowok itu terus memandangi gua yang fokus ngobatin lukanya.

"oh raeji" panggilnya

"hm?"

"maaf karena gak sempat cerita ke lo"

gua pun menghela nafas panjang, "yaudah. kalau gitu, sekarang cerita"

akhirnya asahi menceritakan semuanya dengan rinci.

"jadi, lo akan terus disana sampai lulus?" tanya gua memastikan

asahi mengangguk.

"sebenarnya gua pengen ngasih tahu lo soal ini. tapi momen-nya gak pernah pas. hari-hari kita bersama terlalu indah buat ceritain hal menyakitkan kayak gini" jelas asahi

"kok menyakitkan? lo bakal sekolah di luar negeri. harusnya lo bangga dong" balas gua

"tapi... gua gak akan terus ada di samping lo"

gua terdiam.

"makanya itu, gua takut harus apa kalau sampai lo tahu. gua takut lo gak mau ldr. tapi gua lebih takut lagi kalau harus putus sama lo. pokoknya gua gak bisa, raeji" lanjutnya

"asahi, lo sendiri mau ldr-an gak?" tanya gua.

ia mengangguk tanpa ragu.

"tapi lo tahu gimana caranya hubungan bisa awet walau ldr?"

"apa?"

"komunikasi dan saling percaya" jawab gua.

"gua tau lo tipe orang yang susah terbuka kalau ada masalah. contoh sekarang aja. kalau gua gak denger omongan lo sama jaehyuk tadi, mungkin sampai sekarang gua gak tau lo bakal pergi jauh" ujar gua

"tapi ldr itu butuh komunikasi, asahi. menyisihkan waktu untuk terus ngabarin. jangan ada ditutupi. mau itu bikin seneng, bikin sedih. ceritain aja semuanya. kalau sudah konsisten, rasa percaya itu akan tumbuh dengan sendirinya" lanjut gua

asahi pun mengangguk paham, "gua akan belajar untuk lebih terbuka sama lo. gua janji"

"oke. gua pegang janji lo ya, sahi"

akhirnya gua bener-bener bisa tersenyum lega. begitu pula asahi yang langsung memeluk gua erat.

"gua bersyukur banget punya pacar kayak lo, oh raeji"

"gua sayang sama lo, oh raeji"

dua kalimat sederhana yang keluar dari bibir asahi itu terdengar begitu tulus.

dan gua gak sanggup lagi untuk membalasnya karena air mata sudah jatuh terlebih dahulu.

kalau gini ceritanya, makin gak rela buat ldr nanti.

•pacar•

pacar, asahi✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang