E M P A T

213 29 0
                                    

#Second Year at Hogwarts

Lush tersentak, sempat ia merasa kekuatan yang tak asing baginya. "Siapa disana?" Pekiknya mengisi seluruh ruangan. Tidak ada sahutan, ruangan ini masih sepi seperti yang dia rasakan saat 1 jam yang lalu.

Gadis itu mencoba tuk berpikir positif. Ia menatap sebuah tanda dibalik wastafel toilet ini. Sesaat dia ingin melakukan sesuatu karena merasa curiga, tetapi tidak ada hawa sihir hitam didalam sini. Lush merasa ragu, beberapa hari yang lalu dia menemukan buku

Diari Tom Riddle.

Flashback...

"Oh ayolah Lush, apa kau tidak ingin mengikuti rencana kami?" Ron berucap. Lush duduk di kursinya, ia membaca buku dan menghiraukan ucapan yang keluar dari mulut si Weasley ini.

Ketiga trio, mereka merencanakan untuk menyamar menjadi anak-anak Slytherin. Lush menghiraukan itu karena dia tidak ingin ikut campur dalam masalah ini, bisa dibilang dia merasakan hal yang tidak enak.

"Kami membutuhkan dirimu karena kau sangat dekat dengan si Malfoy itu," ujar Harry yang nampak bersemangat dengan rencana itu. Gadis itu menutup bukunya dengan kasar, dia menatap tajam dan berdiri mendekati Harry.

"Itu bukan urusanku," jawabnya singkat. Harry membalas tatapan tajam itu, dia melihat Lush yang pergi dengan buru-buru.

"Ini aneh, dia tidak seperti seorang yang mencerminkan Gryffindor," bisik Ron.

"Tidak mungkin, dia memiliki sisi yang baik. Lushine adalah Gryffindor sejati, dia tidak seperti keluarganya," sambung Hermione membela Lush.

"Apa? Tidak mungkin bagi seorang Slytherin murni masuk kedalam Gryffindor, aku tidak percaya bahwa dia adalah Gryffindor sejati karena dirinya benar-benar mencurigakan."

"Berhentilah, itu bukan urusannya seperti yang dia katakan," celetuk Harry.

Lush berdiri dibalik tembok. 'Aku mendengar apa yang kalian katakan,' batinnya.

Setelah mendengar beberapa ucapan yang tidak mengenakan, Lush pergi sambil membawa buku-buku sejarah yang ada di tangannya. Beberapa rumor mengatakan bahwa The Chamber of Secret telah terbuka.

Lush menjadi penasaran akan itu, dia membaca beberapa buku tentang cikal bakal dari The Chamber of Secret peninggalan milih Salazar Slytherin. Tentunya buku yang ia baca adalah buku terlarang, dia secara diam-diam mengambil buku ini ditengah mala.

"Crabbe, apa kau mau bertaruh padaku?" Bising-bising seorang lelaki yang datang berlawanan arah. 'Malfoy? Apa yang dia lakukan,' pikir Lush.

Lush mencoba tuk mendengarkan pembicaraan lelaki itu dengan teman-temannya. "Aku bertaruh jika si Potter itu akan menangis tersedu-sedu dan menyendiri dari keramaian, bukan?" Mereka tertawa, dengan hanya mendengar sebuah lelucon tak masuk akal itu.

Ia melewati mereka. "Hei, bukankah itu salah satu dari teman Potter?" Tanya Pansy. Gadis itu? Dia yang selalu berada didekat Draco, Lush membencinya. "Lush, sudah lama tak bertemu."

"Ya, betul sekali. Tuan muda Malfoy." Mereka nampak terkejut dengan panggilan yang sangat aneh itu. "Apa kau pelayan ku? Kau cukup memanggilku Draco kalau kau mau, atau kau memang bermimpi untuk menjadi pelayan ku?" Tanya diri sendiri dengan ekspresi meremehkan seperti itu.

Gadis itu tidak merasa marah karena hal sepele seperti itu saja, apa mungkin dia harus membalasnya? "Bagaimana jika aku memang benar-benar menginginkan seperti itu?" Lush tersenyum dengan ciri khas nya

Sesaat ia melihat kearah Pansy yang berada di samping Draco, wajahnya masam dan memberikan ekspresi seolah-olah dia akan membunuh Lush saat itu juga.

Lush semakin menjadi-jadi, dia menyukai hal seperti ini. "Tuan muda Malfoy, pacarmu sepertinya marah karena aku mendekati dirimu, apa aku benar-benar harus menjauhi dirimu mulai sekarang?"

Sedih, wajahnya menunjukkan ekspresi sendu. Draco menatap nya dengan seksama, apa yang gadis ini lakukan? Berbeda dari tahun yang lalu, dia mulai mendekati dirinya.

"A-Aku tidak berkata seperti itu?!" Pansy membalasnya.

"Benarkah seperti itu? Jadi, bolehkah aku menjadi pelayan Tuan muda Malfoy? Ah tentu aku tidak berniat untuk melakukan hal yang diluar batas, aku hanya sekedar pelayan."

Draco terkekeh kecil. "Di tahun ketiga, kau baru boleh menjadi pelayan ku. "

Lush tersenyum, dia reflek memeluk Draco dengan erat. Lush menunjukkan wajah bahagianya pada Pansy, cemburu? Apa gadis itu kini mulai cemburu terhadap Lush?

"Ah! Aku kelewatan batas!" Pekik Lush, dia melepaskan pelukan nya. Dia menatap Pansy yang sudah mengepalkan tangannya.

"Maaf."

Lush berlari meninggalkan mereka berdua. Draco menatap kepergian Lush. "Draco, kau kenapa?" Tanya Crabbe.

"Nothing."

Lush melangkahkan kakinya dengan cepat "Ah, aku baru saja berumur 12 tahun dan aku sudah melakukan hal seperti itu? Betapa bajingan nya diriku." Lush mengusap rambutnya frustasi.

****

Beberapa hari setelahnya nya...

POV Lushine

Huh....

Huh....

Huh....

Di malam hari, semua lorong didalam Hogwarts terasa sangat sunyi. Aku berlari dengan kaki putih pucat ku. Bisa kurasakan hawa dingin seolah-olah masuk ke dalam tulangku.

Aku terus berlari sambil mengenakan pakaian yang terbuka seperti itu. Ku tatap buku yang aku genggam ditangan, diari Tom Riddle.

'Seharusnya Harry menemukan ini terlebih dahulu daripada aku, tapi kenapa?' batin ku dengan perasaan khawatir yang melanda. Ku langkahkan kaki ku menuju tempat dimana The Chamber of Secret berada!

Aku dengan terengah-engah berhenti di tempat yang sangat gelap, hanya tersisa suara tetesan air dari toilet. Ku lihat ditengah-tengah toilet ini, terdapat sebuah wastafel ditengah-tengah nya.

Aku dengan segera mencari apa yang aku inginkan, ku biarkan diari itu ditaruh disebelah ku. Ku tatap wastafel toilet yang sama sekali tidak terlihat mencurigakan sama sekali.

Tuk...

Aku tersentak, sempat ia merasa kekuatan yang tak asing bagi dirinya. "Siapa disana?" Pekik ku mengisi seluruh ruangan. Tidak ada sahutan, ruangan ini masih sama seperti yang ia rasakan beberapa jam yang lalu.

Aku mencoba untuk berpikir positif. Ku tatap wastafel itu, terlihat ada sesuatu simbol yang terasa sangat aneh. Ketika dirinya menyentuh itu, dia merasakan sedikit aura sihir hitam yang keluar. 'apakah dia pewaris asli dari Salazar Slytherin? Tidak mungkin, apakah dia itu...."

"Lush!"

Seseorang mengacaukan lamunanku, aku tersadar jika saat ini aku sudah ketahuan. "Lush, apa yang kau lakukan disini?" Tanya gadis itu sambil tersenyum kecil.

"Aku? Tentu saja aku hanya melihat-lihat sesuatu, apa yang kau lakukan disini?" Tanya ku.

"Aku... melakukan sesuatu yang sangat rahasia," jawabnya, aku melihat sebuah keraguan dari mata nya. "Sesuatu yang rahasia? Kau mengetahui sesuatu kan Ginny? Kau ...."

"....orang yang menulis darah diatas dinding itu kan?" Tanya ku, entah darimana keberanian itu datang. Apa ini karena aku mempunyai kekuatan penglihatan masa depan? Sehingga aku sama sekali tidak khawatir dengan kematian ku.

Bagaimana pun juga, ini adalah hal yang sangat berbahaya, menyerang secara diam-diam. "Jadi, Lush.... Tak kusangka kau akan mengetahuinya. Kau tak terlihat seperti gadis yang pintar, tapi aku merasakan energi yang berbeda darimu, apa itu kepona...."

"Diamlah bajingan! Kau bukanlah Ginny yang aku ketahui." Aku menatap dirinya, mata kuning yang selalu membuat seseorang akan menjadi sebuah batu. Biar aku tebak, kekuatan seperti itu tidak akan berpengaruh bagiku.

"Cobalah untuk menyerang ku. Toh jika aku mati, kau juga akan mati karena seseorang akan datang nanti."

"......"

...

Chapter ini, aku ngerasa agak aneh. 😞
Untuk lain kali, aku akan tingkatkan cara menulis ku.

Violet Garden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang