Lush berdiri terpaku menatap sekelilingnya. Beberapa menit yang lalu, seorang anak bernama Colin, bilang bahwa dirinya di panggil oleh profesor Dumbledore di ruangannya. Tanpa perlu berlama-lama, dirinya tentu langsung berlari menuju ruang Kepala Sekolah Hogwarts, yakni Dumbledore.
Lush menatap kesegala penjuru ruang. Hingga akhirnya, suara membuyarkan kegiatan nya. "Miss. Villin, seharusnya kau tahu apa yang akan kita bahas disini, bukan?" Ujar Dumbledore terdengar halus.
Lush menatap wajah itu, meski mata berwarna merahnya tak memunculkan reaksi akan penglihatan masa depan, tetapi dia seakan paham apa yang diinginkan oleh Dumbledore.
Gadis itu tersenyum kecil, menunduk wajahnya sesaat untuk menutupi senyum nya. "Langsung ke intinya saja, apa yang diinginkan oleh anda, Profesor Dumbledore?" Ujar nya, tajam sekali.
"Membiarkan mu hidup terlalu lama cukup berbahaya bagi masa depan kau, dan bahkan seluruh orang."
"Apa maksudnya?"
Dumbledore menghadap kebelakang, membelakangi Lush. "Efek Butterfly, mungkin ini terdengar tidak asing bagimu Miss. Villin. Kau adalah orang yang dapat melihat masa depan dengan hanya menutup matamu. Chamomile, Carnation (Dianthus caryophyllus), bird's-foot trefoi, Rose, dan Violet mengapa kau selalu memberikan aku semua bunga itu, nak?" Tanya Dumbledore dengan tatapannya lekat.
Lush terkekeh kecil, ia melihat beberapa bunga yang ia berikan masih terpajang disana. "Karena itu adalah bunga kesukaan ku profesor, aku juga memberikan itu kepada teman-teman ku, bahkan kepada profesor lainnya.. kecuali Profesor Snape."
"Ah aku baru sadar bahwa aku juga membawa satu bunga! Dia sangat cantik, dan aku selalu menanamnya di halaman rumahku, nama bunga itu Baby Breath."
Lush merogoh tasnya dengan cepat, dia mengeluarkan beberapa biji bunga Baby Breath. Lalu dia memberikan itu pada Dumbledore dengan tersenyum.
Dumbledore hanya melihat dengan sekilas, setelah itu dia membuka mulut nya tanpa membahas kembali tentang bunga itu. "Miss. Villin, ku harap kau tidak menggangu masa depan. Karena jika kau mengganggu nya maka akan terjadi efek Butterfly, yang mungkin bisa membahayakan Harry dan seluruh orang."
"Bahkan mungkin pemeran utama disini akan berganti karena dirimu. Mulai sekarang kau jangan bertindak gegabah, obsesi mu itu bisa membutakan dirimu dan membuatmu kehilangan arah."
Lush terdiam tanpa mengucapkan sepatah kata, saat Profesor Dumbledore memperingati nya.
"Jika aku melakukan hal itu, apakah ada untungnya bagiku? Ini seperti bermain catur kan? Jika aku sedikit saja salah melangkah, maka lawan akan memakan pion yang telah aku letakkan dengan pasti, tapi bagaimana jika aku memiliki 2 pion yang aku sembunyikan, sir..... tidakkah ini akan terlalu mudah..... mungkin mengikuti apa katamu adalah yang terbaik untuk menipu pion lawan.."
Gadis itu tersenyum dengan lebar, entah kemana kakinya melangkah. Dia menuju bunga-bunga yang terpajang di pinggir ruangan. Setiap bunga yang ia sentuh menjadi layu.
Dumbledore disana, melihat tingkah laku Lush yang aneh. Ia selalu memperhatikan Lush setiap saat, karena hanya dirinya yang memiliki entitas aneh didalam jiwa nya itu.
Lush yang selalu menguncir rambutnya, kenapa kali ini dia malah mengurai rambutnya itu, dan menggunakan kacamata yang bahkan bukan gaya dirinya. "Profesor, bisakah kau memberikan bunga yang lebih? Aku sangat menyukai bunga."
Lush mengikat rambutnya yang panjang, dirinya melepaskan kacamata itu dan melemparnya, hingga lensa kacamata itu retak. "Sejujurnya aku juga tidak menyukai bunga, mereka menyebalkan." Lush berkata seperti itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Violet Garden
أدب الهواةFanfiction || Draco Malfoy Wanita itu adalah wanita yang diberkati oleh Tuhan. Gadis yang mempunyai paras tak manusiawi, kepintaran yang tidak dimiliki semua orang, dan penglihatan masa depan. Semua itu ada didalam dirinya, lantas mengapa dirinya me...