Lush berlari, menatap sosok lelaki yang sudah mulai menghilang dari pandangannya. Dia terus berlari, menatap ke kanan dan ke kiri mencari-cari dimanakah Draco berada saat ini.
Saat itu lorong, sangat gelap. Hanya segelintir cahaya yang dapat menerangi lorong ini.
Gadis itu terpaku, menatap seorang gadis yang berlari memeluk Draco untuk menenangkan dirinya. Dia adalah Astoria.
Ia hanya terdiam tanpa memanggil sosok laki-laki itu lagi, tangannya mengepal, membalikkan badan untuk segera meninggalkan mereka berdua sendirian. "That's not my main goal, why would I be jealous?" Gumamnya sebelum menghilang dari sana.
Sisi Astoria yang tersenyum dengan puas, seolah-olah ia telah menyelesaikan rencananya secara matang, dan Draco yang mendengar kecil suara seorang gadis yang kemudian disusuli dengan jejak kaki. 'Lush' pikirnya.
...
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh semua orang. Turnamen yang menjadi banyak pembicaraan orang-orang akan dimulai pada hari ini, untuk tugas pertama. Semua orang berbondong-bondong berkumpul di tempat yang telah disiapkan, mereka mencari-cari kursi yang dapat mereka tempati.
Di tengah-tengah orang yang banyak berdiri seorang gadis yang terlihat linglung dengan sekitar nya. Mata setajam elang itu, dengan warna merah tidak salah lagi bahwa itu adalah Lushine Villin. Wajahnya terlihat bingung seolah mencari teman.
Nihil! Ron dan Hermione pun bahkan tak ada disana. Ia berpikir bahwa Hermione masih berada di tenda untuk menyemangati Harry sebelum pertandingan di mulai. Ia mulai mendongakkan kepalanya, melihat ada sosok Draco disana dengan kursi kosong disebelahnya.
Sedangkan, di samping kursi kosong itu terlihat Mark yang sangat antusias, namun tatapannya menggambarkan kesedihan. Sesaat Lush berpikir bahwa Mark kecewa karena dia tidak dapat mengikuti turnamen itu, tapi ia tidak memikirkan hal itu begitu banyak, itu adalah urusan Mark sendiri.
Melihat sosok sahabatnya yang duduk tak jauh dari sana, Lush segera bergegas untuk mendatangi Mark. Ia duduk ditengah-tengah kedua lelaki yang saling menjauh satu sama lain. Mereka bertengkar tanpa alasan, padahal keduanya hanya mengenal nama satu sama lain saja.
Lush menggelengkan kepalanya, membiarkan kedua entitas itu saling menatap tajam satu sama lain.
Sebelum pertandingan berlangsung, Astoria didampingi Pansy disebelahnya datang sambil tersenyum malu-malu. Draco hanya mengabaikan dengan wajah datarnya, sesaat ia melihat Lush seolah memberi isyarat.
Lush menyadari itu, ia melihat kursi kosong yang berada di samping Draco, dan tidak ditempati. Pansy mendorong Astoria, mencoba menggodanya dan menyuruhnya untuk membuka suara. "Draco, bolehkah aku duduk disampingmu?" Kata Astoria santai.
Hal itu membuat sedikit perhatian siswa yang berada di sekitar mereka, karena ini akan menjadi kontroversi bagi sebagian orang. Seorang Pangeran Slytherin bersama wanita? Siapa yang tidak suka dengan gosip ini, karena itu rasanya perdebatan akan mulai bermunculan.
Lush semakin didesak untuk segera membantunya. Entah apa yang dipikirkan Draco, padahal hubungan mereka tidak baik karena saat itu, tapi Lush sadar bahwa dia bersikap sedikit kekanakan makanya dia membiarkan perasaannya sendiri. Draco tiba-tiba saja bergerak, dia menarik Lush menduduki tempat itu. "Tempat ini sudah ditempati, cari tempat yang lain saja!" Pekiknya.
Para orang mulai berbisik-bisik. Sudahlah, sejak awal dia akan tertarik dalam permasalahan ini, nama dia makin buruk karena satu lelaki ini. Lush menggelengkan kepalanya, sesaat mendongak kearah Astoria yang terpaku sambil mengepalkan tangannya. Dia berlari pergi, menjauh dari mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Violet Garden
FanfikceFanfiction || Draco Malfoy Wanita itu adalah wanita yang diberkati oleh Tuhan. Gadis yang mempunyai paras tak manusiawi, kepintaran yang tidak dimiliki semua orang, dan penglihatan masa depan. Semua itu ada didalam dirinya, lantas mengapa dirinya me...