D U A B E L A S

68 11 1
                                    

Sejujurnya, nama Harry seharusnya tidak berada di sana. Lush tau itu, beberapa kali dia sudah merubah berbagai takdir, yang membuat sebuah Butterfly akhirnya terjadi. Mad-Eye Moody palsu tidak memasukkan nama Harry di dalam sana, melainkan nama dirinya.

Lush mengetahui itu dari mimpinya. Ia bisa melihat bagaimana Mad-Eye Moody memasukkan nama dirinya ke dalam Piala Api itu, dan demi takdir yang seharusnya Lush mengontrol ramalan. Harry akan tetap menjadi diantara juara itu. Bagaimanapun takdir tak boleh berubah.

Lush mengusap kening nya. Malam itu adalah malam dimana bulan bersinar terang, dan dirinya berdiri di ruang Astronomi sendirian, hanya ditemani oleh cahaya lilin yang remang.

"Aku lelah," kata Lush, bersuara kecil.

Terkadang-kadang dia harus berhati-hati agar Mr. Filch tidak menyadari kehadirannya. Dan seseorang mungkin bisa saja akan datang kesini.

"Lush," bisik-bisik. Lihatlah, seseorang baru saja menangkap dirinya berkeliaran ditengah malam. Tanpa mendongakkan kepalanya, Lush masih terpaku pada bulan yang masih bersinar dengan terang.

"It's beautiful isn't it?" Kata Lush menarik nafas kecil. "I always fantasize, will one day I will be the companion of the moon, ah no, I mean I want to be a star."

"Mungkin saja doa mu akan terkabulkan. Setelah Mr. Filch menemukan dirimu berkeliaran di malam hari, Lush."

"Aku bertaruh bahwa itu tak akan pernah terjadi," Kata Lush. Suara nya sangat lembut jika didengar dari dekat, baru kali ini Lush terasa sangat cantik, meski dirinya berada di ruangan yang gelap. Hampir tak bisa melihat wajahnya dengan jelas.

Yah, karena Lush selalu terlihat cantik, tapi kali ini adalah kecantikan yang berbeda. Jika di gambarkan, dia terlihat seperti sebuah lukisan Dewi, hanya pelukis handal yang bisa menggambarkan kecantikannya.

"Selalu saja kau tidak tidur lebih awal. Apa itu karena insomnia mu itu, Draco?" Tanya Lush. Mata berwarna merah seperti ruby itu menatapnya dengan sendu. 'Dia sangat cantik.'

"Jika berada denganmu, mungkin saja aku akan tertidur," balas Draco, sambil tersenyum kecil. "Apa kau ingin menemaniku, jika aku tidak bisa tertidur?"

"Tentu saja. Aku adalah teman mu Draco, benarkan?"

Draco menurunkan wajahnya, seperti menyuruh Lush untuk mengelus-elus kepalanya seperti biasa, ia berkata, "Malam ini, temani aku tidur, Lush." Dengan suara kecil.

Wajah Lush yang sendu itu tersenyum sambil mengangguk dengan pelan. Entah apa yang merasukinya Lush mengecup kening pria itu. Draco yang tertidur di pangkuannya, sembari menyanyi lagu untuk membuat suasana terasa menenangkan. 'Nyaman, rasanya seperti tertidur dipangkuan ibu.'

...

Ketika Lush terbangun pada pagi hari Minggunya. Perlu beberapa saat baginya untuk mengingat mengapa dia merasa sangat nyaman tidur, tanpa ada gangguan sama sekali. Kemudian ingatan apa yang terjadi semalam memenuhi benaknya.

"Draco!" Katanya, berseru kencang.

Lush menyadari bahwa dirinya tertidur dikelas Astronomi bersama Draco. Namun, kemudian dia menyadari bahwa dirinya berada disebuah kamar bernuansa gelap yang suhu nya bahkan lebih dingin daripada ruang rekreasi Gryffindor, yang terasa hangat.

Seorang pria dengan jubah Slytherin, berdiri sambil melipat tangannya. Dan berdiri di depan pintu dengan tersenyum memuakkan. "Bagaimana tidurmu nona? Apa sudah nyenyak?"

"Draco, kau menculikku."

"Kalau iya kenapa? Lagipula aku takkan pernah membiarkan seorang wanita tertidur diluar," Draco membalas. Ia melempar jubah Gryffindor yang tanpa Lush sadari sudah ada di tangannya sejak tadi.

"Darimana kau mendapatkan nya?" Tanya Lush, curiga.

"Aku memintanya, pada anak yang dekat dengan mu saat di Aula Besar," Kata Draco.

Lush hanya terdiam, ia mulai mengecek apakah ada sesuatu yang aneh pada jubahnya itu. Dan Yap! Ada bau parfum Draco yang tercium pada jubahnya, benar-benar tercium dengan jelas sampai dia bisa menduga apa yang dilakukan anak ini pada jubah miliknya.

"Draco, kau mau membuat ku terkena masalah?" Ujar Lush.

"Apa maksudmu? Aku hanya ingin berbuat baik!" Seru dirinya mencari pembelaan.

Dia cukup hebat dalam berakting, tapi sayang sekali Lush tidak sebodoh yang dia pikirkan. "Nevermind. Terimakasih untuk parfum baru nya Malfoy, aku harap tidak ada seorang wanita pun yang akan dekat dengan mu lagi."

"Baiklah, terima kasih atas doa nya itu, Ms. Villin. Aku juga berharap begitu padamu!" Pekik nya membalas.

Lush berjalan mendekati Draco, dia mendorong lelaki itu dengan tenaganya untuk segera keluar dari kamar. Kemudian ia mengunci pintu dengan rapat, agar Draco tak memasuki kamar ini untuk mengintip dirinya berganti baju.

Tentu saja dia juga menambahkan beberapa perabotan berat untuk menahan pintunya tidak terbuka!

...

Sebenarnya ini bonus chap, tapi malas nulis peringatannya. Makasi

Violet Garden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang