D E L A P A N

105 17 0
                                    

POV Lushine

Ku terbangun dari tidurku. Pusing, kepalaku sangat pusing. Aku membenarkan posisi ku, ku lihat ke sekeliling kamar ku. Sangat sepi, dan bahkan tidak ada seseorang pun disini, tidak ada Hermione yang membangunkan ku.

Apakah aku masih berada di mimpi?

Pikiran ku melayang, segara ku cubit pipi ku untuk merasakan sakit yang nyata.....dan ini bukanlah mimpi. Aku sudah terbangun dari mimpi yang panjang itu, Lucius dan mata-mata Dumbledore.

Semua arti dari mimpi itu, apa maksudnya?

Aku mendongakkan kepala ku, melihat jam yang menunjukkan pukul 7 pagi. 'Ah, aku terlambat,' pikir ku. Tanpa berlama-lama lagi, aku langsung bersiap-siap untuk menuju aula Hogwarts.

..

Aku melangkahkan kaki ku menuju aula Hogwarts. Sesekali aku menyempatkan untuk mengikat rambut panjang ku yang terkulai lemas. 'Tak kusangka aku terlambat,' ucap diriku didalam hati. Ku langkahkan kaki ku lebih cepat, segera aku mencoba tuk menyusul anak-anak yang sudah berkumpulan di dalam aula.

Ku dengar juga, bahwa Hogwarts akan kedatangan seorang tamu spesial. Mungkin mereka adalah para peserta yang akan ikut serta dalam Turnamen Triwizard yang akan diadakan di Hogwarts, sebagai tuan rumahnya.

Aku memasuki aula, terlihat beberapa anak menatap ku dengan aneh. Tatapan mereka yang tak terlihat baik, mungkin mereka berpikir buruk tentang ku. "Lush, darimana saja kau?!" Pekik Hermione, meskipun dia agak mengecilkan suaranya.

Hermione turut berdiri menghampiri ku yang ingin mendekati nya. Dia menuntun diriku untuk segera duduk di sampingnya sambil menyuruh ku memakai jubah ku dengan benar. "Hermione, kenapa kau tidak membangunkan aku?" Protes ku.

Aku tidak tau, ini tidak seperti biasanya. Tatapan Hermione hari ini terlihat berbeda, seolah-olah ada sesuatu hal yang aneh terjadi. "Hei! Seharusnya aku yang bilang begitu. Pada jam 5 pagi kau sudah menghilang entah kemana, jadi, kemana saja kau?" Ujar Hermione yang membalikkan semua perkataan ku.

Ku tatapnya dengan aneh. "Tidak mungkin, aku masih tertidur di ranjang ku seperti biasanya, Are you blind?"

"Kau aneh! Jelas Ginny sendiri bilang bahwa kau pergi keluar dengan hanya memakai piyama, aku benar-benar khawatir," bantah Hermione.

Kali ini, aku yang merasa aneh dengan diriku sendiri. Dia mengatakan bahwa aku keluar dengan menggunakan piyama saja. Sesaat ku pikir bahwa aku mengalami gangguan aneh, mungkin semacam tidur berjalan.

Disaat aku sedang sibuk dengan pikiran ku, tak sengaja tatapan ku mengarah ke meja Slytherin. Di seberang sana, terlihat seorang pria yang menatap ku dengan tatapan khawatir, dia Draco.

Entah apa maksudnya, dia menatap ku dengan khawatir seolah-olah aku baru saja pingsan didepan matanya.

Atau memang kejadiannya seperti itu?!

Sialan, aku harus menanyakan ini nanti pada si pirang Malfoy itu.

Beberapa menit setelahnya, keadaan aula semakin meriah ketika Mr. Filch membisikkan sesuatu kepada Dumbledore. Bener anak dari sekolah lain nampak memasuki aula dengan atraksi-atraksi hebat mereka.

Sekolah pertama, dari sekolah sihir Beauxbatons dan kepala sekolah mereka Madam Maxine.

Mereka mengatakan bahwa wanita-wanita yang berada disana sangatlah cantik. "Bloody Hell" umpatan pertama yang keluar dari mulut Ron.

Mungkinkah dia merasa terkejut karena baru pertama kali melihat wanita secantik itu. Ku tatap 'dia' yang tersenyum saat melihat beberapa gadis yang ada di depan sana. Dia juga melihat kearah ku, Draco tersenyum kecil.

Terlihat dari mulutnya terbuka dan mengucapkan. "Are you jealous?" Tanya dia tanpa bersuara.

Hampir aku merasa tertawa. Ku elak perkataan nya itu, "Of course not, do you think I like you?" Balas ku.

Dirinya hanya menampilkan ekspresi yang ambigu, membuat ku sedikit berpikir tentang jawaban yang ia berikan padaku. Aku memutar bola mata ku, ku alihkan perhatian ku kearah pria-pria tampan dari sekolah sihir ternama Durmstrang.

Ku tersenyum ketika melihat Mark berada di sana dan terlihat membalas senyum ku dengan manis. Ku mengalihkan pandangan ku, kini yang ku lihat hanyalah wajah datar milik Draco yang seolah-olah ingin membunuh ku saat itu juga.

Ku terkekeh kecil dan tak menanggapi dirinya lagi saat itu.

"Hei, kau baru saja menatap kearah meja Slytherin tadi kan?" Tanya salah satu murid Gryffindor, Romilda Vane. Dia adalah orang yang berada 2 tahun di bawah ku.

"Tidak," jawab ku dengan singkat.

...

Pelajaran pertahanan terhadap ilmu hitam, sementara diganti oleh Alastor Moody atau Mad-eye. Setelah kejadian dimana orang-orang mengetahui bahwa Remus Lupin adalah seorang manusia serigala, dia langsung mengundurkan diri sebagai seorang guru.

Lagipula setelah kejadian yang terjadi di tahun ke tiga, semuanya nampak tak berjalan lancar. Terutama ketika ku melihat Sirius Black, masa depan tentang dirinya adalah kematian.

Aku ingin mengatakan ini pada Harry, tetapi aku sama sekali tidak mempunyai keberanian. Hanya aku saja yang tahu tentang kebenaran ini, tidak ada siapapun.

Pikiran ku sangat tenang, aku tidak memikirkan itu untuk sementara karena waktu kematian nya masih sangat jauh. "Lush, apa kau tidak ingin bersama kami?" Tanya Hermione yang terlihat menatap diriku dengan khawatir.

Ku tersenyum, kemudian menjawab perkataan nya, "Aku pergi sendiri saja, ada sesuatu yang perlu aku urus di perpustakaan," ujar ku memberikan alasan yang jelas.

Wajah mereka sedikit ragu untuk meninggalkan ku sendirian, tetapi aku tetap memaksa mereka untuk pergi segera. "Tidak usah peduli padaku, kalian bisa Melaka hal yang kalian sukai. Oh ya, aku sudah terlambat, hati-hati di jalan yaa!" Pekik ku dengan keras.

Aku melambaikan tangan, lalu berlari pergi menuju perpustakaan sesuai tujuan ku.

Tubuhku bergerak sesuai arahan ku. Aku memasuki perpustakaan dan duduk di tempat favorit ku, di ujung paling kanan. Biasanya orang-orang akan mengabaikan diriku disana, karena jika aku sudah membaca aku sama sekali tidak ingin diganggu oleh siapapun.

Sebelum aku duduk di tempat favorit ku, aku mencari-cari buku yang ingin aku baca terlebih dahulu. Sebuah buku yang kucari, berjudul 'Asal muasal keluarga Miracle', jujur saja aku tertarik dengan sejarah mereka yang tak memiliki seorang keturunan.

Tak ada status kematian tentang mereka, seakan-akan keluarga ini menghilang tanpa jejak. "Miracle Miracle, dimana buku itu?" Gumam ku dengan kecil.

Aku masih memilih, memperhatikan buku-buku disekitar ku.

Nyatanya buku tentang keluarga Miracle tidak tersedia di perpustakaan ini. Kini aku hanya bisa menghela nafas menerima kenyataan. "Mengapa tidak ada. Sungguh, mereka membuatku semakin penasaran."

"Ms. Villin, bukankah sudah waktunya untuk memasuki kelas, bukan?" Itu Madam Pince, apa yang akan dia perbuat kembali.

"Sedang apa kau berada di tempat terlarang?" Tanya Madam Pince.

"Bukanlah sesuatu penting yang perlu anda ketahui. Terutama aku tidak memilik darah muggle, sudah, tidak perlu menjadikan diriku lagi sebagai alasan untuk mu memarahiku," ucap ku kemudian melesat pergi.

Madam Pince, sesuai yang dirumorkan. Dia sangat tidak menyukai jika seorang muggle menyentuh buku yang ia lindungi, mungkin dia adalah salah satu orang yang mirip dengan keluarga Malfoy, Lestrange, ataupun keluarga yang berhubungan dengan Slytherin.

Meskipun aku sedikit membenci muggle, tapi aku tahu yang namanya batasan.

Violet Garden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang