E M P A T B E L A S

66 13 1
                                    

Lush terdiam selama beberapa jam, berada di kelas Ramuan yang dipenuhi tawa canda anak Slytherin didalamnya. Karena letaknya berada di Dungeon 4 hawa disekitar kelas terasa lebih dingin daripada diatas sana.

Disana juga tidak ada perapian yang bisa membuat badan terasa hangat, ruangan ini pun remang akan cahaya.

Suara langkah kaki semakin keras, dan tawa anak Slytherin semakin menggelegar. Karena penasaran Lush sedikit menengok kearah depan pintu kelas. Disana anak-anak Slytherin sudah berkumpul di depan pintu, dengan menggunakan lencana aneh di jubah mereka.

Sesaat Lush mengira bahwa itu adalah lencana S.P.E.W tapi apakah mungkin bagi anak Slytherin akan menyetujui usulan itu,  jika dipikir-pikir itu sama sekali tidak mungkin, mereka saja menjadikan peri-rumah sebagai budak.

Lush menggelengkan kepalanya sambil menghela nafas kasar. Tatkala saat itu Harry dan Hermione memasuki ruang kelas. "Suka, Potter?" Kata Draco keras ketika Harry mendekat. "Dan bunyinya bukan cuman ini.... Lihat!"

Draco menekan lencananya ke dada, dan tulisan diatasnya lenyap, digantikan tulisan hijau menyala: POTTER BAU.

Anak-anak Slytherin tertawa terbahak-bahak. Semua ikut menekankan lencana mereka, sampai tulisan POTTER BAU bersinar terang di sekeliling Harry. Harry merasa leher dan mukanya panas.

"Oh, lucu sekali," kata Hermione sinis kepada Pansy Parkinson dan geng cewek-cewek Slytherin, yang tertawa lebih keras daripada yang lain, "benar-benar kocak."

Ron berdiri bersandar pada dinding bersama Dean dan Seamus. Dia tidak tertawa, tetapi juga tidak membela Harry.

"Mau satu," mengulurkan sebuah lencana kepada Hermione. "Aku punya banyak. Tapi jangan sampai kau sentuh tanganku. Baru saja kucuci, soalnya aku ogah dikotori Muggle lagi."

Sebagian kemarahan yang dipendam Harry selama berhari-hari ini  seperti menjebol bendungan dalam dadanya. Dia sudah mencabut tongkat sihirnya tanpa berpikir apa yang dilakukannya. Anak-anak disekelilingnya serabutan menyingkir, menjauh dari lorong.

"Harry!" Tegur Hermione memperingatkan.

"Ayo, terus, Potter," kata Draco tenang, seraya mencabut tongkatnya sendiri. "Moody tak ada disini untuk melindungimu.... Lakukan, kalau kau berani...."

Sesaat mereka saling pandang, kemudian, secara bersamaan, keduanya beraksi.

"Furnunculus!" Teriak Harry.

"Densaugeo!" Jerit Draco.

Kilatan cahaya meluncur dari ujung tongkat keduanya, bertabrakan di udara dan memantul ke segala jurusan. Cahaya tongkat Harry mengenai wajah Goyle, dan cahaya tongkat Malfoy mengenai Hermione.

Goyle menggerung dan tangannya memegang hidungnya, yang kini dipenuhi bisul besar-besar mengerikan. Hermione, merintih panik, menekap mulutnya.

"Hermione!"

Ron bergegas maju untuk mengetahui apa yang terjadi pada Hermione. Harry menoleh dan melihat Ron menarik tangan Hermione dari wajahnya. Bukan hal yang menyenangkan. Gigi depan Hermione yang ukurannya sudah lebih besar daripada rata-rata sekarang membesar dengan kecepatan mengerikan.

Makin lama dia makin seperti berang-berang sementara giginya memanjang, melewati bibir bawahnya, menuju dagunya.... dengan panik dia merabanya dan memekik ngeri.

"Ada apa ini ribut-ribut?" Terdengar suara pelan penuh ancaman.

Snape sudah datang. Anak-anak Slytherin berebut memberi keterangan. Snape mengacungkan jari panjang kekuningan pada Draco dan berkata, "Jelaskan."

Violet Garden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang