3. Dapur

1.9K 261 12
                                    


Jaemin membuka pintu dan mempersilahkan pegawainya untuk masuk ke dalam ruangannya serta meminta untuk meletakkan makanan dan minuman yang Jeno pesan di meja dekat sofa. Setelahnya, pegawai itu undur diri dan Jaemin kembali menutup pintu.

''Kala, suapin aku makan, ya?'' Jeno merengek pada Jaemin dan terdengar sangat menggelikan di telinga Jaemin.

Sangat tidak cocok sekali dengan aura dominant yang selalu Jeno tunjukkan dan sangat jauh dari kata berwibawa.

''Emang tangan om kenapa?'' Jaemin  menjawab ketus dari tempat duduknya di belakang meja kerjanya.

''Latihan buat kamu Kala kalau nanti kita punya anak kecil, 'kan makannya perlu di suapin juga.''

''Om Jeno, maaf-maaf nih ya, om kok pede banget kayak yang bakal jadi pendamping hidup saya aja.'' Jaemin berkata dengan nada kesal.

''Loh kamu ngga tahu, aku emang orang yang tingkat kepercayaan dirinya tinggi, makanya kamu nyoba kenal aku lebih deket deh biar tambah sayang, hehe.'' Seperti biasa, Jeno berkata dengan percaya dirinya membuat Jaemin memutar bola matanya malas.

''Buruan makan deh om, saya mau pulang ke rumah!''

''Yaudah yuk, aku anter sekalian ketemu sama calon mertua.'' Jeno beranjak dari duduknya dan melangkah menghampiri Jaemin membuat si manis sedikit panik.

''Nggak ada acara anter-anteran! Saya bawa mobil dan saya bisa pulang sendiri!'' Ucap Jaemin tegas sembari mendongakkan kepalanya menatap Jeno galak. Tapi, di mata Jeno, Jaemin malah terlihat semakin menggemaskan. Jeno jadi ingin segera membawa si manis ke KUA.

''Ya, gapapa kalau kamu bawa mobil, aku ngikutin kamu dari belakang.'' Jeno tetap tidak mau kalah dari Jaemin.

''Om Jeno, saya harap ini terakhir kalinya saya bertemu dengan om.'' Jaemin kesal dan berdiri. Kakinya melangkah melewati Jeno, namun baru di langkah ke empat, lengan kirinya di tahan Jeno.

Laki-laki yang usianya jauh di atasnya itu merapatkan tubuhnya dan menempel padanya. Posisinya, Jeno berdiri di belakang Jaemin. Perlahan, Jeno mendekatkan bibirnya ke telinga kiri Jaemin. Berkata lirih dan tajam.

''Aku bakal bikin kamu jatuh hati sama aku, Jaemin Albian Kalandra dan aku pastiin ini bukan terakhir kalinya kita ketemu.''

Dengan kurang ajarnya, Jeno menjilat telinga Jaemin lalu memberikan kecupan singkat di leher si manis. Setelah itu, dia berjalan dengan santai meninggalkan Jaemin sendiri di ruangannya dan juga makanan yang sudah dia bayar.

Wajah Jaemin merah padam, campuran antara merona dan kesal. Dia lemas dan jatuh terduduk di lantai. Tangannya menyentuh bekas kecupan Jeno di lehernya.

''ANJING!'' Umpat Jaemin lalu meremas rambutnya dengan kuat.

*****

Sepanjang perjalanan pulang dari café ke rumahnya, Jaemin terus mengumpati Jeno. Dia rasa, hidupnya tidak akan tenang semenjak berkenalan dengan laki-laki berumur 36 tahun itu yang semakin menyebalkan di mata Jaemin.

Begitu dia sampai di rumah, dia langsung mengadu pada mamanya.

''Mamaaa..." Rengek Jaemin sembari memeluk lengan wanita cantik berusia 45 tahun yang sedang duduk di ruang tamu.

''Malu sama umur Jaemin, masih ngerengek aja.'' Mama Jaemin yang sedang membaca majalah fashion  segera menutupnya dan meletakkan majalah itu di meja. Memberikan seluruh atensinya pada anak satu-satunya itu.

''Nanti kalau aku nikah dan ikut suami, mama bakalan kangen sama rengekan aku, hehehe.'' Jaemin tersenyum lebar menampilkan deretan gigi-giginya yang kecil dan putih bersih.

Kenalan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang