5. Jawaban

1.5K 235 2
                                    

Jeno masih menatap lembut laki-laki yang berada di pangkuannya. Yang di tatap masih bungkam dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Tak berani menatap langsung Jeno.

''Kala, aku butuh jawaban,'' Perkataan Jeno menarik atensi Jaemin. Si manis memberanikan diri menatap laki-laki di hadapannya itu. Tatapannya sudah berganti, menjadi tajam dan menuntut membuat Jaemin sedikit takut.

Mengabaikan dirinya yang berusia lebih muda dari Jeno, Jaemin memanggil laki-laki yang sedang memangkunya itu tanpa embel-embel om. Toh, Jeno sendiri yang memintanya, bukan?


''Je- Jeno, maaf.'' Jaemin terbata dan menundukkan wajahnya. Dia memainkan jari-jari tangannya untuk mengurangi rasa gugup.


''Aku butuh jawaban, bukan permintaan maaf!'' Jeno berkata semakin menuntut seolah memojokkan Jaemin yang kedapatan berbuat salah padanya.

''Awalnya aku nggak percaya sama cinta pandangan pertama. Tapi nyatanya, itu yang aku rasain ke kamu. Aku mau kamu jadi milikku seutuhnya Kala-tapi kalau kamu ngga mau, aku nggak akan maksa.'' Untuk pertama kalinya Jeno memperlihatkan sisi buruknya pada Jaemin.

Jeno kecewa, marah, dan bodohnya dia tidak bisa mengendalikan emosinya di depan pujaan hatinya. Kata-kata yang di ucapkan dengan nada dingin dan menusuk itu entah kenapa membuat dada Jaemin sesak.

''A-aku perlu waktu untuk ngeyakinin perasaan aku ke kamu, Jeno.'' Jaemin menatap Jeno dengan mata yang berkaca-kaca membuat Jeno terkejut.

''Semua perlakuan kamu bikin dadaku berdebar, bikin pipiku merona. Aku juga sama kaya kamu, aku ngga percaya cinta pandangan pertama dan menurutku-ini terlalu cepat buat di sebut cinta. Maaf, Jeno.'' Suara Jaemin bergetar membuat Jeno langsung merengkuh tubuh ramping itu ke dalam pelukannya.

''Maaf Kala-maaf, aku nggak akan nuntut kamu lagi. Ini memang terlalu cepat dan aku bakal bantu kamu buat ngeyakinin perasaan kamu ke aku, oke?''

Si manis hanya menganggukkan kepalanya di bahu Jeno. Pelukan ini lebih hangat dari pelukan Jhody dan Jaemin menyukainya. Dia tersenyum tipis lalu menjauhkan tubuhnya sedikit dari Jeno.

''Apa yang kamu suka dari aku?'' Jaemin bertanya pelan.


''Anu kamu, hehe.'' Jaemin kesal dan memukul dada Jeno berkali-kali. Wajahnya kembali merona. Ah-sialan memang laki-laki mesum ini.

''Senyum kamu Kala, astaga-kamu pasti mikir jorok, ya?'' Jeno kembali ke mode menyebalkan. Alisnya dia naik-turunkan menggoda si manis.

''Nyebelinnnn!'' Jaemin mengerucutkan bibirnya lucu. Tanpa sadar, dia memunculkan salah satu sifat aslinya yang gampang merengek dan merajuk manja.

Jeno terkekeh dan mencubit gemas dua pipi chubby Jaemin yang semakin memerah. ''Makasih, ya, Kala.''


''Buat apa?''


''Udah mau panggil Jeno tanpa ada embel-embel om.'' Jeno tersenyum membuat Jaemin ikut tersenyum juga.

''Oh iya, tadi kamu bilang bakal bantu aku buat ngeyakinin perasaan aku ke kamu, gimana caranya?''

''Mulai sekarang ijinin aku buat bersikap layaknya pasangan kamu, boleh?'' Jeno mengusap pipi kiri Jaemin yang selalu bikin dia gemes sendiri. Dan rasanya pengen Jeno emut pipinya yang merona itu.

''Pura-pura jadi pacar aku, gitu?!'' Jaemin sedikit menaikkan nada bicaranya.

''Bukan pura-pura Kala, aku bakal bersikap sebagai pasangan kamu mulai hari ini. Nggak ada penolakan pokoknya.'' Jaemin hanya mengganggukkan kepalanya untuk merespon perkataan Jeno. Dia berdoa dalam hati, semoga langkah yang dia ambil tidak salah dan berujung membuat hatinya terluka lagi.

*****


Pagi itu keduanya banyak berbincang berbagai hal tanpa rasa canggung. Seolah mereka adalah teman dekat yang sudah lama saling mengenal. Lalu, Jaemin menawari Jeno untuk sarapan bersama dan laki-laki bertubuh besar itu tidak menolak tawaran si manis.

Keduanya duduk berhadap-hadapan. Jaemin mengambil piring dan menuangkan nasi goreng untuk Jeno membuat laki-laki bongsor itu tersenyum senang.

''Duh, jadi gini ya kalau punya istri? Makan aja di ambilin.'' Perkataan Jeno membuat Jaemin mengehentikkan aktivitasnya yang sedang menuangkan nasi goreng ke piring Jeno. Matanya menatap galak pada laki-laki yang sedang menatap lembut padanya.

''Apa? Mau marah? Aku lagi ngebayangin, loh, ini.''

''Ngebayangin apa?'' Jaemin bertanya dan kembali menuangkan nasi goreng. Setelah itu memberikannya pada Jeno.

''Ngebayangin kalau punya istri semanis kamu.'' Jeno mengedipkan sebelah matanya dan mulai menyendokkan nasi goreng ke dalam mulutnya.

''Dasar gila!'' Jaemin bergumam lirih sembari menuangkan nasi goreng ke piringnya sendiri.

''Aku denger, loh, yang kamu bilang barusan.''

Setelah perkataan Jeno barusan, tidak ada lagi yang bersuara. Keduanya menikmati sarapan pagi sampai Jeno meminta ijin untuk tetap tinggal di rumah Jaemin sampai jam makan siang, membuat Jaemin menyatukan kedua alisnya bingung.

''Kamu emang nggak ke kantor?''

''Ke kantor dong, tapi nanti sehabis makan siang sama kamu.'' Jawab Jeno santai setelah meneguk segelas air putih.


''Kamu tahu nggak? Kamu ganggu acara aku buat males-malesan hari ini.'' Jaemin kesal dan berlalu meninggalkan Jeno di ruang makan setelah dia mencuci piring bekas makannya dan Jeno.

Laki-laki yang lebih tua tentu saja melangkah mengekori si manis yang ternyata menuju ruang TV. Jaemin duduk di sofa menyalakan TV. Dia menonton tayangan infotainment membuat Jeno tertarik untuk ikut menontonnya juga.

Mereka berdua duduk berseberangan, terhalang satu meja berbentuk persegi panjang. Jaemin dan Jeno mulai memfokuskan diri menonton tayangan artis G yang bercerai dengan penyanyi G.

''Ihh-kok bisa cerai, sih, itu anaknya Roy Martin? Kasian anaknya tahu.''

''Iya, Yang, kok bisa ya?''

''Kamu manggil aku apa barusan?'' Jaemin berusaha menutupi rona merah di kedua pipinya.

''Maaf Yang, lidahku suka keseleo.'' Jeno hanya terkekeh dan kembali menonton tayangan infotainment yang berdurasi satu jam itu.

Jaemin kembali mengomentari tayangan infotainment dengan raut wajah berbinar ketika ada sosok idolanya muncul di tayangan itu-Joe Taslim.

''Ih, dia tuh gantengnya beda tau, Jeno.''


''Aku suka panggilan itu.'' Jaemin mengabaikan perkataan Jeno dan melanjutkan sesi mengangumi sosok laki-laki beristri itu.

Jeno menatap Jaemin yang tengah membicarakan idolanya itu. Kedua sudut bibir si manis tertarik menciptakan lengkungan senyum yang kini menjadi candu baginya. Bibir tipis itu bergerak lucu ketika Jaemin berbicara membuat Jeno semakin mengagumi laki-laki manis berusia 26 tahun itu.

Tanpa Jaemin tahu, Jeno diam-diam mengambil fotonya ketika asik berbicara. Jeno tersenyum puas melihat hasil fotonya itu.

''Dengerin aku nggak, sih? Kok, malah asik senyum-senyum sendiri! Lagi chattingan sama siapa, sih?''

Jaemin menepuk mulutnya sendiri. Tidak sadar dia menampakkan sedikit kecurigaannya.

''Nggak usah cemburu gitu deh Kala, cuma kamu yang ada di hati aku.''

''Halah, gombal!''

''Kenyataan, loh ini, kamu nggak percaya?''

''Nggak, lagian kita baru kenal kemarin, rugi kalau aku percaya sama kamu.'' Jaemin memanyunkan bibirnya dan kembali merajuk.

Jeno beranjak dari duduknya dan mendekati Jaemin. Memperlihatkan foto Jaemin dan sukses membuat si manis salah tingkah.

*****

TBC...

Up lagi, whehehe...

Kenalan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang