4. Pagi

1.7K 259 23
                                        

Bukan perkara sulit untuk seorang Jefrano Lukas Bagaskara mengetahui kediaman Jaemin Albian Kalandra. Diam-diam, dia juga sudah menyimpan nomor ponsel si manis dan dia namai MANIS di kontaknya. Tentu saja dia mendapat dua informasi itu dari mamanya yang menanyakan langsung pada mama Jaemin.

Pagi tadi sekitar jam delapan, Jeno tiba di rumah Jaemin dan di sambut oleh pemilik rumahnya langsung, mama Jaemin. Bukannya memarahi seperti yang sudah mama Jaemin janjikan kemarin, justru dia menyambut ramah kedatangan Jeno dan menawarinya untuk sarapan bersama.

Wanita cantik berumur 45 tahun itu sama sekali tidak membahas perihal Jeno yang sudah lancang mengecup leher anak gadisnya. Justru, dia berharap kalau Jeno segera mmenghamili Jaemin, supaya tidak ada alasan untuk anak laki-lakinya itu menolak menikah.

Mama Jaemin yang sudah beberapa kali bertemu dengan Jeno, sedikit banyak tahu kepribadian laki-laki berumur 36 tahun itu yang membuatnya terkesan. Di usianya yang matang dan mapan, dia berdedikasi tinggi pada pekerjaannya dan mengabaikan perihal hubungan asmaranya.

Di mata mama Jaemin, Jeno adalah sosok laki-laki yang bertanggung jawab dan dewasa. Serta berasal dari keluarga yang sudah dia kenal sejak lama. Dia juga sangat menyayangi orang tua dan adik perempuannya. Tidak ada alasan untuknya menolak Jeno sebagai calon menantunya.

Sedikit berbincang-bincang dengan Jeno mengenai pekerjannya, mama Jaemin berpamitan untuk segera berangkat ke kantor. Dia meminta Jeno untuk tidak sungkan ketika berada di rumahnya.

''Jeno, anggep aja rumah ini kaya rumah kamu sendiri, ya?'' Wanita yang memiliki tahi lalat di hidung itu tersenyum manis pada Jeno.

''Iya, Tante.''

''Beneran nggak mau sarapan? Tante masak banyak, loh.''

''Makasih, Tante. Saya udah sarapan tadi di rumah.''

''Kalau gitu, Tante berangkat dulu ya? Titip Jaemin. Oh iya, kalau mau minum ambil sendiri, ya?'' Jeno tersenyum dan menganggukkan kepalanya untuk merespon perkataan mama Jaemin. Dia bahkan mengantar wanita cantik itu sampai ke mobilnya.

Setelah itu, Jeno kembali masuk ke rumah Jaemin dan duduk di ruang tamu sembari memainkan ponselnya, menunggu Jaemin bangun.

*****

Jeno duduk di ruang tamu rumah Jaemin dengan menahan sakit di bagian selangkangannya. Tendangan Jaemin tidak main-main, benar-benar menyakitkan. Kalau tidak ada si manis, sudah di pastikan Jeno menangis kencang. Tubuh Jaemin memang kecil, namun kekuatannya  tidak bisa di remehkan.

Demi memikat sang pujaan hati yang senyumnya semanis gulali, Jeno harus menjaga imagenya. Dia harus terlihat gagah dan perkasa di hadapan Jaemin. Tidak akan pernah dia memperlihatkan kelemahannya sebelum berhasil mendapatkan Jaemin.

Dalam duduknya, Jeno menyiapkan rencana untuk mengerjai Jaemin. Laki-laki manis itu harus membayar rasa sakitnya. Dia menunggu Jaemin yang sedang mengambil kotak obat di dekat ruang keluarga.

Jujur, Jeno sedikit terhibur melihat wajah panik Jaemin ketika dia memekik kesakitan di lantai. Jaemin langsung mendekatinya dan mengucapkan permintaan maafnya berkali-kali. Lalu, dia membantu Jeno untuk duduk di sofa.

Terdengar langkah kaki yang terburu-buru membuat Jeno mendongakkan kepalanya. Dia tersenyum melihat Jaemin berjalan dengan cepat ke arahnya.

Begitu sampai, laki-laki manis itu segera duduk di sampingnya sembari meletakkan kotak obat di meja.

''Saya nggak tahu obat mana yang cocok buat ngeredain rasa sakit 'di situ'.''

Tangan kurus Jaemin sibuk memilih obat yang sekiranya bisa di berikan pada Jeno. Dia takut terjadi apa-apa pada selangkangan laki-laki yang bertubuh besar itu.

Kenalan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang