Memaafkan itu mudah, yang sulit itu melupakannya.
*****
Hari itu Jaemin mengurung dirinya di kamar seharian, mengabaikan kepanikan mamanya yang terus mengetuk pintu kamarnya.
''Jaemin, buka pintunya, makan dulu!''
Dia melihat jam dinding di kamarnya yang sudah menunjukkan pukul delapan malam. Kurang lebih dia berada di dalam kamar selama 11 jam, tanpa makan dan minum. Dia hanya berbaring di ranjang, mendekap erat boneka beruang berukuran besar yang di berikan jet sepulang dari Jepang waktu itu.
Pikirannya kosong semenjak membaca deretan kata yang di tulis Jeno di selembar kertas yang di selipkan di antara bunga-bunga yang warnanya sangat cantik. Jaemin merasa kalau Jeno pergi jauh dan tidak akan kembali.
Ada sebagian dari dirinya yang merasa kehilangan sosok Jeno tapi sebagian dirinya merasa lega karena sosok yang di cintainya telah kembali.
''JAEMIIINN!! MAMA DOBRAK, YA, PINTUNYA!!!'' Teriakkan mamanya membuyarkan pikiran Jaemin. Dia segera beranjak dari ranjangnya dan membuka pintu kamarnya.
Begitu pintu terbuka, dia melihat mamanya, Bi Asih dan Pak Nano-satpam rumahnya berada di depan pintu kamarnya.
''Apa, sih, mah teriak-teriak segala?''
Ketiga orang dewasa di sana menatap Jaemin dengan raut wajah tak terbaca. Heran melihat tingkah laki-laki berumur 26 tahun itu yang tiba-tiba mengurung diri di kamar dari pagi sampai malam.
Tidakkah dia tahu kalau ketiga orang itu mengkhawatirkannya?
Bi Asih yang sedari tadi memegang nampan berisi semangkuk bubur dan air putih langsung memberikannya pada Jaemin.
''Makan, habisin, mama tungguin!'' Tanpa permisi, mama Jaemin masuk ke dalam kamar anaknya dan duduk di sofa dekat ranjang, di ikuti oleh si manis.
Terpaksa, Jaemin menghabiskan buburnya, padahal dia sedang tidak sakit.
''Di bawah ada Jhody, mau di temuin nggak?'' Tanya mamanya tiba-tiba hampir membuatnya tersedak air putihnya yang sedang dia minum.
''Nggak, tolong bilangin udah tidur,'' Mama Jaemin keluar kamar setelah memastikan Jaemin menghabiskan makanannya dan membawa nampan berisi mangkuk serta gelas yang kosong ke tampat cucian piring.
Ibu cantik itu menemui Jhody yang sudah berada di ruang tamu sejak satu jam yang lalu. Masih ada perasaan tidak terima di lubuk hati mama Jaemin mengenai luka yang di terima anaknya akibat ulah Jhody. Dan dengan tidak tahu malunya, laki-laki itu datang kembali ke rumah ini dan menampakkan dirinya di hadapannya.
Walaupun sudah mendengar penjelasan dari mantan kekasih anak tercintanya mengenai alasan dia meninggalkan Jaemin begitu saja juga hubungannya kini dengan Jaemin. Dia tidak merasa senang karena, dia tidak menginginkan jika anaknya menjadi penghancur rumah tangga orang lain.
Besok pagi dia harus berbicara serius pada Jaemin mengenai hubungannya dengan Jhody.
''Jaemin langsung tidur, nggak bisa nemuin kamu,'' Kata mama Jaemin datar.
Jhody tersenyum dan menganggukkan kepalanya lalu berpamitan pulang pada mama Jaemin. Dia tahu kalau kesayangannya itu mengurung diri di kamar dan dia juga tadi mendengar teriakan mama Jaemin yang meminta anak laki-lakinya itu keluar kamar.
Ada perasaan bersalah yang menghinggapi Jhody.
*****
Setelah sarapan bersama, mama Jaemin membuka percakapan terlebih dahulu.
''Hubungan kamu sama Jhody sekarang apa?'' Tanya wanita berusia 45 tahun itu tanpa basa-basi.
''Nggak ada hubungan apa-apa, mah. Aku nungguin dia cerai dari istrinya,'' Jawab Jaemin santai setelah meneguk satu gelas air putih dingin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kenalan ✔
FanfictionStory repost by @mikuah Jaemin, berusaha menyembuhkan lukanya yang di sebabkan oleh kekasihnya dulu. Jaemin berupaya melupakan masa lalunya dan berjuang bangkit dari keterpurukannya. Waktu empat tahun bukanlah waktu yang singkat, maka dari itu, but...