Ini adalah hari kelima Jaemin tidak melihat Jeno secara langsung, hanya melalui layar ponsel tapi cukup membuatnya bahagia. Jadi, semalam Jeno memberanikan diri untuk melakukan panggilan video dengan Jaemin.
Kalau di ingat-ingat membuat si manis senyum-senyum sendiri. Bagaimana tidak, Jeno semalam tidak seperti Jeno yang biasanya. Yang selalu menggodanya dan membuatnya kesal, ketika melakukan panggilan video, Jeno tampak malu-malu membuat Jaemin tidak berhenti tersenyum.
Jeno juga menanyakan ingin di bawakan oleh-oleh apa, tapi Jaemin dengan jahilnya menjawab, ''Aku mau kamu aja, nggak mau yang lain.''
Wajah Jeno langsung merona begitu mendengar perkataan Jaemin. Si manis tentu saja langsung tertawa kencang. Rasanya dia sudah bisa sedikit membalas perlakuan Jeno yang biasanya membuat wajahnya merona.
Mereka melakukan panggilan video sekitar satu jam karena Jeno di Jepang sangat sibuk. Dia harus menemui beberapa investor dan rekan kerjanya yang berada di sana. Juga untuk meninjau lokasi yang akan di gunakan untuk membuka cabang perusahaannya.
Seperti biasa, Jaemin sedang berada di café. Namun, hari ini berbeda dari hari biasanya. Dia sudah datang ke café sejak pukul sebelas siang. Memantau para pegawainya dan juga ikut membantu mereka menyiapkan beberapa bahan makanan untuk di olah.
Entah mengapa, hari ini dia bersemangat sekali. Mungkin karena semalam sudah melihat wajah tampan laki-laki berumur 36 tahun yang membuat dunianya lebih berwarna. Dia rasa, dia benar-benar sudah move on dari mantan brengseknya.
Kalau kata orang, sih, move on itu ketika kita sudah memiliki pasagan baru atau sudah memberikan hati kita untuk orang yang baru—seperti Jaemin yang sudah memberikan hatinya untuk Jeno, walau belum seluruhnya.
Masih ada ketakutan dalam diri Jaemin, takut terluka dan takut di sakiti lagi. Mungkin dari awal dia memang salah. Memberikan seluruh hati dan dunianya untuk seorang Jhody Darius Sanjaya. Kali ini, dia akan berhati-hati terhadap Jeno. Apalagi, mereka kenal belum terlalu lama, hitungannya adalah ''hari.''
Lagi-lagi memakai alasan ''waktu'' yang katanya terlalu cepat untuk menyatakan kalau dia jatuh cinta pada pandangan pertama pada Jeno.
Dia selalu bepikir, ''Bukankah ini terlau cepat untuk menyatakan kalau aku sudah jatuh cinta pada Jeno?''
Si manis tidak tahu, kalau cinta tidak mengenal waktu. Kalau cinta tidak mengenal rupa. Kalau cinta tidak mengenal status sosial, jabatan dan harta? Intinya, cinta itu tidak mengenal ''alasan''. Sederhananya, kalau cinta ya cinta. Sudah—cukup, seperti anak kecil yang mencintai orang tuanya—murni dan tanpa syarat.Jaemin menghela nafas lelah ketika dia memikirkan hal ini. Hilang kemana semangat yang menggebu-gebu tadi?
Bukankah luar biasa efeknya? Hanya memikirkan hubungannya dengan Jeno membuatnya sedkit down.
''Mengapa rumit seperti ini?'' Jaemin bertanya dalam hati. Kemudian dia mencuci tangannya setelah membersihkan beberapa sayuran dan buah-buahan segar. Membuat secangkir cokelat hangat lalu membawanya ke ruangan pribadinya.
*****
Di ruangannya, sedari tadi Jaemin hanya bermain game. Sesekali membalas pesan atau email dari pegawai hotelnya. Ini sudah sore dan dia belum makan siang, entah, dia tidak merasa lapar.
Bunyi ketukan di pintu membuat dia menghentikan aktivitasnya.''Sebentar!'' Teriaknya dari belakang meja kerjanya.
Dengan malas dia melangkahkan kakinya menuju pintu. Tangan kurusnya memutar knop pintu dan dia terkejut begitu pintu terbuka. Di hadapannya ada seseorang yang berdiri namun wajah dan sebagian tubuhnya tertutupi boneka kelinci berwarna biru dengan ukuran besar dan sebucket bunga matahari yang di pegang di masing-masing tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenalan ✔
Fiksi PenggemarStory repost by @mikuah Jaemin, berusaha menyembuhkan lukanya yang di sebabkan oleh kekasihnya dulu. Jaemin berupaya melupakan masa lalunya dan berjuang bangkit dari keterpurukannya. Waktu empat tahun bukanlah waktu yang singkat, maka dari itu, but...