10. Pergi

1.4K 190 60
                                        

Jika bahagiamu bersamanya,
Lalu, aku bisa apa?
Tidak ada yang bisa aku lakukan selain merelakanmu kembali bersamanya.

Aku tidak menyalahkanmu atas rasa sakitku.

Berbahagialah bersamanya.

Aku pergi bukan karena aku tak mencintaimu lagi.
Aku pergi untuk kebahagiaanmu.

*****

Setelah kepergian Jhody dari hadapan Jeno dan Jaemin, suasana menjadi tidak enak. Bahkan, mereka makan dalam diam. Menyantap makanan yang seharusnya terasa enak di mulut, justru terasa hambar karena suasana menjadi tidak enak.

Hari semakin malam dan suhu udara semakin dingin, Jeno melihat dengan jelas laki-laki manis di depannya ini kedinginan. Dia segera melepas jas berwarna merah keunguan miliknya. Beranjak dari duduk dan memakaikan jas mahalnya ke tubuh Jaemin.

Si manis tidak mengatakan apa-apa bahkan menatap Jeno pun tidak. Kepalanya terus menunduk membuat si tampan berlutut di hadapannya.

Tangan besar Jeno menggenggam tangan Jaemin erat dan mengusapnya pelan.

''Kamu tuh kenapa?''

Enggan bersuara, Jaemin hanya menggelengkan kepalanya pelan membuat Jeno menghela nafas lelah.

''Mau pulang?'' Tanya Jeno lagi dan di jawab anggukan oleh Jaemin.

Si tampan segera berdiri dan melepas genggaman eratnya di tangan si manis, ''Ayo pulang.''

Jeno berjalan terlebih dahulu, di ikuti oleh Jaemin. Tidak berniat untuk membungkus makanan yang belum sempat di santap. Keduanya pun berjalan pelan menuju parkiran mobil.

Ketika keduanya sudah berada di dalam mobil, Jaemin segera melepas jas milik Jeno dan memberikannya pada laki-laki tampan yang duduk di belakang kemudi.

''Ini jasnya.''

''Di pake aja,'' Jeno manjawab dengan nada datar membuat dada Jaemin sesak.

''Maaf, aku ngehancurin acara makan malem kita,'' Jaemin berkata dengan suara bergetar. Air mata sudah mengumpul di pelupuk matanya.

Jeno yang belum menjalankan mobilnya, mau tidak mau menoleh ke arah Jaemin yang sedang menundukkan kepalanya dan memegang erat jas miliknya. Tangan kiri Jeno mengusap kepala Jaemin lembut.

''Nggak usah minta maaf, bukan salah kamu.''

Jaemin memberanikan diri mendongakkan kepalanya menatap jet dengan lelehan air mata di kedua pipinya. Memaksa tersenyum manis dan memberikan jas mahal yang sedari tadi di pegang erat kepada si empunya.

Jeno terpaksa menerima jas itu dan memakainya kembali. Dia menjulurkan tangannya ke kursi belakang untuk mengambil selimut yang selalu dia bawa, lalu memberikannya pada Jaemin.

"Kayaknya kamu ogah banget, ya, pake jas punyaku?" Jeno berujar lagi dengan nada sedikit menyindir, membuat si manis menoleh padanya.

''Pake ini, jangan nolak!'' Si tampan kembali berbicara dengan nada yang datar.

''Kamu__marah, Jeno?'' Jaemin berbicara setelah menerima selimut tebal berwarna abu-abu dari Jeno.

''Nggak! Memangnya punya hak apa aku harus marah sama kamu?"

Sungguh, jawaban yang Jeno lontarkan membuat dadanya semakin sesak.

''Sikap kamu aneh, Jeno,'' Jaemin berbicara lirih dan menatap Jeno dari arah samping.

''Kamu yang aneh, bukan aku!'' Jeno berbicara tanpa menoleh ke Jaemin. Segera menyalakan mobil dan melajukannya ke luar area tempat makan.

*****

Kenalan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang