Menjadi Kita

968 98 11
                                    

Jimin menatap Taehyung aneh. Mengalihkan atensinya dari cheese cake pesanan Yoongi yang baru saja tiba. Taehyung si sahabat seperpopokkannya yang terkenal dingin tiba-tiba bertanya tentang orang lain, terlebih seorang pria. Jimin jadi berpikir tentang perubahan orientasi seksual Taehyung. Apa sebegitu dahsyat pengaruh putusnya hubungan sang sahabat dengan mantan kekasihnya. Jika menilik ke belakang Taehyung dulu memang terlihat sangat mencintai Jihoon walau dalam batas yang normal, tapi tunggu dulu.."Siapa tadi ? Jung Jaehyun ?"

Lantas Jimin mengingat bahwa satu-satunya Jung Jaehyun yang ia kenal adalah si adek tingkat putra bungsu profesor Jung, dosen di fakultas kedokteran. Kalau seperti ini Jimin tidak perlu bergidik ngeri mengenai orientasi seksual Taehyung. Jelas-jelas mereka terhubung melalui profesor Jung. Taehyung si mahasiswa kesayangan dan Jaehyun si putra bungsu. Mungkin ada hal yang harus mereka bahas di sini.

"Jika Jaehyun yang kau maksud adalah putra bungsu profesormu, dia adalah adik tingkatku." Jimin menjawab seadanya lalu kembali menyendok makannya.

"Apa kau mengenalnya dengan baik ? Apa dia punya kekasih ?" Baru saja Jimin merasa tenang menikmati kembali sesi makannya. Ia dibuat tersedak atas pertanyaan Taehyung. Lalu Taehyung buru-buru memberinya minum. Astaga Taehyung, apa kau tidak menyadari jika pertanyaanmu ini seperti seorang pria yang memastikan apakah gadis incarannya masihlah belum ada yang memiliki.

"Jangan bilang kau menyukai Jaehyun ?" Sekarang giliran Taehyung yang dibuat tersedak akan pertanyaan Jimin. Jimin hanya diam tak berniat membantu, jangan salahkan Jimin, Taehyung lah yang mulai duluan.

Taehyung lalu memberi kepalan tangan pada Jimin seolah ingin menghajar atas pertanyaan konyol yang dilontarkannya, "Lalu apa ? Dasar aneh !" Jimin dengan gestur menghindarnya menjawab.

"Jaehyun dan Jungkook, mereka saling mengenal.."

Jimin tersenyum mengejek, ia kini tengah menemukan benang merahnya. Merutuki Taehyung dalam hati yang tidak berani terus terang akan kegelisahannya. Sepertinya bukan ide yang buruk jika mengusili sedikit sang sahabat. Iya sedikit saja, dan semoga Taehyung paham lantas mengambil langkah yang tepat.

"Bukan hal yang mengejutkan bagiku jika mereka saling mengenal."

Taehyung mengernyit akan pola pikir Jimin. Selama ini Taehyung sedikit banyak tahu siapa-siapa saja orang di sekitar Jungkook, begitupun Jimin. Dan Jaehyun adalah orang dengan kemungkinan yang termasuk kecil untuk bisa mengenal Jungkook. Sekalipun kenal itu hanya sebatas saling mengetahui hubungan antara dosen dengan anaknya, tidak untuk dalam hal saling menyapa.

"Jaehyun itu anak profesor Jung, Jungkook tidak jauh beda darimu, bisa dibilang dia juga mahasiswa kesayangannya. Kau tahu kemungkinan apa yang sedang kupikirkan ?" Jimin tersenyum menggoda dan Taehyung bergidik ngeri.

"Profesor Jung mungkin berniat mengambil Jungkook sebagai menantunya."

"Kau gila !" Taehyung berseru, Jimin tertawa terbahak melihat respon Taehyung. Ia bahkan tidak lagi peduli jika Taehyung langsung pergi dari kafe.

~~~

Hari ini tiba-tiba langit mendung, padahal mahasiwa kedokteran tahun kedua tengah menjalani kuis berbasis komputer. Sialnya giliran kelas Taehyung yang masuk ruang komputer, hujan langsung berjatuhan membasahi bumi. Seolah menambah suasana panik dalam setiap mahasiswa. Tapi untungnya kuis berjalan dengan lancar tanpa kendala teknis. Mengenai nilai kuis, tidak ada yang bisa menjamin kecuali kecerdasan otak masing-masing. Kali ini benar-benar tidak ada celah untuk menyontek.

Para mahasiswa berhambur meninggalkan ruang komputer setelah mengerjakan kuis. Ada yang langsung memilih meninggalkan kampus, namun kebanyakan terjebak di koridor kampus menunggu hujan reda. Ini merupakan sesi terakhir kuis. Kampus bahkan sudah tampak sepi. Tidak ada yang menduga bahwa hujan akan datang, terkadang laporan cuaca memang tidak bisa dipercaya. 

SCHOOL OF MEDICINE [TAEKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang