"Apa? Mas Candra ngajak nge-date?" tanya Putri masih tidak percaya. Cewek itu tiba di apartemen lebih lambat karena harus mengurusi pestanya di kafe. Dan kini kedatangannya langsung disambut oleh kabar mengejutkan dari sahabatnya.
"Iya, tapi palingan cuman dijadiin cadangan doang gegara si Aulia sok sibuk!" sahut Felisya. Setelah membukakan pintu, sekarang ia melangkah ke dapur untuk mengambil sesuatu.
Putri menutup pintu dan duduk di kursi meja makan mereka yang minimalis. "Gapapa kali, justru ini waktunya lo nikung! Lagi musim tuh, lagian belom jelas banget kan mereka statusnya apa coba?"
"Ya mungkin aja itu dikenalin orang tua mereka masing-masing, ya gak?" Felisya kembali, membawa dua gelas teh hangat dan duduk di seberang cewek yang masih mengenakan gaun span andalannya. Hitam polos bertabur aksen sparkling.
"Masa iya cowok milenial kayak dia mau dijodohin?"
"Buka mata! Si Aulia itu glowing, mulus, pinter, ya realistis aja kali. Cowok mana yang gak tergila-gila liat dia?"
"Iya juga, sih!" Putri nyengir, terus minum teh hangat. "Makasih loh udah dibuatin teh anget. Semoga hati lu segera ikut menghangat ya."
Felisya cuman melirik tajam sambil terdiam.
Dua menit kemudian dia sudah menghabiskan minumannya dan melangkah menuju kamar. Menatap dua ranjang mungil yang tiba-tiba saja terasa menyedihkan karena sebentar lagi pemilik kamar itu akan menikah, Ia harus segera mencari tempat lain untuk tinggal.
***
Keesokan harinya terasa seperti bukan milik Felisya. Sejak malam minggu tadi hingga detik ini tubuhnya terasa lebih ringan. Kakinya seperti menggoes di udara, tidak merasakan gesekan dengan lantai. Tentu saja kemunculan Candra Emilio yang semakin tak berjarak dengannya membuat sebuah perubahan. Setidaknya itu membuat proses melupakan Arsenio lebih cepat dan mudah.
"Cieee, yang mau jalan sama gebetan baru, semoga berhasil nikung ya!"
Felisya berpaling dari beberapa pakaian yang sedang dipilihnya dan melirik tajam ke Putri yang baru saja masuk kamar. "Gue gak niat nikung. Gak sejahat itu, lagian kayak gak ada cowok lain aja. Di dunia ini cowok ada milyaran woy!"
"Santai aja kali, lagian kalau pun lo nikung Mas Candra dari cewek itu, Aulia gak bakalan kelabakan karena pasti ada banyak cowok lebih borju yang ngejer dia."
"Oke gue mau nikung Syaki dari lo gimana?"
"Apa? lo gak tau diri ya udah dikasih tempat tinggal juga?!"
Felisya memutar bola matanya saat melihat betapa marahnya si sohib sampai-sampai membentak dan tangannya dilipat. Lebih parah lagi sekarang berjalan maju ke arahnya seakan ingin mencakar.
"Itu perasaan Aulia kalo gue nikung!" ungkap Felisya dengan wajah yang sengaja dicondongkan sambil berlalu menuju kamar mandi buat ganti pakaian.
Putri balik badan dan berbicara begitu melewati pintu kamar mandi. "Jangan lupa sarapan, dah siap tuh."
Felisya keluar dari kamar mandi dan sudah rapi dengan tampilan kasualnya. Celana jeans, atasan you can see polos dan kardigan jaring yang membuatnya terlihat bebas bergerak. Ia menghampiri teman yang dulu sempat memberinya info lowongan pekerjaan itu sedang sibuk makan sendiri.
Cewek yang masih mengenakan piyama itu menatapnya kaget. "Lu yakin nge-date pake baju ginian? Pake gaun kek, dandan yang agak rame gitu biar Mas Candra terpesona ama lu!"
"Siapa yang mau nge-date? Jangan geer dulu jadi cewek. Anggap aja gue lagi nemenin atasan yang lagi gabut. Paling cuman ngopi-ngopi sambil bahas kerjaan, udah gitu balik lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCOMMON REGRET (telah terbit)
Genel KurguFelisya Aurelin melarikan patah hatinya ke kota perantauan dengan menghabiskan waktu bersama Haidar Galen, sahabatnya. Ia mewujudkan mimpinya sebagai desainer profesional, kemudian menjalin cinta baru dengan Candra Emilio, pemilik perusahaan tempatn...