Selama menjalankan misi hari itu Yoongi tak hentinya memikirkan Maurielle. Dia tidak fokus sama sekali, untung saja mereka cuma mengikuti dan mengumpulkan informasi salah satu target Darren, bukan sesuatu yang memerlukan kerja ekstra fisik dan otak.
Yoongi di dalam Rubicon yang berhenti di basemen gedung perusahaan bersama Noah. Kacanya gelap, tidak ada yang curiga ada orang yang memata-matai dari dalam sini.
Tapi toh tetap saja salah satu pasang mata itu cuma pura-pura menatap ke depan. Tatapannya kosong. Membiarkan temannya yang berada di balik kemudi kerja sendirian, dia makan gaji buta. Kuku ibu jarinya rusak digigiti karena ia tak bisa mengontrol rasa gugupnya. Tangannya menggenggam erat kotak elektronik berwarna hitam yang menampilkan sebuah ruang chat sisa semalam.
Pikirannya dipenuhi rencana-rencana. Dia gugup karena dia ragu apakah keputusannya benar, atau (2) dia gugup saja karena takut rencananya tak sesuai ekspektasinya.
Satu jam, dua, tiga jam. Itu benar-benar tak sesuai ekspektasinya. Rubicon mereka sekarang berkendara, mengikuti salah satu SUV mewah yang membawa target Darren yang sedaritadi masih mereka ikuti sambil melaporkan semua kegiatannya pada Simon di ujung sambungan mereka. Yoongi masih sama, makan gaji buta, sekarang malah tampaknya lebih frustasi daripada hanya sekadar gugup.
Pesannya belum dijawab—bahkan dibaca—Maurielle.
Iya, pesannya yang dari semalam itu, saat dia bilang: jangan membencinya, bahwa dia tidak menyingkirkan wanita itu, dan mengonfirmasi perasaannya masih sama mencintainya. Maurielle tidak baca. Jadi, hasil dari Maurielle yang memenuhi pikiran dan kegugupannya itu, Yoongi mengiriminya pesan lagi. Kali ini,
Elle, mau bertemu?
Tiga jam sudah pria itu diabaikan.
Noah tidak mengganggu lagi ketika terakhir kali ia bertanya apa yang sedang pria itu lakukan, lalu Yoongi—dia yakin pria itu tak fokus saat menjawab pertanyaannya—menjawab, "Maurielle, tentu saja. Apa lagi?"
Apanya yang Maurielle? batin Noah.
Sampai langit cerah itu berubah petang, tidak ada sesuatu yang menarik yang menyapa bilah notifikasinya. Hoseok mengernyit bertanya-tanya melihat tingkah canggung pria itu, dia melirik Noah, alisnya terangkat memberi isyarat kebingungannya. "Dia kenapa?" tanpa suara. Noah mengedikkan bahu.
Hoseok ingin menemaninya tetapi dia juga punya janji dengan Becky malam ini jadi harus buru-buru pergi.
"Hyung, kau baik-baik saja? Aku duluan ya," katanya. Yoongi cuma berdeham, melambaikan tangan, bahkan tanpa menatap wajahnya.
Satu jam, akhirnya dia terbangun dari fokus dalam ponselnya. Pria itu menghela nafas, mematikan layar itu pada akhirnya, lalu pergi dari markas tanpa mandi seperti biasa dengan Range Rovernya ke hotel. Lehernya sakit, kaku, menunduk seharian, uratnya menegang.
Namun, penonton kira semua tingkah anehnya itu sudah selesai, tiba-tiba ia membelokkan arah jalan Range Rovernya. Hotelnya lurus cuma beberapa gedung lagi di depan sana, tapi dia malah belok kiri ke jalanan yang lain.
Mobilnya berhenti di depan gedung apartemen. Lagi-lagi membuka layar ponselnya dan pergi ke ruang obrolannya dengan kontak bernama 'Mine'.
Elle, ayo bertemu
Kalau ini adalah sebuah film, scene yang akan dimunculkan hanya penampakan seorang pria ketika ia melakukan aktivitas seperti hari-hari biasanya namun dengan intensitas lebih sedikit karena pikirannya hanya mengarah pada satu wanita yang paling ia tunggu balasan pesannya. Background dia berdiri, duduk, melangkah, selalu berganti, tetapi kepalanya terus menunduk, tangannya mengetik tak henti. Sembilan dari sepuluh, ia mengurungkan pesannya, menghapus, memilih lagi kata-kata yang pas yang pada akhirnya cuma menulis,
KAMU SEDANG MEMBACA
Ellegirl - book 2 [M] ✔
Fanfiction❝𝘮𝘢𝘺𝘣𝘦 𝘸𝘰𝘳𝘴𝘦 𝘪𝘴 𝘰𝘶𝘳 𝘴𝘦𝘤𝘰𝘯𝘥 𝘯𝘢𝘮𝘦.❞ [21+] [M] [⚠️] [VERY EXPLICIT] [🔞] - Kembalinya Maurielle ke San Jose merupakan sebuah sukacita kebahagiaan terbesar bagi Min Yoongi. Namun, ternyata Maurielle tak kembali sendiri, dia meng...