.
.
"Lagi, Jimin?"
"Bekal hari Selasa," remaja itu mengeluarkan kotak makan berwarna kuning pada pemuda di depannya, senyum mengembang begitu lebar hingga matanya terpejam, "Lauknya sosis gurita, daging ayam, dan asinan lobak. Aku juga beli pencuci mulut. Kak Yoongi suka pir, kan? Paman penjualnya bilang ini hasil petikan kebun sendiri. Buahnya tua dan manis sekali!" ucap Jimin penuh semangat sambil menjejalkan kotak tersebut ke pangkuan Yoongi tanpa menunggu jawaban. Berkedik, lawan bicaranya balas menjentik rokok seraya melengos setengah hati.
"Aku sarapan setengah jam lalu dan baru saja menghabiskan empat bungkus roti. Ruang perutku ada batasnya," Yoongi berujar, enggan, "Singkirkan benda ini."
"Yang namanya sarapan, jelas harus dimakan pagi-pagi dan bukan dibiarkan untuk bekal makan siang. Apa Kak Yoongi paham kalau sayuran paling bagus disantap selagi segar? Kalau bekas sarapan dimakan beberapa jam kemudian, siapa yang jamin kandungan gizinya tidak hilang?" Jimin mendorong bekalnya lengkap bersama sumpit dan tisu, "Memang cuma masakan supermarket, tapi rasanya enak kok."
Yoongi memutar mata ke arah lain, "Kamu ini berisik sekali, ya?"
"Memang."
"Apa tingkahmu selalu begini ke setiap orang?"
Jimin menggeleng sekenanya, "Aku tidak suka bangun lebih awal atau mengerjakan pekerjaan rumah," ujarnya, "Tapi untuk Kak Yoongi, itu pengecualian. Aku sudah berhutang budi dan akan berusaha sekuat tenaga untuk memberikan yang terbaik!!"
Dengus singkat meluncur dari bibir yang bersangkutan, "Sudah kubilang berkali-kali kalau aku cuma kebetulan lewat dan kamu tidak berhutang apapun. Setiap orang pasti melakukan hal yang sama kalau memergoki kejadian semacam itu. Jadi sebaiknya jangan dibesar-besarkan."
"Faktanya, tidak ada seorangpun yang membantu sebelum Kak Yoongi datang. Jangankan menolongku dari preman-preman itu, menoleh saja tidak. Cuma Kak Yoongi yang mau berhenti, bahkan rela terluka gara-gara berkelahi. Berkat aksi itu pula aku bisa pulang dengan tenang sampai hari ini," seloroh Jimin ceria, "Aku tahu kok, biarpun cuek begini, Kak Yoongi orangnya baik sekali."
Yoongi melirik tanpa ekspresi sembari mengisap rokoknya sekilas, "Kalau aku orang baik, kamu tidak akan kubiarkan berdiri di situ sejak tadi," sergahnya, menunjuk tempat dimana Jimin meletakkan ransel serta memiringkan kepala dengan polos seperti anak anjing. Menjulang terabaikan di lapangan belakang sekolah, tepat di hadapan Yoongi yang duduk di atas tandon setinggi tubuhnya sendiri. Kening berkerut menebak, "Dari mana kamu tahu aku ada di sini?"
"Kak Seokjin."
"Si brengsek itu," Yoongi merutuk sebal, "Kenapa kamu harus bertanya padanya dan sejak kapan kalian jadi akrab?"
"Karena aku tidak tahu di mana persisnya Kak Yoongi berada, dan aku tidak berani bertanya pada siswa di sekitar sini. Maka jalan satu-satunya adalah mengelilingi sekolah sampai akhirnya aku bertemu Kak Seokjin yang sedang memberi makan kucing, dan dia berbisik kalau Kak Yoongi pasti sedang ngaso di lapangan belakang sampai pukul delapan."
YOU ARE READING
MEILI | BEAUTIFUL (YoonMin)
Fanfiction[BTS - YoonMin/SugaMin] Segalanya yang ada pada Jimin itu cantik, termasuk sepasang mata yang membius Yoongi hingga ke dalam sukma. Tapi jika diminta bercerita, Yoongi akan berpikir dua kali karena buku tulis setebal apapun tak akan cukup menampung...