Setelah pertemuannya dengan Seungmin tempo hari,Hyunjin benar-benar ingin menjadi egois.
Ia ingin merebut semua yang meurutnya selama ini seharusnya menjadi miliknya.
Ia sudah nggak peduli dengan masa lalu yang pernah meninggalkan Seungmin. Ia pergi juga karena demi kebaikan Seungmin,menurutnya."Aku harus rebut kembali yang seharusnya jadi milikku. Tunggu saja Seungmin,aku pasti akan menjadikanmu berada di sampingku lagi." batin Hyunjin sambil menatap ke arah foto yang diam-diam dia ambil kemarin.
Sifat egois Hyunjin tentu saja masih melekat,ia merasa ini tidak adil untuknya. Seharusnya Seungmin bersamanya bukan dengan Lino yang selalu berada di sampingnya.
Mengingat hal itu Hyunjin menjadi kesal,emosinya jadi tidak stabil.
Hyunjin panik,ia harus mencari obat penenang saat ini juga."Nggak boleh,aku nggak boleh kelepasan disini." ucap Hyunjin.
Tok...tok...
"Maaf pak hari ini jadwal anda sudah saya undur,saya permisi." pamit sekretarisnya.
"Sebentar." balas Hyunjin.
"Iya pak masih ada yang anda perlukan?"
"Tolong panggilkan lee minho,suruh dia keruangan saya sekarang."
"Baik pak." ucap sekretarisnya sambil mengundurkan diri dengan raut kebingungan.
Tok...tok....
"Maaf anda memanggil saya?" tanya Lino.
"Silahkan duduk." tawar Hyunjin.
Merekapun duduk cukup lama,tidak ada dari mereka yang membuka percakapan itu. Mereka sama-sama larut dalam pikiran masing-masing.
"Maaf pak,ada perlu apa anda memanggil saya?" akhirnya Lino membuka percakapan.
"Tidak ada,saya hanya penasaran." jawab Hyunjin dingin.
"Penasaran?" tanya Lino "maaf ?" lino masih bingung dengan pernyataan Hyunjin.
"Iya saya penasaran,bagaimana kamu bisa tinggal bersama dengan lelaki manisku begitu lama."
Deg....
Lino sudah menduganya,tidak mungkin kan Hyunjin tidak mengingatnya.
"Maaf siapa yang anda maksud?" tanya Lino pura-pura tidak tau.
"Kim Seungmin,kukira kau tidak akan lupa."
"Apakah anda mengenal tunangan saya?"
Kali ini Hyunjin bungkam,bukan ia merasa kalah. Belum,bahkan ia belum memulainya.
"Apakah kau masih harus berpura-pura kak Lino?" tanya Hyunjin sarkas.
"Pada akhirnya kau juga menanyakannya Hwang Hyunjin." balas Lino.
"Kau tau aku sudah lama menunggu saat ini tiba. Saat di mana aku bisa kembali kesini untuk membawanya."
"Lalu?" tanya Lino.
"Kau,dengan kurang ajarnya masuk di antara kami."
"Bukankah seharusnya kau berterimakasih denganku?"
"Untuk?"
"Kau lupa tuan Hyunjin yang terhormat." ada jeda saat Lino mengatakannya "kau sudah membuatnya trauma,kau sudah menjatuhkannya dan kau sudah membuatnya menarik diri dari dunia. Apa kau sudah lupa?"
"Aku tidak meninggalkannya,aku hanya pergi sebentar dan kau tiba-tiba masuk." ucap Hyunjin.
"Sebentar?" Lino tertawa sinis "Kau sangat tidak tau diri,kau tau bagaimana Seungmin terluka karenamu? Bagaimana dia berusaha bangkit dari semuanya? Dan kau dengan seenaknya mengatakan aku masuk di antara kalian?" ucap Lino sarkas
"Ada alasan kenapa aku melakukannya,jadi ku harap kau siap-siap untuk pergi."
"Tidak ada alasan buat saya pergi meninggalkannya hingga dia sendiri yang akan menyuruh saya pergi,kalau begitu saya permisi." ucap Lino sambil berdiri dan berlalu.
Hyunjin yang melihat kepergian Lino di balik pintu itu hanya terdiam. Dia berusaha agar emosinya terkontrol,sampai detik Lino mengucapkan semuanya Hyunjin sama sekali tidak merasa ini benar. Ia merasa seharusnya Lino mengembalikan yang bukan miliknya.
"Seungmin,tunggu aku." ucap Hyunjin lirih.