"Tatapan lu sungguh sangat dingin." sinis Hyunjin.
"Biasa saja." balas Lino.
"Tidak adakah yang ingin lu katakan?" tanya Hyunjin.
"Bukankah harusnya lu yang harus banyak bertanya sama gue."
"Kalau gitu,duduk dulu deh gue mau tanya sesuatu tentang Seungmin."
"Harus banget ya?" sinis Lino.
"Gue hanya ingin tau yang sebenarnya terjadi sebelum gue ambil keputusan yang salah." ucap Hyunjin melemah.
"Lu emang sumber masalah." sinis Lino.
"Gue berusaha nurunin ego gue cuma ingin tau entang Seungmin,gue harap lu nggak bikin gue emosi."
"Tanyain aja yang pengen lu tau,gue cuma pengen kasih tau yang gue tau."
"Kenapa Seungmin bisa lupa gue?" tanya Hyunjin to the point.
"Karena trauma yang lu tinggalin buat dia. Harusnya lu nggak pernah kembali." balas Lino.
"Trauma?"
"Lu nggak usah pura-pura bego atau nggak tau deh,lu inget-inget lagi apa yang udah lu lakuin ke seungmin di masa lalu."
"Gue hanya pergi sebentar."
"Sebentar?" sinis Lino
"Gue pergi untuk sembuh,bukan buat ninggalin dia."
"Lu emang brengsek." geram Lino.
"Iya gue tau itu,tapi setidaknya kasih tau gue kenapa Seungmin jadi seperti sekarang." mohon Hyunjin yang terdengar sedikit isakan.
"Lu yang ngebuat dia seperti itu,lu yang ninggalin dia dan lu yang norehkan trauma buat dia."
"Sejahat itu gue?"
"Pikir sendiri." ucap Lino sambil meninggalkan rumah itu.
Hyunjin mulai memikirkan setiap ucapan Lino,apakah ada yang terlewat yang tidak ia ketahui.
Ingin sekali Hyunjin memutar waktu,agar semuanya kembali seperti semula. Tapi semua itu hanya tinggal kenangan.
Mungkin benar seperti yang Lino ucapkan,Hyunjin banyak meninggalkan luka untuk Seungmin"Seungmin." sapa Hyunjin saat melihat Seungmin sudah berada di depannya.
"Kamu tidak menyadari keberadaanku? Tanya Seungmin.
"Maaf aku banyak pikiran sehingga tidak tau kamu sudah ada di sini."
"Apa yang mengganggu pikiranmu?"
"Boleh alu bertanya sesuatu?"
"Tentang apa?"
"Tentang kita." jawab Hyunjin.
"Kenapa dengan kita?"
"Aku tau kamu sudah mengingatnya Seung."
"Mengingat perbuatanmu kepadaku?"
"Aku..."
Hyunjin tidak bisa melamjutkan ucapannya. Kali ini dia benar-benar merasa sakit.
"Kamu pasti melupakannya,tenang aja aku juga sudah lupa."
"Apa aku melewatkan sesuatu yang membuat kamu begitu terluka?"
"Tidak,cukup kamu merelakan aku saja."
"Tidak,aku tidak bisa."
"Aku tidak ingin penjelasan hanya menginginkan kamu merelakan."
"Jangan seperti ini,kumohon." pinta Hyunjin.
"Aku akan sangat berterimakasih jika kamu bisa melepaskanku."
"Tapi aku nggak bisa."
"Aku yakin kamu akan bisa,seperti dulu kamu pergi tanpa pesan dan menghilang."
"Seung,kumohon. Aku pergi karena aku butuh sembuh agar bisa kembali menjemputmu."
"Butuh waktu bertahun-tahun untuk aku percaya diri,untuk aku bisa melihat seseorang yang selalu ada dan untuk hidup. Jika kamu masih mempunyai sedikit rasa bersalah untukku,kuharap kamu akan melepaskanku."
"Seharusnya aku memang tidak pernah kembali."
"Jangan menyesali takdirmu." ucap Seungmin.
"Kenapa semunya terasa tidak adil?"
"Aku akan di sini bersamamu,dua hari."
"Kenapa?"
"Karena aku ingin mendengar sesuatu yang hilang beberapa tahun lalu."
"Jika kau ingin mendengarnya kenapa tidak kembali bersamaku?"
"Aku sangat menyayangimu baik dulu atau sekarang,tapi jika harus kembali itu hanya akan membuat kita sama-sama terluka." ucap Seungmin lirih.
"Tidak bisakah kita mengulang lagi?" bujuk Hyunjin.
Seungmin hanya memberikan senyumannya.
"Baiklah aku akan menuruti kemauanmu sementara,tapi aku tidak akan berjanji untuk melepasmu." batin Hyunjin.