"Brengsek kau Hwang Hyunjin." teriak Lino saat sudah berada di apartemennya.
"Bisa-bisa kau mengambil yang sudah menjadi milikku." lanjutnya penuh dengan emosi.Sekali lagi Lino merutuki kebodohannya yang membuat harus kehilangan Seungmin.
Di tempat lain
"Kak Lino sedang apa ya? Apa sudah sarapan? Oh sudah jam segini,harusnya sudah di kantor sih. Ternyata aku merindukannya." batin Seungmin.
"Kenapa kau tidak menyahut saat ku panggil?" tanya Hyunjin yang tiba-tiba berada di sebelah Seungmin.
"Kapan kamu datang?" tanya Seungmin yang sudah menyadari kehadiran Hyunjin.
"Apa yang membuatmu begitu menarik hingga kau tidak menyadari aku di sini?" tanya Hyunjin menyelidik.
"Ah tidak aku hanya sedang memikirkan sesuatu." elak Seungmin.
Hyunjin yang menyadari ada yang salah dari Seungmin segera mencari tahu. Tidak segamblang itu untuk menanyakan,tapi Hyunjin sangat berhati-hati karena saat ini Hyujin tidak ingin membuat Seungmin merasa tidak nyaman.
Dari yang Hyunjin lihat,Seungmin merindukan Lino. Sakit rasanya saat orang yang ia cintai memikirkan orang lain.
"Apa aku harus menghilangkan Lino selamanya?" batin Hyunjin.
"Apa yang membuatmu begitu fokus melihatku?" tanya Seungmin saat menyadari daritadi Hyunjin hanya menatapnya.
"Kau sangat manis,membuatku tidak bisa mengalihkan pandanganku." jawab Hyunjin yang membuat Seungmin merona.
"Jangan merayuku." balas Seungmin dengan wajah meronanya.
"Sungguh,aku tidak merayu itu kenyataan kau sangat menggemaskan."
"Hyunjin jangan seperti itu aku malu." ucap Seungmin sambil menutup wajah dengan kedua tangannya.
"Kenapa harus malu,aku mengatakan yang sebenarnya." goda Hyunjin.
"Em ngomong-ngomong kenapa kamu cepat sekali pulangnya?" tanya Seungmin yang berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Rapatnya tidak jadi,ya lebih baik pulang kan?"
"Enak banget bisa pulang cepet." ucap Seungmin.
"Kan aku ingin menemanimu." ucap Hyunjin. "Apa ada yang ingin kamu lakukan atau kamu makan?" lanjutnya.
"Apa ya?" jawab Seungmin sambil berpikir.
"Kalau ada katakan saja,aku ke kamar dulu untuk ganti baju." pamit Hyunjin.
"Sebenarnya aku ingin ketemu kak Lino,aku kangen." batin Seungmin sambil menatap kepergian Hyunjin.
Di kamar lain.
"Apakah sebaiknya kita kembali ke Paris?" tanya Hyunjin kepada seseorang di seberang.
"Apa ada yang menganggumu?" tanya lelaki itu
"Aku sudah menemukan Seungmin." balas Hyunjin.
"Kalau begitu,kenapa tidak langsung kau ajak dia kesini?"
"Dia melupakanku."
"Bagaimana bisa?"
"Sepertinya ingatannya sedikit kabur bila menyangkut tentangku."
"Butuh waktu berapa lama lagi hingga dia benar-benar siap?"
"Aku akan segera membawanya bersamaku. Ucap Hyunjin sambil menutup kasar teleponnya.
Setelah membersihkan diri,Hyunjin kembali ke kamar Seungmin.
"Sedang mengerjakan apa sayang?"
"Aku sedikit terkejut dengan panggilanmu itu."
"Kamu keberatan?"
"Aku hanya tidak terbiasa,karena kita baru saja kenal." ucap Seungmin.
"Maaf kalau itu membuatmu tidak nyaman." ucap Hyunjin penuh sesal.
"Tidak apa-apa mungkin aku akan terbiasa dengan panggilan itu mulai sekarang."
"Jadi kamu tidak keberatan?"
"Terdengar baik di telingaku,jadi aku tidak keberatan."
"Kamu suka?"
Seungmin hanya menggangguk pelan.
"Bagaimana kalau kita pergi ke Paris?" tanya Hyunjin mencoba menawarkan pilihan.
"Bukannya itu terlalu jauh?"
"Kamu tidak suka ya?"
"Aku masih ingin disini,belum terpikir untuk pergi jauh."
"Aku hanya menawarkan,siapa tau kamu berminat."
"Mungkin nanti aku bisa berubah pikiran?" ucap Seungmin ragu.
"Baiklah,kalau kamu sudah berubah pikiran jangan lupa untuk memberi tahuku." balas Hyunjin dengan senyum kecutnya.
"Pasti." ucap Seungmin sambil mengacungkan jempolnya.
"Apa kamu menginginkan makan sesuatu?" tanya Hyunjin.
"Apa boleh aku memakan pizza?"
"Tunggu sebentar aku akan memesankannya." ucap Hyunjin.
"Kamu sangat baik Hyunjin." balas Seungmin.
Hyunjin hanya tersenyum mendengar ucapan Seungmin.
"Aku tidak sebaik itu." batin Hyunjin