Hari berikutnya, jam tangan Winter berdering. Saat langit masih gelap, bahkan. Ia memasangkan ear-in pada salah satu telinganya. Dari ujung lain, suara Jeno kedengaran. Informasi yang sampai kepadanya adalah kabar kepulangan Sungchan. Tuan Muda mereka sudah kembali. Winter bangkit dari posisi berbaringnya dan bergegas membersihkan diri di kamar mandi.
Dari telinganya, Jeno memberikan informasi kalau Tuan Muda-nya baru saja kembali memasuki ruangan depan ketika dirinya memberitahukan informasi ini. Dari ruang tempat pelayan mempersiapkan diri, Jeno mengintip dari sela-sela pintu yang mengarah pada ruang depan..
"Tuan Muda sedang duduk pada kursinya, Winter. Wajahnya tampak kelelahan dan,... kesal? Ia menutupi wajahnya menggunakan dua tangannya, bergumam yang tidak bisa saya dengar,...." ucap Jeno pada Winter melalui ear-innya. Posisinya cukup aman untuk mengintai sampai sebegitu banyak perilaku Tuan Muda yang dilayaninya bisa dilaporkannya. "Tuan Muda memijat pelipisnya. Saya pikir dia sedang memikirkan sesuatu yang berat atau Tuan sedang bimbang."
"Apa?! Dia belum juga hendak berjalan ke ruangan saya?!!"
Pekikan suara Winter dari ear-innya membuat pelayan itu tersentak. Otomatis, tubuhnya bergerak dari posisi amannya mengintai. Tuan Muda Sungchan pun menyadari keberadaannya.
"Oh, sial! Dia kemari...!"
Langkah berat menghantam tanah dari sepatunya semakin mendekat. Jeno gemetaran bukan-main, keringat dingin seakan mengalir dari pelipisnya begitu deras. Dan tangannya berubah dingin, sedingin baru saja dimasukkan ke lemari pendingin. Tuan Muda-nya mencapai posisinya berdiri. Hanya sekilas ketika Jeno mendapati tatapan dari Tuannya itu menunjukkan kewibawaannya, kebijaksanaannya sebagai seorang bangsawan. Bangsawan entah kerajaan apa. Akan tetapi, tatapannya bukan seperti biasanya. Tatapannya bukan menunjukkan tatapan mengajak kepada sebuah pertemanan, melainkan tatapan mengajak bermusuhan. Tatapan 'Jika kau berbohong, aku bisa membunuhmu di tempat!'
"Pelayan Lee," ucapnya yang bisa didengar oleh Winter melalui ear-innya di sisi lain. "Apa kamu sedang menguping? Memantau saya?"
"Maafkan saya, Tuan!" seru Jeno bersamaan mengatupkan kedua tangannya bersama. Matanya memejam, memohon pengampunan baik dari sesuatu tak kasat mata atau pada Tuannya. "Saya tidak bermaksud.... Tetapi, saya tidak mendengar apapun, Tuan! Saya bersumpah!"
"Kamu tidak perlu begitu, Pelayan Lee. Saya itu cuma memberi kamu tugas sederhana bersama Pelayan Na; menjaga Winter. Selama tiga minggu. Bukan yang lainnya." ujar Sungchan dengan nada penuh kewibawaannya. Dia yang berdiri tegak sedikit memiringkan tubuhnya, seakan menyadari sesuatu yang aneh dipakai oleh pelayannya tersebut. "Oh. Pelayan Lee, apa kamu berhubungan dekat dengan Winter? Bagaimana bisa ear-in ini kamu pakai terus-menerus?"
"Tuan, itu untuk berkomunikasi dengan Pelayan..."
Sungchan mengambil ear-in yang menyumpal salah satu telinganya. Lalu, memasangkannya pada salah satu telinganya, "Winter! Lama tidak bertemu, ya? Bagaimana dua pelayan yang menjaga kamu selama ini? Apa mereka berkelakuan dan bekerja dengan baik?"
Sambil menelan ludah, Jeno kembali menundukkan kepala. Ia hanya berharap nasib baik sedang berada padanya, tiada hal buruk lainnya selain mendapatkan hukuman dari Tuan Muda. Dia itu keji, kalau pelayan lain suka bilang. Tanpa ampun dan melakukannya untuk kesenangannya sendiri.
Dari sudut lain, Winter sedang berpakaian rapi ketika Sungchan mengambil alih ear-in milik Jeno. Cara bicaranya berbeda dari sebelumnya, yang dulu bagai anak-anak penasaran akan semua hal tentang dunia dan sekarang bagai om-om seram hendak menelanmu hidup-hidup. Namun, Winter tidak lupa kalau kuasanya atas Sungchan lumayan besar. Dia bisa memenangkan hatinya dalam sekejap mata saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Left Behind [Sungchan x Winter/Jake x Winter]
FanfictionDi tahun 2210, ancaman manusia dalam memulai hidup lagi di planet 'orang' merupakan sebuah perjuangan keras. Seorang pejuang yang tengah melawan musuh bersama prajurit lain, tertinggal rombongannya. Dia lalu bertemu salah seorang manusia sepertinya...