Bab ini akan mengandung unsur 18+, jika kamu umurnya dibawah 18 tahun, silakan sekip. Terima kasih <3
Hari-hari berikutnya, Sungchan sering mengajak Winter berkeliling. Gadis itu sudah bagaikan nona rumah ini, bukan lagi sebagai tahanan. Tuan rumah bangunan ini juga membebaskannya berkelana, kecuali beberapa ruangan terlarang; ruangan-ruangan lain di lantainya dan ruang belajar pribadi Sungchan. Tempat itu terlarang dimasuki, tanpa seizin pemiliknya sendiri. Sebagai seorang tamu, Winter menaatinya; disamping Sungchan juga sudah membiarkannya berkeliling rumah ini. Selama beberapa hari, tur lantai tiap rumah dilakukan; tempat makan, kebun, tempat hiburan, tempat koleksi, ruang makan, hingga tempat dimana dua pelayan setia Sungchan selalu ada.
Sungchan semakin sering tidur di ruangannya daripada di kamarnya sendiri. Sampai-sampai Winter sempat mengira, tuan rumahnya itu tidak memiliki kamar sendiri. Makanya, dia selalu menumpang. Suatu pagi di musim gugur dan langit berwarna merah kejinggaan, keduanya berniat untuk berkelana ke hutan. Ada pemandangan daun-daun yang gugur di tanah maupun terbawa angin, menunggu mereka untuk disaksikan. Ia teringat suasana seperti ini terakhir dirasakannya sebelum Bumi menghancurkan diri. Tetapi, Winter tahu tidak ada waktu untuk bernostalgia sekarang. Ikatan persahabatan antara keduanya semakin erat dari hari ke hari, dan hanya itu yang penting. Rasa percaya antara keduanya menguat. Malam demi malam dilalui dengan variasi cerita dari masing-masing; berbagi tawa canda dan tangisan hampir setiap harinya. Berkelana bersama pada setiap sudut kota hingga memasuki hutan.
Suatu hari, Winter menyarankan untuk berkelana ke hutan. Rencananya supaya bisa kembali pada koloninya atau mengorek informasi dari Sungchan. Rumput-rumput tinggi dilalui, semak belukar diterobos, dan pohon-pohon dilewati. Winter memimpin jalannya bersama pedang tajam untuk membuat jalan diantara tumbuhan tersebut.
"Ini dia!" seru Winter begitu menemukan tanda yang ditinggalkannya berupa ukiran khas pada sebuah batang kayu, ukiran berupa panah menunjuk ke arah lebih dalam memasuki hutan.
"Winter, saya tidak menyangka kamu suka alam." ujar Sungchan yang berjalan di belakangnya.
"Alam yang memberimu kehidupan, kan? Sudah seharusnya kita suka alam."
Mereka terus berjalan memasuki hutan. Semakin dalam, sampai cahaya menuju luar hutan tidak lagi tampak oleh pandangan mata dan semakin dekat mereka akan pohon beringin besar tempat tinggal para Guiseeㅡperkiraan Winter.
"Sungchan." panggilnya sambil memutar tubuhnya menghadap lelaki yang berjalan bersamanya dan berjalan mundur, "Selama tinggalmu di planet ini. Apa kamu bertemu makhluk hidup lain? Bukan hewan atau tumbuhan. Maksud saya semacam,... alien? Semacam manusia. Tetapi, warna tubuhnya ungu."
Penjelasan Winter singkat namun kepada intinya. Penampilan dan perawakan makhluk ungu 'Guisee' masih tergambar jelas di pikirannya. Menurutnya, ini bisa memancing informasi yang diketahui Sungchan. Mereka sama-sama sudah menghuni planet ini lumayan lama, makhluk ungu itu juga mengaklaim planet ini. Kemungkinannya kecil bagi manusia penyusup planet ini tidak bertemu 'pemilik aslinya'.
Sungchan menundukkan kepalanya seakan menyembunyikan raut wajahnya, sama seperti tangannya di balik tubuhnya. Merasa usahanya sia-sia, Winter kembali membalikkan tubuhnya. Mulutnya sempat cemberut, kecewa tidak mendapatkan jawaban sesuai kemauannya. Perjalanan mereka ke hutan semakin dalam, dimana dedaunan pohon mulai menghalangi masuknya cahaya dari langit biru. Hutan semakin dalam dan semakin gelap.
Winter menaikkan kedua alisnya ketika mendongakkan kepalanya. Matanya membelalak sumringah secara tiba-tiba. Dia menangkap penampakan pohon beringin yang dikenalnya; tempat pertama kali ia melihat para Guisee. Gadis itu menolehkan kepalanya pada Sungchan sembari menunjuk ke arah pohon beringin yang jaraknya tidak jauh dari area pemisah antara hutan bagian dalam dan pohon beringin itu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Left Behind [Sungchan x Winter/Jake x Winter]
FanficDi tahun 2210, ancaman manusia dalam memulai hidup lagi di planet 'orang' merupakan sebuah perjuangan keras. Seorang pejuang yang tengah melawan musuh bersama prajurit lain, tertinggal rombongannya. Dia lalu bertemu salah seorang manusia sepertinya...