1.

3.4K 388 106
                                    

!DISCLAIMER!
Cerita ini murni fiksi dari author, tidak ada maksud menjelekkan, memojokkan atau memberi konotasi negatif akan seseorang, komunitas, kelompok, tempat, dan lain sebagainya. Semua yang ada di cerita ini hanya karangan, baik tokoh, sifat, konflik dan alur.

Jikalau merasa ada hal yang salah atau kurang tepat atau terlampau sensitif untuk dimasukkan ke dalam cerita, boleh banget kasih kritik dan saran di DM atau komentar.

Trs..
Let's talk about "visual"
Sblmnya maaf idenya agak lambat atau kurang greget karna udah lama bgt aku gak nulis guys hehhe..

Tapi insyaallah dilanjut kok ini tungguin yaaa..
Trs aku mau ngomong soal visual,

Nah jadi ada yg nanya kenapasi skrng aku lebih suka pake nama lokal,

Jadi gini, aku gak mau Batasin visualisasi kalian ttg karakter cerita aku, setelah aku pake nama lokal aku liat ada beberapa pembaca non cbhs juga yg tertarik.

Aku juga mau cerita aku dibaca siapa aja dengan penggambaran visual yang mereka mau, aku mau fokus ke jalan ceritanya aja guys..

Nah jdi kemungkinan aku jarang/nggak bikin visual lagi di cerita aku yg ini atau cerita cerita selanjutnya,

Entah kalian mau memvisualisasikan sebagai cb, / couple lain/ visual sendiri atau apapun itu bebas bgt..

Aku mau mulai fokus ke jalan cerita dibanding visual karna mau liat minat pembaca ku ada dimana? Apakah karna cb atau karna jalan ceritanya GT guys..

maaf gak bisa bls komen satu satu,

Dan jangan lupa untuk selalu ambil nilai positif dari setiap cerita yang ku buat yaaaa..
Soalnya itu tujuan aku, bukan sekedar untuk menghibur..

Makasiih yang masih nungguin author labil ini ><


Riuh heboh gunjingan para santri dan santriwati jadi pelengkap kabar heboh bada magrib hari ini, sosok tetua datang tidak dengan senyumannya yang hangat dan tulus, ada derap yang berat menyertai setiap langkah. Bersama beberapa kaki tangan yang sama tegangnya, mungkin ada ratusan kata taubat yang terucap sejak pengurus pesantren menerima tamu jauh siang tadi. Kabar itu rupanya masalah internal, namun telah menyebar dengan cepat, menjatuhkan wibawa sang tetua yang dikenal alim nan bersahaja.

Tidak..

Cobaan yang menjatuhkan nya memang selalu datang silih berganti, tapi yang kali ini sungguh diluar akal logika.



"Abang.."

Sosok wanita paruh baya berkerudung panjang itu hendak menyalaminya tapi sang tetua bergeming di tempat menatap wanita muda yang menunduk nampak putus asa.

"Kenapa..bisa begini?"

"Maaf.. Ani gak bisa jaga anak Ani sendiri"

"Gak sampai seperti ini.."

Gurat kecewa terpancar jelas, wajah wanita itu memerah, menahan malu yang sejak beberapa waktu menginjak harga dirinya.

"Pacarnya gak mau tanggung jawab"

Sang tetua menghela nafas untuk yang kesekian kali, mengambil duduk tanpa melepas pandangan mata kepada si gadis yang enggak bersuara.

"Bintang.. apa kamu sudah punya keputusan sendiri?"

📌 UNPERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang