Bintang demam.
Sudah dipastikan hal ini akan terjadi, bebalnya pikiran wanita itu membuat khawatir semua orang."Perlu dibawa ke klinik gak ya?"
"Udah turun dememnya, cuman masih tinggi memang, gakpapa kita pantau dulu 24 jam"
"Kandungannya, gakpapa?"
"Insyaallah.."
Ustadzah jadi yang paling banyak andil membantu kondisi Bintang, ia sempat menerka apa yang terjadi antara bintang dan bumi kala itu, tapi ia masih menyimpan pertanyaanya.
Sedikit pula merasa bersalah karna tak tau jika hubungan keduanya demikian buruk. Ustadzah sudah menyadari kecanggungan antara bumi dan bintang, meski keduanya memang tak dekat tapi akhir akhir ini atmosfer diantara keduanya lebih 'dingin'. Ia hanya berfikir mungkin mereka butuh waktu bersama untuk menyelesaikan masalah, tapi semuanya malah menambah masalah baru.
"Gakpapa ustazah biar Qila yang jagain Bintang, udah malem.. ustazah istirahat aja.."
Wanita dewasa itu menggeleng singkat, lalu menatap kesana kemari sejenak,
"Kamu ada kasur lipet? Biar saya tidur disini aja.."
"Ustadzah..."
"Gakpapa! Kalo ada boleh ya saya minta tolong..?"
Qila meringiss, tak mungkin membiarkan wanita hamil ini tidur di lantai?!
"Ustadzah tidur di kasur Qila aja, nanti Qila di kasur lipet! Ya? Gakpapa!, -jangan nolak ustazah"
Ustadzah yang sempat hendak memberi penolakan menatap sendu, sebelum tangannya membelai pipi gadis itu
"Makasih ya Qila.. "
Ustadzah tidur persis di samping Bintang, itu karna kasur Qila sudah disatukan dengan kasur Bintang sejak beberapa hari lalu, mereka semakin dekat..
Wanita itu membenarkan handuk diatas dahi Bintang lalu tidur menyamping, sejenak menatapnya penuh makna, tak sekali dua kali membelai surai yang penuh keringat, dalam hati ia mengucap doa doa.
"Semangat ya Bintang.. sabar.. Allah kasih kamu hidup sesulit ini karna Allah tau kamu bisa.. "
Qila yang berbaring di bawah mendengar semuanya, mengerti perhatian dan kekhawatiran besar ustazah pada Bintang yang selama ini orang orang anggap cukup berlebihan..
Tapi ia tau, Bintang banyak sekali mengingatkan Ustazah pada adik bungsunya yang bernasib sama. Ustadzah pasti tak mau kejadian kelam itu terulang lagi.
Ia pasti tak mau Bintang putus asa dan mengambil keputusan yang sama dengan adik bungsunya dulu,
Mengakhiri hidup..
...
Malam ini angin sedikit ribut, beberapa kali membuat jendela kayu kamar itu terbuka, Qila berkali kali bangun dan menutupnya tapi gadis itu akhirnya kelelahan.
Saat suara jendela yang diterpa angin ribut kembali, kali ini justru Bintang yang terjaga, ia menatap sekitar dan melihat ustazah juga Qila sudah tidur, wajah mereka sedikit kelelahan.
Wanita itu merasa lebih baik, hanya saja tak sebaik itu untuk bangun dan berjalan kearah jendela dengan udara yang begitu dingin.
Ia sempat berusaha bangkit tapi tetiba sesuatu yang mengejutkan terjadi. Jendela itu tiba tiba ditutup oleh seseorang dari luar, nampak kesulitan namun akhirnya orang itu mampu menyelipkan kertas diantara jendela untuk mengganjalnya. Bintang bergidik sejenak hampir saja teriak.

KAMU SEDANG MEMBACA
📌 UNPERFECT
Fiksi PenggemarKisah Bintang dan Bumi, Dua manusia dengan masa lalu mereka