KIM'S FAMILIY

19 5 5
                                    

Karamel dan keluarga sampai tepat di depan rumah keluarga Kim yang terletak dikawasan perumahan mewah, Itaewon, dengan dibantu Pak Supir, Ayah Karamel menurunkan semua barang bawaannya dari bagasi taksi.

"Gamsahabnida ...," ucap Abiyasa kepada Pak Supir yang telah membantunya.

"Ah, Ye ... Cheonmaneyo," balas Pak Supir seraya membungkuk pada Abiyasa, lalu pergi meninggalkan Karamel beserta keluarganya di depan bangunan rumah keluarga Kim yang menjulang megah dengan cat berwarna dominan putih dan pepohonan hias terlihat dari luar menambah kesan mewah juga anggun.

Tanpa membuang waktu lagi Ayah Karamel menekan bel yang terletak persis di depan pagar rumah yang menghadap pada jalan utama.

"Nuguseyo?" terdengar suara yang memancar melalui bel pintu interkom yang dilengkapi dengan kamera agar pemilik rumah dapat melihat siapa tamu mereka sebelum mempersilakannya masuk.

Setelah mendengar suara yang sekiranya mereka kenali, Abiyasa dan Bianca menghadap ke arah kamera yang sejak tadi mereka punggungi, sontak saja membuat si pemilik suara menjerit bahagia.

"Omooo!! Bianca! Abiyasaa!" tak lama setelahnya terdengar suara pintu pagar yang dibuka secara otomatis dari dalam agar tamu istimewa keluarga Kim ini dapat segera masuk, sesampainya di dalam, terdengar langkah yang cukup cepat dari asisten rumah tangga menuju pada Abiyasa dan keluarga untuk membantu membawakan koper-koper mereka.

Sesampainya di dalam, Kim Min Jae segera memeluk erat Abiyasa sedangkan Hye Mi memeluk Bianca sambil menangis haru, Karamel hanya memerhatikan bagaimana interaksi kedua orang tuanya dengan keluarga Kim yang sudah sekian lama mereka kenal, yang selama ini hanya ia lihat melalui video call saja, tiba-tiba perhatian keluarga Kim beralih gadis muda yang sejak tadi memerhatikan kegiatan melepas rindu ini, Hye Mi dan Min Jae sangat antusias memandangi Karamel dan tentu saja Karamel menyadari itu.

"Jadi ini Karamel? Bukankah dia sangat lucu dan menggemaskan?" ujar Hye Mi seraya menarik Karamel dalam pelukannya.

"Benar, Imo, perkenalkan namaku Karamel Adeeva Clarista dan sehari-hari aku biasa dipanggil dengan nama depanku Karamel atau mereka biasa memanggilku dengan Kara saja", ucap Karamel mengenalkan dirinya secara formal.

"Lihatlah yeobo bukankah anak ini sangat menyenangkan?" tanya Bianca pada suaminya yang dijawab dengan anggukan kepala serta senyum hangat.

"Aku dengar dari ayah dan ibumu, kau adalah anak pandai juga berbakti kepada orang tua dan kau bekerja sebagai psikolog di sebuah rumah sakit ternama yang ada di Mesir, ya?" tanya Kim Jae Hwan pada Karamel, meski kedua orang tua Karamel adalah sahabat baik bagi keluarga mereka tetapi dalam situasi seperti ini seleksi calon menantu tetaplah harus diterapkan, bukan meragukan cara mendidik kedua sahabatnya hanya saja pertanyaan iseng ini ia lontarkan karena ingin melihat warna Karamel yang sesungguhnya.

"Ayah dan Bunda terlalu membesar-besarkan," jawab Karamel dengan perlahan dan sedikit malu dikarenakan kedua orang tuanya yang terlalu berlebihan dalam bercerita mengenai dirinya.

"Maksudmu?" pancing ayah dari Kim Min Jung ini.

"Maksudku, berbaktinya seorang anak tidaklah perlu dibanggakan karena hal itu merupakan kewajiban bagi setiap anak-anak terhadap orang tua mereka," lugas, jawaban dari Karamel membuat kedua orang tua Kim Min Jung ini takjub sembari mengira-ngira akankah anak lelaki mereka mampu menghadapi gadis ini sekaligus mereka merasa kalau gadis inilah yang mampu membuat anak lelaki mereka menemukan dirinya kembali.

                                                                                           ***

"Bianca, Abiyasa, malam ini aku sudah membuatkan hidangan khusus untuk kalian." Hye Mi menghidangkan samgyetang dan menu lainnya yang menggugah selera yang bagi orang tua Karamel bukanlah sesuatu yang asing tetapi bagi Karamel sendiri ini adalah hal baru, ia belum pernah sama sekali memakan masakan Korea Selatan.

"Karamel ini untukmu, makanlah yang banyak ya, nak," ujar Kim Min Jae seraya memberikan seporsi besar samgyetang pada Karamel, sementara Hye Mi menambahkan semangkuk nasi penuh kepada Karamel membuat matanya membulat karena melihat porsi yang begitu banyak untuk dihabiskannya.

"Aku rasa ini sangat banyak Imo, Samchon ..."

"Imo? Siapa Imo dan Samchon?"

"Hmm ... Ma ... Maaf ..."

"Panggil kami dengan Eomma dan Appa saja, nak ...," ucap Hye Mi sambil mengusap puncak kepala Karamel yang terbalut hijab berwarna pink pastel.

"Lihatlah Abiyasa, anakmu sangat menggemaskan," sambung Ayah Kim Min Jung dibarengi dengan tawa, menambah kehangatan makan malam keluarga.

Malam ini Karamel banyak bertanya mengenai calon suaminya yang katanya bernama Kim Min Jung itu kepada kedua orang tuanya, dari sanalah Karamel banyak mendapatkan informasi tentang calon suaminya yang ternyata saat ini sedang tidak berada di rumah, atau lebih tepatnya tidak tinggal bersama kedua orang tuanya.

Menurut penuturan kedua orang tua Kim Min Jung, anak mereka bekerja pada sebuah perusahaan berskala internasional yang mengharuskan anak mereka untuk keliling dunia sehingga sedikit sekali waktu bagi mereka untuk saling bertemu, bahkan saat inipun sudah hampir satu tahun lamanya mereka tidak saling bertemu dan hanya berhubungan melalui telepon atau video call saja. Entah karena penasaran atau apa, Karamel memberanikan diri meminta kepada kedua orang tua calon suaminya tersebut agar menunjukan foto anak mereka yang bernama Kim Min Jung itu dan dengan bahagia juga antusias, Hye Mi menunjukan koleksi foto-foto dari Kim Min Jung kepada Karamel.

"Bukankah dia sangat keren?" Hye Mi berusaha mencari jawaban atas pertanyaannya dalam wajah Karamel yang masih memerhatikan deretan foto-foto anaknya ketika berusia tujuh tahun.

"Hmmm ... dia sangat manis," ujar Karamel pelan, nyatanya anak yang ia lihat memanglah anak yang manis, bermata besar dan jernih. Bukankah anak ini terlihat sangat penyayang? Gumam Karamel di lubuk hatinya, semoga ... yaa semoga nanti ia bisa menyayangi aku dan keluarga kecil kami dan semoga hati kami dipertemukan untuk dapat saling mengasihi semata mata karena Allah SWT.

"Apakah kau menyukainya?" Hye Mi masih ingin memastikan kalau Karamel bisa menerima anaknya ataukah tidak, mungkin bukan 'tidak' melainkan 'belum' itu kata yang tepat ia rasa. Menanggapi pertanyaan tersebut Karamel hanya membalasnya dengan senyum, senyum yang ternyata mampu menimbulkan keyakinan besar dalam hati Hye Mi.

Karamel mulai mengamati dengan seksama kedua orang tua calon suaminya ini, calon ibu mertuanya terlihat cantik dengan jilbab berwarna ungu muda yang lembut, begitu sempurna membingkai wajahnya juga cocok dengan kulitnya yang putih merona, lebih dari pada itu semua adalah senyum hangatnya yang begitu tulus tidak hanya pada Karamel melainkan juga kepada kedua orang tua Karamel. Calon ayah mertuanya-pun demikian, kebaikan hati terpancar dari tingkah laku serta ucapannya, ini adalah mengapa kedua orang tua Karamel bisa bersahabat selama bertahun tahun lamanya. Karamel beryukur atas segalanya karena ternyata ia akan memiliki keluarga yang begitu baik kelak.

Kim Min Jung, seperti apa kamu sekarang? Mudah-mudahan hatimu dan akhlakmu sebaik kedua orang tuamu dan semoga Allah lembutkan hatimu agar bisa menerima kehadiranku.

KaramelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang