ALL YOU HAVE TO DO IS ACT

24 7 7
                                    

Ini adalah hari pertama MJ kembali menghadap kamera setelah hampir tiga minggu menjalani perawatan intensif terkait pergelangan kakinya yang cedera sekaligus terapi kejiwaannya dan benar saja kali ini MJ terlihat lebih ringan dibandingkan dengan saat itu, di hadapan kamerapun MJ terlihat ceria juga natural.

Bilal yang selama ini menangani MJ untuk penyembuhan cedera pada pergelangan kakinya mengamati MJ dengan seksama, berjaga-jaga kalau MJ butuh bantuan atau barangkali akan ada gerakan yang akan berakibat fatal pada pergelangan kakinya yang sudah hampir sembuh, Karamel-pun demikian, ia mengamati MJ dan berdiri tepat di samping Bilal. 

Menyaksikan syuting reality show tersebut membuat Karamel diam-diam merasa iba kepada MJ, bukan secara profesional namun secara personal, saat ini ia baru benar-benar paham kalau profesi MJ adalah seorang public figur ang sepertinya cukup terkenal, ini terlihat dari banyaknya dokter, perawat serta beberapa dari staff di rumah sakit ini yang mencuri-curi waktu untuk menontonnya, ekspresi merekapun beragam, ada yang senyum-senyum sendiri, ada yang cekikikan sambil berbisik-bisik satu sama lain dengan wajah yang merona. Ternyata mereka seterkenal itu, X01 ... apa sebenarnya itu X01? apa aku ketinggalan zaaman? Ya Allah ... Rutuk Karamel pada diri sendiri.

"... okay ... cut ...!" teriak sutradara yang puas akan hasil syuting hari ini, para member seperti biasa memberikan penampilan yang luar biasa, selesai syuting para member masih saling bersenda gurau terlihat kalau keakraban mereka bukan hanya ketika berhadapan dengan kamera saja, keakraban yang mereka bangun sungguh solid dan tulus. Selesai mengamati MJ, kini Karamel mulai berinteraksi dengan Bilal, meski bersebelahan sejak tadi, baik Karamel maupun Bilal hanya fokus pada pikiran masing-masing.

"How are you today?" sapa Bilal.

"Well, Alhamdulillah ... pretty good, how about you, Bilal?"

"Alhamdulillah ... never as good as this morning," ungkapnya semringah membuat Karamel penasaran.

"Why?"

"For meeting you, of course. This is a rare opportunity, right?"  tukasnya membuat semburat merah mampir pada pipi Karamel disertai senyum manisnya.

Dari tempat MJ berdiri, tidak henti-hentinya ia memandang ke arah Karamel dan dokternya, mereka terlihat akrab ... dan tunggu dulu, apa itu? Wajah yang malu-malu itu? Pipi yang merah itu? Menyebalkan! Entah mengapa melihat pemandangan itu terasa menyebalkan bagi MJ dan entah dari mana datangnya rasa itu, semuanya terjadi dengan tiba-tiba dan mengusiknya hingga menyebabkan ia merasa tidak suka melihat dokter tampan yang memiliki mata nan teduh itu dekat dengan psikolognya.

***

Episode Rerun X01 memiliki rating lebih tinggi dari episode - episode terdahulu sehingga hampir dapat dipastikan ini semua dapat menebus kekosongan selama MJ sakit. Lagi -lagi X01 mendapatkan simpati para penggemarnya, terlebih lagi MJ dengan kursi rodanya selama episode itu. Channel live streaming dari para member juga mampu mencuri perhatian selama seminggu penuh, tidak ada alasan untuk kecewa dengan X01, mereka selalu mampu menjadi yang terbaik.

Dengan tergesa MJ mendatangi ruangan Karamel yang semakin hari terasa semakin akrab baginya.

"Apa kau telah menontonnya?" MJ terlihat bersemangat menanyakan hal ini kepada Karamel, sementara yang ditanya menampilkan ekspresi melongo juga terkejut. "Kau menyebalkan!" rajuk MJ kemudian ketika menyadari ekspresi itu tanda dari gadis ini tidak menonton acaranya.

"Tunggu dulu ... ada yang ingin kutanyakan padamu," ucap Karamel sedikit meragu namun ia hanya mendapatkan wajah MJ yang menatap sebal ke arahnya. Karamel hanya mampu menarik napas sedalam yang ia mampu lalu mengembuskannya perlahan sebelum kemudian kembali bicara kepada MJ. "Apa profesimu? Bisa kau jelaskan padaku secara detail?" pintanya sungguh - sungguh semakin membuat MJ merasa frustasi.

"Hmm ..., bisa. Ambil ponselmu, lalu ketik di kolom pencarian, X01. Baca dengan teliti, jika masih belum mengerti silakan ajukan pertanyaan padaku."

Karamel mengikuti instruksi MJ yang masih terlihat kesal padanya, bagaimana bisa dia kesal padaku, memangnya salahku kalau aku tidak tahu sama sekali tentang profesinya? Mereka hanya menulis pegawai swasta ketika mengisi formulir di rumah sakit ini lalu belakangan aku baru tahu kalau ternyata ia adalah seorang publik figur tetapi publik figur yang bagaimana juga aku tidak tahu ... ketika mesin pencari menemukan X01 yang di cari oleh Karamel menunjukan Boyband beranggotakan tujuh orang lelaki  berasal dari Korea Selatan dan mereka semua adalah teman - teman dari MJ yang menurutnya sudah seperti keluarga sendiri, mendadak Karamel terbatuk kecil mendapati foto MJ diantara mereka, belum lagi pemberitaan yang menyertainya. Jadi, mereka seterkenal itu ...

"Bagaimana? Sudah tahu profesiku apa?" ujar MJ seraya menatap Karamel lekat dan intens, sementara yang ditatap melayangkan pandang kearah lain, kemanapun asal tidak membalas tatapan mata itu.

Astagfirullaah ... bisik Karamel dalam hatinya. "Mereka menulis pekerjaanmu sebagai pegawai swasta ketika mengisi formulir itu," tukas Karamel membuat mata MJ membulat terkejut.

"Kau pernah mendengar lagu kami? Atau menonton video musik kami?" selidik MJ.

"Tidak. Aku sangat ketinggalan zaman untuk hal - hal semacam itu," Jelas Karamel berusaha jujur pada MJ.

"Wuah, tiba - tiba saja aku merasa kalau ketenaran kami tidak ada gunanya di hadapanmu," sinis MJ.

"Apakah itu mengusik hatimu?"

"Apa?"

"Kenyataan bahwa aku tidak mengenal kalian?" MJ terdiam sejenak, tampak menimbangnya dengan serius sebelum menjawab pertanyaan Karamel.

"Ada."

"Apa itu membuat hatimu tidak puas, sedih, kesal atau yang lainnya?"

"Terkadang ya ...," MJ sedikit ragu dengan jawabannya sendiri.

"Jika diukur dengan angka, dari skala satu sampai dengan sepuluh, kau berada di nomor berapa?" MJ terlihat menimbangnya kembali sebelum menjawab.

"Aku rasa di nomor delapan."

Karamel membetulkan posisi duduknya, lalu melanjutkan sesi konselingnya dengan MJ. "Aku ingin kau membayangkannya di dalam kepalamu lalu ikuti gerakan tanganku ini dengan mata saja," ucap Karamel seraya menatapnya serius dan MJ menuruti semua yang diminta Karamel tanpa banyak bertanya. Setelah mengikuti beberapa instruksi lainnya, kini MJ diminta melakukan gerakan memeluk diri sendiri kemudian menepuk - nepuk kedua bahunya atau yang lebih dikenal dengan istilah Butterfly Hug, hingga Karamel memintanya untuk berhenti.

MJ terlihat tercenung sesaat sebelum suara Karamel kembali menyadarkannya dengan instruksi baru.

"Sekarang aku ingin kau membayangkan kembali seperti tadi, masalah yang sama dan jika diukur dengan angka dari skala satu hingga sepuluh, kau berada di angka berapa?"

MJ merasa sedikit terkejut karena ketika ia memikirkan hal yang sama, ketakutan dan kecemasan yang sama, dirinya tidak lagi merasa terganggu seperti sebelumnya, lalu ia memandang Karamel dengan rasa tidak percaya dengan yang dirasakannya.

"Aku ... aku berada di angka tiga, aku rasa. Ya ... aku berada di angka tiga sekarang." Karamel tersenyum manis, semanis namanya mendengar jawaban MJ.

"Alhamdulillaah ...," tutup Karamel.

"Sometimes ... just sometimes I think all you have to do is act like you're fine, not everyone likes to see your tears so you have to smile the best you can and keep it all the bad story to yourself. Ini yang selalu aku lakukan untuk diriku," tukas MJ sebelum mengakhiri sesi konseling mereka dan sebelum ia meninggalkan ruangan Karamel.

Karamel memandangi punggung itu keluar dari ruangannya, sejenak Karamel terlihat berpikir kemudian mengambil sebuah jurnal kesehatan milik MJ dan memberikan beberapa catatan atas progres yang dimiliki MJ sekaligus langkah - langkah terapi lanjutan yang akan dilakukan oleh Karamel kepada MJ. Melihat MJ berkata demikian membuat Karamel melihat kalau apa yang ada pada diri MJ seperti gunung api di tengah lautan yang hanya terlihat puncak saja sementara yang lainnya berada jauh di dasar, bisa bergejolak lalu meledak kapan saja jika tidak secara benar ditangani.

"Kau sudah terlalu lama bersembunyi, MJ ... sudah saatnya kau kembali menjadi dirimu dan merasa nyaman dengan dirimu sendiri ...," gumam Karamel seraya menutup jurnal kesehatan milik MJ lalu diletakannya di dalam tas, lalu Karamel bergegas untuk pulang, jam kerjanya sudah selesai.

KaramelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang