Gapapa, ini bukan pertama kalinya aku hancur.
__________________________Di lorong rumah sakit, Nina berjalan cepat agar segera sampai di ruangan Sera. Nina telah mengetahui semuanya. Pembullyan yang dihadapi oleh Sera dan entah siapa pelakunya.
Sesampainya di depan ruangan itu, dengan segera Nina masuk dan melihat Sera yang sedang tertidur. Gadis itu mendekat dan mengamati wajah penuh lebam milik Sera. Dengan hati-hati Nina menyentuh lebam di pipi Sera yang terlihat membiru, tangannya bergetar melihat keadaan sahabatnya dalam keadaan kacau seperti ini.
Seakan sadar akan sesuatu, Nina mulai mengamati keadaan sekitar yang terlihat sepi. Dimana Samuel dan lainnya? Bukannya mereka yang membawa Sera ke rumah sakit? Itulah yang ada di pikiran Nina.
“Sekarang udah mau malem dan gak ada satu pun yang jagain lo di rumah sakit, Ra? ” gumam Nina lalu duduk di kursi sebelah brankar.
“Sorry, Ra. Gue baru bisa dateng sekarang. Ada hal yang harus gue urus sebelum kesini. ” ucap Nina lalu dirinya teringat kejadian dimana Alena kembali bully karena ulahnya.
Ceklek.
Suara decitan pintu terdengar oleh Nina yang langsung menoleh kearah pintu ruangan Sera.
“Kenapa lo baru datang, Samuel?! ” seru Nina tiba-tiba setelah melihat siapa yang masuk. Samuel yang mengetahui ada orang lain selain Sera disana pun tidak kalah kaget karenanya.
“Lo gak tau? Sera sendirian waktu gue dateng! Gak ada lo maupun temen-temen lo! Lo gak lupa kan ini ulah siapa?! ” sambar Nina lagi.
“Udah mulai lancang lo sama gue, Nina? ” balas Samuel yang terus mendekat.
Seakan sadar dari apa yang dilakukan nya tadi pada Samuel, Nina sontak mundur dan menundukkan kepalanya. Tidak berani menatap mata laki-laki itu.
“Sorry, Sam. Gue spontan ngomong kayak gitu sama lo karna gue kepikiran sama keadaan Sera sekarang. ” jelas Nina.
Samuel memalingkan wajahnya dan menghela nafas perlahan tanpa menghiraukan ucapan Nina.
Sadar dirinya di acuhkan, Nina memilih mundur dan keluar dari ruangan Sera. Nanti dia akan kembali lagi untuk menjaga sahabatnya.
Sementara di dalam sana, Samuel memilih diam sambil menatap Sera yang masih tertidur. Ingatannya kembali berputar pada kejadian di ruang kelas tadi siang bersama Farsya. Semua di luar kendalinya. Semua terjadi begitu saja. Tangannya bergetar akibat kepalan kuatnya. Apa yang akan terjadi selanjutnya diapun tidak tahu.
Samuel menggenggam tangan Sera, “ Gue cowok berengsek, Ra. ”
Perlahan mata itu terbuka dan mulai menyesuaikan cahaya yang masuk ke netra nya. Samuel terus memperhatikan nya dalam diam. Setelah dapat melihat sekitarnya, Sera tersadar bahwa dirinya tidak lagi sendirian.
“Kamu–”
“Kamu? ” potong Samuel yang membuat Sera tertawa miris. Samuel yang melihatnya terdiam.
“Lo kenapa kesini lagi? Farsya mana? ” tanya Sera kembali mengubah kata-kata nya.
“Dia udah dirumah. ” balas Samuel
“Kenapa dia gak ikut kesini aja? ” tanya Sera yang membuat Samuel bingung.
“Dia gak mau. ”
Sera tersenyum sinis, “Dia gak suka sama gue ya, Sam? ”
“Seperti yang lo tau, Sera. ”
“Kenapa dia gak suka sama gue? ” tanya Sera lagi dengan suara lirih tanpa menatap Samuel yang kini memandangnya bingung. Ada apa dengan Sera?
“Sera lo kenapa? ” tanya Samuel tanpa menjawab pertanyaan terakhir yang diberikan Sera.
Sera mengerutkan keningnya, “Emang gue kenapa? Sam, kalo gue kasih lo pilihan, lo bakal pilih yang mana? ”
“Maksud lo? ”
“Gue atau Farsya? ” tanya Sera tiba-tiba.
Samuel enggan menjawab.
“Jawab, Sam”
“Gue gak pilih siapa-siapa. Kalian berdua bukan pilihan, Sera. ” balas Samuel dengan tegas.
Sera menatap Samuel dengan senyuman sinisnya, “Egois. ”
Samuel terdiam sejenak mendengar balasan Sera. Ada kerutan kebingungan di raut wajah Samuel saat Sera berbicara padanya.
“Sera, lo kenapa? ” pertanyaan itu langsung terucap oleh Samuel karena rasa bingungnya melihat sikap Sera yang tidak seperti biasanya.
Sesaat Sera menatap Samuel dalam diam tidak lama setelah itu ia pun menunduk sebelum kembali menatap sedih Samuel.
“Aku gak kenapa-napa, Aksara. ” jawab Sera dengan suara pelan. Jangan lupakan tatapan matanya kepada Samuel kini sarat akan luka yang sulit diterka oleh Samuel sendiri.
Samuel merotasikan tatapan nya kearah Sera setelah gadis itu berbicara dengannya menggunakan kata aku dan sebutan Aksara.
Ingatan Samuel seketika kembali terulang ke masa lalu saat pertama kalinya dia dekat dengan Sera.
Makasih udah nolongin aku.
Iya, ini rumah aku. Sekali lagi makasih udah nolongin dan antar aku kerumah yaa.
Nama aku Zoya Seraphine, kamu?
Oke Aksara. Aku panggil kamu Aksara gapapa kan?
Yeyyy!!! Hehehe.
Aksaraa, ayo kita makan mie ayam di dekat persimpangan rumah aku!
Aksara kapan main lagi ke rumah?
Makasih ya, Aksara..
Semuanya seakan berputar layaknya kaset usang di pikiran Samuel. Dia kini ingat, saat pertama kali membantu Sera yang dikejar anak geng motor pada malam itu hingga perkenalan mereka yang begitu manis di mata Samuel. Kosa kata Sera saat perkenalan mereka langsung berubah dan gadis itu terlihat menyenangkan.
Dan setelah sekian lama akhirnya kosa kata itu kembali di ucapkan Sera padanya. Namun, dengan tatapan yang berbeda. Kesedihan. Ada apa dengan Sera sebenarnya?
“Ra? ”
“Apa? ”
Tanpa ragu Samuel mengungkapkan apa yang ada di pikirannya pada Sera.
“ Gue suka lo panggil gue dengan nama Aksara lagi. Cuma lo. Cuma lo yang gue bolehin manggil gue dengan nama itu, Ra. Gak ada yang lain. ”
Mendengar itu Sera terdiam dan membuang muka ke arah lain.
“Semuanya udah berubah, Sam. Gue juga punya batas dan bisa berhenti kalo mempertahankan lo aja gue udah gak bisa. ” jelas Sera yang membuat Samuel menatapnya dalam. Lagi. Sera kembali terlihat berbeda di mata Samuel.
⚫️⚫️⚫️
Minggu, 10/04/22

KAMU SEDANG MEMBACA
SISA RASA
Teen Fictionini adalah cerita dari seseorang yang selalu digantungkan oleh harapan, katanya "menunggu sesuatu yang tidak pasti adalah luka yang sengaja kamu ciptakan sendiri" dan sekarang kalimat itu aku benarkan karna aku tengah dirisaukan penantian yang tidak...